BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DI KABUPATEN SIDOARJO

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian. utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KABUPATEN SIDOARJO SEHAT

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 57 TAHUN 2012 TENTANG

PEDOMAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

PEDOMAN PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

POSBINDU PTM (PENYAKIT TIDAK MENULAR)

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 37 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BULUNGAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

KEBIJAKAN & STRATEGI PROGRAM PTM DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT 2008

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO PTM DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT. Kepala Dinas Kesehatan Prov Kalbar Dr. Andy Jap, M.Kes

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 36 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAH MAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 56 TAHUN 2012 TENTANG PENGGUNAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO KUALA KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR / 266 /KUM/2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PONDOK BERSALIN DESA DAN PONDOK KESEHATAN DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 12 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta )

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LANDAK

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 22 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BANJARBARU Alamat Kantor : JL. Panglima Batur No.1 Telp.(0511) Fax. (0511) Banjarbaru Kalsel

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 22

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KABUPATEN SEHAT

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 44 TAHUN 2012 TENTANG

Transkripsi:

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa penyakit tidak menular seperti penyakit kanker, penyakit gangguan metabolisme, penyakit degenerative, gangguan mental dan kecacatan fisik di Kabupaten Sidoarjo cenderung meningkat baik angka kesakitan maupun angka kematian, untuk itu perlu dilakukan upaya pengendalian perkembangan penyakit dimaksud antara lain melalui deteksi dini; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Kabupaten Sidoarjo; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur Juncto Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5679); 6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607); 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan; 1

8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1116 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveillans Epidemologi Kesehatan 9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1479 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sitem Surveilans Epidemologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak menular Terpadu; 10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Tahun Nomor : 1457/ Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota; 11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 375/Menkes/SK/V/2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; MEMUTUSKAN : Menetapan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DI KABUPATEN SIDOARJO. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. 2. Bupati adalah Bupati Sidoarjo. 3. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo. 4. SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Sidoarjo. 5. Kecamatan adalah Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Sidoarjo 6. Masyarakat adalah orang termasuk badan/instansi/ organisasi/perusahaan swasta yang berada di wilayah Kabupaten Sidoarjo 7. Penyakit Tidak Menular yang selanjutnya disebut PTM adalah penyakit yang tidak menularkan ke orang lain. 8. Penyakit Kanker adalah penyakit oleh karena pertumbuhan sel yang ganas. 9. Penyakit Jantung dan Pembuluh darah adalah penyakit yang menyangkut jantung dan pembuluh darah. 10. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan sistolik lebih besar dari 140 mmhg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mm Hg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang). 11. Gangguan Metabolisme adalah segolongan penyakit akibat gangguan metabolisme dan bersifat sistemik. 12. Penyakit Diabetes Mellitus adalah penyakit yang disebabkan karena gangguan metabolisme karbohidrat. 13. Penyakit Degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan. 14. Osteoporosis adalah penyakit yang disebabkan karena kerapuhan tulang. 15. Obesitas adalah suatu kondisi kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sehingga menimbulkan dampak yang merugikan kesehatan. 2

