BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

PENDAHULUAN. seperti dirumuskan dalam Undang Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Esa, berakhlak mulia, sehat Jasmani dan Rohani, berilmu, cakap, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 IMPLEMENTASI MEDIA TIGA DIMENSI PADA PEMBELAJARAN MENGHIAS KAIN DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan setiap individu menjadi warga negara yang berkepribadian

BAB I PENDAHULUAN. potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal educandum dan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani kearah kedewasaan. 1 Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

BAB 1 PENAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat memperoleh ilmu pengetahuan serta keterampilan yang berguna untuk masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seperti dengan isi undang-undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang sangat strategis dan substansial dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa adalah pendidikan. Pada saat ini pendidikan menjadi fenomena permasalahan yang sangat penting di Indonesia. Proses pendidikan adalah merupakan salah satu aktivitas manusia. Keberhasilan belajar siswa sangat bergantung pada keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Namun keberhasilan kurikulum tidak hanya tergantung dari canggihnya media yang digunakan, tetapi pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dan pelaksanaannya yang efektif sangat menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pengetahuan siswa. Pendidikan sebagai upaya manusia merupakan aspek dan hasil budaya terbaik yang mampu disediakan setiap generasi manusia untuk kepentingan generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks sosio budaya. Oleh karena itu, setiap masyarakat pluralistik di zaman modern senantiasa menyiapkan warganya yang terpilih sebagai pendidik bagi kelanjutan regenerasi masyarakat yang bersangkutan. Pada sisi inilah diperlukan pendidikan untuk meningkatkan harkat dan kepribadian individu agar menjadi manusia yang lebih cerdas. Itulah sebabnya, Unesco mencanangkan konsep long life education. Begitu pentingnya peran pendidikan dalam kehidupan, Islam menegaskan untuk mencari ilmu sejak di buaian sampai liang lahat, jauh sebelum konsep long life education-nya Unesco. Eksistensi Pendidikan Agama Islam sangat urgen dalam upaya pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Bab I pasal 1 ayat 2 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. 1

2 Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional, maupun global. Dalam rangka itulah perubahan sosial, budaya, ekonomi, dan IPTEK memberikan pengaruh format baru pembelajaran di dunia pendidikan. Sistem pembelajaran di sekolah memiliki peluang baru dengan teknologi yang memudahkan untuk diaplikasikan dalam meningkatkan mutu pembelajaran siswa. Peningkatan mutu pembelajaran diharapkan memberikan implikasi terhadap kepribadian siswa yang memang menjadi sasaran utama pembelajaran. Sebagaimana ditegaskan dalam pasal 3 ayat 4 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan: Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, serta berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demoktratis serta bertanggung jawab. Sumber daya manusia yang memiliki kecerdasan tinggi, yang ditunjang oleh adanya sikap dan prilaku yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta budi pekerti yang luhur, sangat diharapkan dalam rangka mencapai tujuan nasional. Di sisi lain adanya, pengetahuan dan keterampilan, serta pola kepribadian yang mantap dan dinamis, juga dapat membantu tercapainya tujuan nasional yaitu membentuk manusia-manusia bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa. Agar pendidikan nasional tersebut terselenggara dengan baik, maka siswa harus dibina kepribadiannya. Untuk itu guru pendidikan agama Islam dituntut harus dapat mendidik dan membina siswa untuk menguasai berbagai ajaran Islam. Tidak hanya dalam aspek kognitif, tetapi juga harus memenuhi aspek afektif dan psikomotorik. Tegasnya guru pendidikan agama Islam harus mampu mewujudkan

