BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

dokumen-dokumen yang mirip
Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEKAMBUHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

HUBUNGAN PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN ISPA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMON II KULON PROGO TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ISPA PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWANTORO I SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang sangat mendasar dan menjadi prioritas dalam program

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. paparan asap rokok dengan frekuensi kejadian ISPA pada balita. Lama

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) Tahun 2005

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA 2012

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

PERBEDAAN FAKTOR PERILAKU PADA KELUARGA BALITA PNEUMONIA DAN NON PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitan ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dipengaruhi atau ditimbulkan oleh tiga hal yaitu adanya kuman (terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia), keadaan daya tahan tubuh (status nutrisi, imunisasi) dan keadaan lingkungan (rumah yang kurang ventilasi, lembab, basah, dan kepadatan penghuni). Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20% per tahun. Angka kematian ISPA pada balita di Indonesia adalah 6 per 1000 balita. Ini berarti dari setiap 1000 balita setiap tahun 6 diantaranya yang meningal akibat ISPA sebelum ulang umur 5 tahun. Jika di hitung, jumlah balita yang meningal akibat ISPA di Indonesia dapat mencapai 150.000 balita per tahun, 12.500 per bulan, 416 per hari, 17 per jam atau 1 orang balita setiap menit. Usia yang rawan adalah usia bayi di bawah 1 tahun, karena sekitar 60-80% kematian terjadi pada bayi, proporsi kematian ISPA pada bayi adalah 29,5%. Artinya dari setiap 100 orang bayi yang meninggal, sekitar 30 orang bayi yang meninggal karena ISPA. Survey ini juga mengungkapkan bahwa penyebab kematian terbesar pada balita adalah ISPA (Anik Maryunani, 2010). Sedangkan Di Jawa Timur pada tahun 2006 dilaporkan sebanyak 98.050 kasus ISPA. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) penyebab utama kematian bayi adalah ISPA. Berdasarkan data BPS pada tahun 2004 1

2 menunjukkan kematian balita akibat ISPA sebesar 28%, artinya 28 dari 100 anak dapat meninggal akibat penyakit ISPA (Dinkes Provinsi Jatim, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari Dinas Kesehatan Ponorogo pada bulan November 2013 didapatkan jumlah balita penderita ISPA di wilayah Ponorogo sebanyak 20.033 balita. Dan angka tertinggi penderita ISPA di wilayah ponorogo adalah kecamatan ngerayun sebanyak 5007 kasus. Pada tahun 2013 diperoleh data di Puskesmas Sooko terdapat 572 kasus orang terkena ISPA yang terbanyak di desa bedoho sejumlah 241 orang dan 56 balita yang terkena ISPA. Lingkungan yang tidak sehat, status gizi anak, imunisasi yang tidak lengkap, merupakan faktor penyebab meningkatnya insiden ISPA pada balita. Ibu memiliki peran penting dalam pencegahan dan penanggulangan ISPA. Hal ini dikarenakan peran ibu adalah sebagai pelindung dan pengasuh. Seorang ibu secara naluriah tau tentang garis besar dan fungsinya sehari-hari dalam keluarga. Ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Khususnya bagi anak-anak yang berusia dini. Oleh karena itu keterlibatan ibu dalam mengasuh dan membesarkan anak sejak masih bayi dapat membawa pengaruh positif maupun negatif bagi perkembangan anak di masa yang akan datang (Berk, 2000). Rendahnya pemahaman ibu dalam upaya pencegahan dan penanggulangan ISPA menyebabkan ibu memberikan pengobatan yang tidak tepat. Kondisi tersebutlah yang bisa menyebabkan anak mengalami kecacatan sampai pada masa dewasa jika tidak ditangani dengan baik dan benar (Anik Maryunani, 2010).

3 Faktor perilaku keluarga yang bisa menyebabkan kejadian ISPA pada balita diantaranya adalah Asap di dalam rumah, ada anggota keluarga yang menderita ISPA di rumah yang mempunyai kebiasaan kurang baik (tidak menutup mulut pada saat batuk atau bersin dekat balita), kebersihan rumah yang kurang, menggunakan obat nyamuk bakar, membawa anak pada saat memasak. Tidak adanya kemampun menyediakan lingkungan perumahan yang sehat pada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah akan meningkatkan kerentanan balita terhadap serangan berbagai penyakit menular, termasuk ISPA (Anik Maryunani, 2010). Upaya yang dilakukan untuk menurunkan kejadian ISPA diantaranya yaitu dengan memberikan health education dan penyuluhan kepada keluarga tentang pentingnya pencegahan dan penanggulangan ISPA pada balita. Selain itu upaya perawatan dirumah sangatlah penting dalam upaya penatalaksanaan anak dengan infeksi pernafasan. Selama di rumah kesembuhan seorang anak sangat tergantung oleh peran keluarga dalam perawatan pencegahan penyakit ISPA. Selain itu perawatan kesehatan yang baik oleh keluarga juga dapat mencegah kekambuhan infeksi saluran pernafasan.oleh karena itu, keluarga harus melakukan pencegahan untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi pernafasan. Sehingga hal tersebut mendasari penulis untuk melakukan penelitian dengan judul perilaku ibu dalam pencegahan dan penanggulangan ISPA pada balita (Anik Maryunani, 2010).