16. Gangguan mental adalah pola pada psikologi/perilaku yang pada umumnya terkait dengan stress atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagaian dari perkembangan manusia normal. 17. Cacat fisik adalah gangguan/keterbatasan aktivitas dan pembatasan yang menimbulkan masalah pada fungsi tubuh dan strukturnya. 18. Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang selanjutnya disebut Pengendalian PTM adalah pencegahan timbulnya faktor risiko PTM dan mengendalikan faktor risiko PTM untuk mencegah terjadinya PTM, dalam rangka menurunkan insidensi dan prevalensi PTM, komplikasi kronik, kecacatan dan kematian prematur akibat PTM. 19. Faktor Risiko Penyakit Tidak menular yang selanjutnya disebut FR PTM adalah suatau kondisi yang menyebabkan seseorang beresiko sakit penyakit tidak menular. 20. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan dalam bentuk kegiatan pokok serta membina peran serta masyarakat. 21. 21.Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular yang selanjutnya disebut Posbindu PTM adalah tempat dilaksanakannya kegiatan secara terintegrasi untuk mencegah dan mengendalikan FR PTM berbasis masyarakat sesuai sumber daya dan kebiasaan masyarakat. 22. Surveilans PTM adalah kegiatan pengumpulan, pencatatan, pengolahan dan penyajian data secara terus menerus untuk mengetahui perkembangan suatu penyakit PTM. 23. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 24. Kader Kesehatan adalah anggota masyarakat termasuk PNS binaan Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo yang membantu melaksanakan pembangunan kesehatan di Kabupaten Sidoarjo secara sukarela. 25. Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan serta pengembangan gaya hidup sehat. 26. Prevslensi adalah jumlah kasus dibandingkan dengan jumlah populasi di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 Asas-asas pelaksanaan Pengendalian Penyakit Tidak Menular adalah: a. Berpihak kepada rakyat; b. Bertindak cepat dan akurat; c. Pemberdayaan dan kemandirian; d. Penguatan kelembagaan dan kerja sama; e. Transparansi; dan f. Akuntabilitas. Pasal 3 Tujuan Pengendalian Penyakit Tidak Menular adalah menekan prevalensi penyakit tidak menular dan faktor resikonya melalui deteksi dini penyakit tidak menular. 3

BAB III PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR Bagian Kesatu Umum Pasal 4 Pengendalian Penyakit Tidak Menular dilakukan Pemerintah bersama masyarakat dengan cara : a. Pencegahan PTM; b. Penanganan kasus PTM; c. Monitoring berkelanjutan kasus PTM; dan d. Pelaksanaan rujukan PTM. Bagian Kedua Pencegahan Pasal 5 Pencegahan PTM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, dilakukan melalui upaya : a. Promosi Kesehatan; b. Deteksi dini dan monitoring PTM melalui Posbindu PTM; dan c. Surveillans PTM. Pasal 6 (1) Promosi kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat. (2) Promosi Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan yang didukung oleh SKPD terkait. Pasal 7 (1) Kegiatan deteksi dini penyakit tidak menular sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b bertujuan untuk mengetahui penyakit tidak menular sedini mungkin. (2) Deteksi dini penyakit tidak menular sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dilakukan di masyarakat, sekolah, instansi pemerintah maupun swasta dan kegiatan-kegia'.an massal yang lain. (3) Kegiatan deteksi dini penyakit tidak menular sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan secara berkesinambungan dengan membentuk Posbindu PTM. (4) Pembentukan Posbindu PTM di instansi pemerintah maupun swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) minimum 1 (satu) Posbindu PTM di setiap instansi. 4

Pasal 8 (1) Posbindu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf dilakukan oleh: a. Kader yang bertugas setiap bulan dengan sasaran pemeriksaan masyarakat usia 15 tahun keatas sesuai hasil kesepakatan yang berada di wilayah kerjanya; dan b. Petugas kesehatan/petugas Puskesmas, yang bertugas setiap bulan melaksanakan pendampingan pada kader Posbindu PTM. (2) Kegiatan yang dilakukan oleh kader sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah: a. Melakukan wawancara faktor risiko PTM; b. Memeriksa setiap peserta posbindu meliputi : tinggi badan,berat badan, lingkar perut, tekanan darah, analisa lemak dalam tubuh dan arus puncak pernafasan.memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat; c. Memeriksa setiap peserta posbindu meliputi : analisa gula darah, cholesterol,asam urat,iva,cbe dan rujukan bula ada kelainan; d. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat; dan e. melaporkan hasil pemeriksaan dan pemantauan/ monitoring PTM kepada Puskesmas setempat. (3) Kegiatan kader sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan berpedoman pada Buku Petunjuk Teknis Pembinaan Pelaksanaan Posbindu PTM dari Kementerian Kesehatan. Pasal 9 (1) Surveilans sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c terdiri dari: a. Surveilans aktif Rumah Sakit, dan b. Surveilans berbasis masyarakat. (2) Surveilas aktif Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan kewajiban rumah sakit untuk melaporkan setiap ditemukan penyakit tidak menular dan komplikasinya. (3) Surveilans berbasis masyarakat atau kader PTM melaporkan kepada petugas kesehatan di Desa/Kelurahan/Puskesmas Pembantu/ Puskesmas apabila melaksanakan deteksi penyakit tidak menular. Bagian Ketiga Penanganan Pasal 10 Penanganan kasus PTM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b dilakukan di Pukesmas dan Rumah Sakit. Bagian Keempat Monitoring Berkelanjutan Pasal 11 (3) Monitoring berkelanjutan kasus PTM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c dilaksanakan untuk melihat perkembangan faktor risiko penyakit tidak menular secara berkesinambungan. (4) Monitoring berkelanjutan dilakukan oleh Dinas Kesehatan minimal 1 (satu) bulan sekali. 5