3 dimensi kehidupan beragama pada pribadi siswa. Oleh karena itu guru pendidikan agama Islam harus melakukan inovatif dan variatif dalam penggunaan media dan metode pembelajaran pendidikan agama Islam agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena motivasi belajar siswa yang rendah mengakibatkan hasil belajar siswa yang rendah pula. Daradjat berpendapat, bahwa peran guru sangat menentukan untuk mencapai keberhasilan anak didiknya. Guru tidak hanya sebagai pengajar, akan tetepi juga sebagai pembimbing dan penyuluh serta pemimpin. 1 Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional N0. 20 tahun 2003 pasal 42 ayat 1 dijelaskan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka penting kiranya bagi seorang guru memiliki kompetensi yang baik dan hendaknya menggunakan pendekatan berbasis kompetensi dalam proses pembelajaran di kelas. Berkaitan dengan peningkatan kualitas guru maka ada tiga dimensi umum yang menjadi kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu: 1) Kompetensi personal, artinya seorang guru harus memiliki kepribadian yang mantap yang patut diteladani. 2) Kompetensi profesional, artinya seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, mendalam dari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya. 3) Kompetensi kemasyarakatan, artinya seorang guru harus mampu berkomunikasi baik dengan siswa, sesama guru maupun masyarakat luas. 2 Dari kompetensi guru di atas seharusnya tidak ada lagi permasalahan yang timbul di kelas terutama dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Namun pada kenyataannya problematika yang terjadi di kelas tidak terlepas dari berbagai masalah terutama masalah metode, strategi dan media pembelajaran yang 1 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 265. 2 Suyanto dan Djihad, Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Millenium III (Yogyakarta: Adi Cita, 2000), h. 29.

4 terkadang kurang sesuai dengan materi atau standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikatornya. Salah satu aspek penting yang diajarkan dalam Pendidikan Agama Islam adalah aspek ibadah. Aspek ini dikatakan sangat penting karena ibadah yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya. Aspek ibadah yang menjadi kajian dalam Pendidikan Agama Islam itu antara lain: ṣalat, puasa, zakat dan haji serta ibadah-ibadah gairu mahḍah lainnya. Keberhasilan suatu pembelajaran tergantung dari kemampuan siswa dalam materi pelajaran tertentu, termasuk di dalamnya pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan merupakan aspek kognitif dan keterampilan adalah aspek psikomotorik. Kedua aspek ini masuk kedalam evaluasi hasil belajar siswa. Siswa dikatakan menguasai materi tertentu apabila hasil belajar siswa lebih besar atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). KKM pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam 70. Secara teori pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada setiap materinya dikatakan berhasil apabila siswa secara individu mendapatkan nilai tuntas. Berdasarkan hasil pengamatan penulis di SMA Negeri 1 Padang Tualang pada tahun pelajaran sebelumnya 60 % siswa tidak tuntas dalam materi ibadah haji. Padahal materi ibadah haji selalu diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Materi haji dinilai sangat penting, mengingat haji merupakan salah satu dari rukun Islam. Salah satu sebab materi ini tidak berhasil dikuasai oleh siswa karena ibadah haji tidak dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, beda dengan ṣalat, puasa dan zakat yang langsung dipraktikkan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, masalah fasilitas juga turut memjadi penyebab rendahnya pengetahuan dan keterampilan siswa dalam materi ibadah haji. Untuk memprakteikkan ibadah haji dibutuhkan fasilitas khusus yang mungkin hampir setiap sekolah tidak memilikinya. Sehingga menyebabkan guru cenderung menjelaskan tatacara ibadah haji dengan cara yang sederhana, misalnya dengan metode ceramah dan menggunakan media visual. Untuk menyikapi hal inilah maka dibutuhkan peran guru untuk mengatur strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi tersebut. Karena