4 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana perilaku ibu dalam upaya pencegahan dan penanggulangan ISPA pada balita di Desa Bedoho Kecamatan Sooko? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu dalam upaya pencegahan dan penangulanggan ISPA pada balita di Desa Bedoho Kecamatan Sooko. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis Bagi IPTEK Penelitian ini bermanfaat untuk pendidikan khususnya bagi institusi Prodi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo dapat digunakan sebagai masukan terutama yang berkaitan dengan perilaku ibu dalam pencegahan dan penanggulangan ISPA pada balita. 1.4.2 Praktis a. Bagi Ibu Yang Memiliki Balita Sebagai bahan referensi tambahan guna meningkatkan perilaku khususnya para ibu dalam upaya pencegahan dan penanggulangan ISPA pada balita seperti rutin membawa balita ke posyandu, memberikan lingkungan yang sehat, dan memperhatikan makanan yang bergizi bagi kesehatan balita.

5 b. Bagi Puskesmas Sebagai bahan referensi dalam memberikan pendidikan atau penyuluhan kesehatan serta sebagai acuan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya pada kesehatan balita. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat dijadikan sebagai sumber data penelitian tentang perilaku ibu dalam pencegahan dan penanggulangan ISPA pada balita. 1.5 Keaslian Penulisan 1. Trisnawati, Yuli dan Juarni (2012), dengan judul Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga 2012. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan kasus kontrol. Metode yang digunakan adalah diskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner dan analisis data dilakukan dengan menggunakan univariat dan chi-square untuk bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perilaku merokok orang tua di wilayah Kerja Umum Pusat Kesehatan Pada 2012 Purbalingga yang berat dikategorikan (80,4%). Ada korelasi antara perilaku merokok orang tua terhadap kejadian ISPA pada balita( p = 0,000, OR = 13,3 95% CI 5.17-34.345). Adapun perbedaan adalah: Trisnawati, Yuli dan Juarni (2012), dengan judul Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga 2012. Sedang peneliti menggunakan

6 judul Perilaku Ibu dalam Pencegahan ISPA pada Balita. Teknik pengambilan sample menggunakan simplerandom sampling, sedangkan peneliti menggunakan total sampling. Adapun persamaannya sama-sama meneliti tentang ISPA pada balita. 2. Vina Mairuhu, Agus BintaraBirawida, Syamsuar Manyullei (2011), dengan judul Faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung Tanah Kota Makasar. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang diambil secara simple random sampling. Jumlahsampel 70 terdiri dari 58 balita yang menderita ISPA dan 12 balita yang tidakmenderita ISPA. Ujistatistik yang digunakanadalahuji Chi-Quare(X²) dengan p = 0,05 dan diolah dengan menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan obat nyamuk dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p = 0,026 berarti (p < 0,05), ada hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p = 0,000 berarti (p = < 0,05), tidak ada hubungan antara suhu dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p = 0,490 berarti (p > 0,05). Adapun perbedaannya adalah Vina Mairuhu, Agus Bintara Birawida, Syamsuar Manyullei (2011), dengan judul Faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung Tanah Kota Makasar. Sedang peneliti menggunakan judul Perilaku Ibu dalam Pencegahan ISPA pada Balita.Teknik pengambilan sample menggunakan simple random sampling, sedangkan peneliti

7 menggunakan total sampling. Adapun persamaannya sama-sama meneliti tentang ISPA pada Balita. 3. Mas, udatul Isnaini, Reni Zulfitri, Misrawati (2013), dengan judul Pengaruh Kebiasaan Merokok Keluarga Di Dalam Rumah Terhadap Kejadian Ispa Pada Balita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah keluarga yang mempunyai balita yang pernah atau sedang menderita ISPA pada 1 tahun terakhir di Desa Batang Batindih Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar dengan jumlah sampel 70 keluarga. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner Analisis yang digunakan univariat dan bivariat analisis dengan uji chi -square. Setelah dilakukan penelitian tentang Pengaruh kebiasaan merokok keluarga didalam rumah terhadap kejadian ISPA pada balita didapatkan data bahwa kebiasaan merokok didalam rumah ada sebanyak 54 responden (77,1%), dan kejadian ISPA sering yakni sebanyak 35 responden (50%). Berdasarkan hasil uji statistik chisquare dengan derajat kemaknaan 95% didapatkan pv (0,023) <α(0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kebiasaan merokok keluarga didalam rumah terhadap kejadian ISPA pada balita. Adapun perbedaannya adalah Mas,udatul Isnaini, Reni Zulfitri, Misrawati (2013), dengan judul Pengaruh Kebiasaan Merokok Keluarga Di Dalam Rumah Terhadap Kejadian Ispa Pada Balita. Sedangkan peneliti menggunakan judul Perilaku Ibu tentang Pencegahan dan Penanggulangan ISPA pada Balita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif korelatif, sedang peneliti menggunakan metode deskriptif. Adapun persamaannya sama-sama meneliti tentang ISPA pada balita.