Bagian Kelima Rujukan Pasal 12 Pelaksanaan rujukan PTM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d dilakukan dengan melimpahkan wewenang pelayanan kesehatan ke jenjang layanan kesehatan yang lebih tinggi. BAB IV PENGENDALIAN PTM DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN Pasal 13 (1) Setiap SKPD membentuk 1 (satu) Pospindu PTM. (2) Pospindu PTM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh kader pada SKPD yang bersangkutan minimal 5 (lima) orang. (3) Pospindu PTM di SKPD dilaksanakan setiap 1 (satu) bulan sekali. (4) Pelaksanaan Pospindu PTM di SKPD dibiayai secara swadaya. BAB V KERJASAMA Pasal 14 (1) Dalam pelaksanaan pengendalian penyakit tidak menular, Pemerintah Daerah dapat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah lain. (2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain melalui: a. koordinasi pencegahan dan penanggulangan. b. tukar menukar informasi (cross notifikasi); dan c. Pembiayaan rumah sakit bagi bagi masyarakat sesuai dengan ketentuan sistem Jaminan Kesehatan Nasional. (3) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam perjanjian kerja sama sesuai peraturan perundang-undangan. BAB VI PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 15 (1) Setiap orang dapat turut berperan serta/ berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan upaya pengendalian dan deteksi dini penyakit tidak menular sebagai bentuk perwujudan peran serta masyarakat. (2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara: a. Memberikan informasi adanya layanan deteksi dini penyakit tidak menular; b. Membantu kelancaran pelaksanaan pengendalian dan deteksi dini penyakit tidak menular; c. Menggerakkan masyarakat dalam melaksanakan upaya pengendalian dan deteksi dini penyakit tidak menular. (3) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa bantuan tenaga, dana, keahlian, atau dalam bentuk lain. 6

BAB VII PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN Pasal 16 Pembinaan kepada masyarakat terhadap pemahaman dan peran serta dalam pengendalian dan deteksi dini penyakit tidak menular dilakukan oleh Dinas Kesehatan berkoordinasi dengan SKPD dan instansi terkait lainnya. Pasal 17 Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pengendalian dan deteksi dini penyakit tidak menular dilakukan secara bertingkat sebagai berikut: a. Tingkat Kabupaten oleh Dinas Kesehatan b. Tingkat Kecamatan oleh Pukesmas ; dan c. Tingkat Desa/Kelurahan oleh Bidan Penanggungjawab Wilayah bersama Kader Posbindu PTM. Pasal 18 Semua institusi pelayanan kesehatan baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah maupun oleh swasta wajib melaporkan secara periodik dan berjenjang jumlah kasus penyakit tidak menular menurut wilayah domisili asal pasien kepada Dinas Kesehatan. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Sidoarjo. Diundangka di Sidoaarjo Pada tanggal 26 Mei 2015 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SIDOARJO ttd VINO RUDY MUNTIAWAN Ditetapkan di Sidoarjo Pada tanggal 26 Mei 2015 BUPATI SIDOARJO ttd H. SAIFULILLAH BERITA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 NOMOR 2