5 keberhasilan pendidikan cukup bergantung pada kemampuan guru dalam mengatur strategi yang tepat untuk mencapai tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan. Menurut penulis salah satu strategi yang sesuai dalam pembelajaran materi ibadah haji ini adalah strategi pembelajaran langsung. Dengan memperhatikan uraian di atas, peneliti akan mengadakan penelitian melalui sebuah tesis dengan judul Penerapan Strategi Pembelajaran Langsung Untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Pada Materi Ibadah Haji Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 1 Padang Tualang Kabupaten Langkat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah di dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengetahuan tentang ibadah haji sebelum penerapan strategi pembelajaran langsung pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Padang Tualang Kabupaten Langkat? 2. Bagaimana pengetahuan tentang ibadah haji setelah penerapan strategi pembelajaran langsung pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Padang Tualang Kabupaten Langkat? 3. Bagaimana keterampilan tentang ibadah haji sebelum penerapan strategi pembelajaran langsung pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Padang Tualang Kabupaten Langkat? 4. Bagaimana keterampilan tentang ibadah haji setelah penerapan strategi pembelajaran langsung pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Padang Tualang Kabupaten Langkat? 5. Bagaimana peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada materi ibadah haji siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Padang Tualang Kabupaten Langkat? 6. Bagaimana proses penerapan strategi pembelajaran langsung pada materi ibadah haji siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Padang Tualang Kabupaten Langkat?

6 C. Batasan Masalah Berbagai masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran adalah kesulitan siswa untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang materi ibadah haji. Banyak faktor yang melatarbelakangi rendahnya pengetahuan dan keterampilan siswa pada materi ibadah haji, namun agar penelitian ini lebih fokus, diperlukan pembatasan masalahnya yaitu: 1. Penerapan strategi pembelajaran langsung pada pembelajaran materi haji. 2. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Ibadah Haji. 3. Memahami materi ibadah haji dan praktiknya setelah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran langsung. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengetahuan tentang ibadah haji sebelum penerapan strategi pembelajaran langsung pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Padang Tualang Kabupaten Langkat. 2. Pengetahuan tentang ibadah haji setelah penerapan strategi pembelajaran langsung pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Padang Tualang Kabupaten Langkat. 3. Keterampilan tentang ibadah haji sebelum penerapan strategi pembelajaran langsung pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Padang Tualang Kabupaten Langkat. 4. Keterampilan tentang ibadah haji setelah penerapan strategi pembelajaran langsung pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Padang Tualang Kabupaten Langkat. 5. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada materi ibadah haji siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Padang Tualang Kabupaten Langkat. 6. Proses penerapan strategi pembelajaran langsung pada materi ibadah haji siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Padang Tualang Kabupaten Langkat.

7 E. Kegunaan Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penulisan tesis dalam bentuk penelitian tindakan kelas (PTK) ada dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1. Manfaat teoritis a. Menambah wawasan bagi peneliti guna mengembangkan berbagai strategi pembelajaran langsung. b. Mendukung proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) khusus materi ibadah haji di SMA Negeri 1 Padang Tualang. c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pada materi ibadah haji siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Padang Tualang Kabupaten Langkat. 2. Secara praktis a. Bagi Sekolah 1) Sebagai hasil evaluasi keterampilan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) khusus materi ibadah haji. 2) Kualitas pendidikan di sekolah terus meningkat, sehingga terbuka kesempatan bagi sekolah yang bersangkutan untuk maju dan berkembang. 3) Dapat menjadi tolak ukur terhadap sekolah yang lain. Dengan demikian, sekolah mempunyai kesempatan yang besar untuk berubah secara menyeluruh. b. Bagi guru 1) Untuk memperbaiki proses belajar mengajar, dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa pada materi ibadah haji. 2) Mengidentifikasi permasalahan yang timbul di dalam kelas, sekaligus mencari solusi pemecahannya. 3) Memberi dorongan agar selalu berusaha menemukan strategi pembelajaran yang sesuai. 4) Proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam tidak lagi monoton.

8 c. Bagi siswa 1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam pembelajaran ibadah haji. 2) Hasil belajar siswa pada materi ibadah haji akan meningkat. 3) Dapat menggali dan memunculkan potensi siswa, sehingga dengan potensi yang dimiliki akan menjadi lebih unggul dalam kehidupan di masa yang akan datang, baik bagi siswa sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.