KELIMPAHAN MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SITU PAMULANG

dokumen-dokumen yang mirip
KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN SITU PAMULANG EDWARD ALFIN FTMIPA UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI. Abstrak.

Studi Makrozoobenthos di Perairan Situ Pamulang

STUDI KELIMPAHAN DAN JENIS MAKROBENTHOS DI SUNGAI CANGAR DESA SUMBER BRANTAS KOTA BATU. *

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

Studi Komunitas Makrozoobenthos di Perairan Hilir Sungai Lematang Sekitar Daerah Pasar Bawah Kabupaten Lahat

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN PERIFITON DI PERAIRAN SUNGAI DELI SUMATERA UTARA SUSANTI LAWATI BARUS

DIVERSITAS GASTROPODA (MOLUSKA) DARI SUNGAI BATANG KUMU PASIR PENGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU RIAU. Rofiza Yolanda 1

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI KAWASAN MANGROVE DESA BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN TRI WULANDARI

JENIS-JENIS GASTROPODA DI SUNGAI KUYUNG DESA KUMBUNG NAGARI LUNANG UTARA KECAMATAN LUNANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

STUDI PENDUGAAN STATUS PECEMARAN AIR DENGAN PLANKTON DI PANTAI KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR

108 ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 2, Juni 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

BAB III METODE PENELITIAN

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON DI PERAIRAN PESISIR PULAU SIANTAN KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

DIVERSITAS GASTROPODA DI SUNGAI SUKAMADE, TAMAN NASIONAL MERU BETIRI, JAWA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI BINGAI KECAMATAN BINJAI BARAT KOTA BINJAI

Struktur Komunitas Zooplankton di Perairan Desa Mangunharjo Kecamatan Tugu Semarang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

Makrozoobenthos di Sugai Wonorejo, Surabaya

KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DI SUNGAI TALAWAAN MINAHASA UTARA, SULAWESI UTARA

DINAMIKA NUTRIEN DENGAN SEBARAN MAKROZOOBENTOS DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

KARAKTERISTIK FISIKA-KIMIA PERAIRAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (BIVALVIA DAN GASTROPODA) DI PANTAI CERMIN SUMATERA UTARA SKRIPSI

POSTER KERAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI OGAN, SUMATERA SELATAN 1 Marson 2

Struktur Komunitas Fitoplankton di Perairan Pesisir Pulau Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau ABSTRACT

STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA (MOLUSKA) DI PERAIRAN BENDUNGAN MENAMING KABUPATEN ROKAN HULU RIAU

KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA AIR DI SUNGAI SAMIN KABUPATEN KARANGANYAR DAN SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH. Skripsi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

Struktur Komunitas Makrozoobentos di Estuaria Kuala Sugihan Provinsi Sumatera Selatan

KEANEKARAGAMAN DAN DOMINANSI PLANKTON DI ESTUARI KUALA RIGAIH KECAMATAN SETIA BAKTI KABUPATEN ACEH JAYA

III. METODE PENELITIAN

bentos (Anwar, dkk., 1980).

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

FITOPLANKTON DI PERAIRAN AREAL PERTAMBANGAN NIKEL BULI HALMAHERA TIMUR PHYTOPLANKTON IN NICKEL AREA GULF OF BULI EAST HALMAHERA

STRUKTUR KOMUNITAS GASTRPODA DI SUNGAI SANGKIR ANAK SUNGAI ROKAN KIRI KABUPATEN ROKAN HULU

KELIMPAHAN MAKROZOOBHENTOS DITINJAU DARI AKTIVITAS ANTROPHOGENIK DI PERAIRAN SUNGAI JANG

Bionature Vol. 12 (2): Hlm: , Oktober 2011 ISSN: Indeks Keanekaragaman Makrozoobentos Sebagai Bioindikator Tingkat Pencemaran 103

Burhanuddin. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK BANTEN DAN PANTAI PENET LAMPUNG

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS LINGKUNGAN PERAIRAN HILIR SUNGAI MUSI DONI SETIAWAN

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan oleh masuknya

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS PERAIRAN SUNGAI SAIL KOTA PEKANBARU

KANDUNGAN BAHAN ORGANIK SEDIMEN DAN KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS SEBAGAI INDIKATOR PENCEMARAN PERAIRAN PANTAI TANJUNG UBAN KEPULAUAN RIAU

3. METODE PENELITIAN

Unnes Journal of Life Science. Distribusi dan Keanekaragaman Jenis Makrozoobentos di Sungai Damar Desa Weleri Kabupaten Kendal

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN MAKROZOOBENTOS DI PANTAI KARTIKA JAYA KECAMATAN PATEBON KABUPATEN KENDAL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

KEANEKARAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS SEBAGAI PENENTU KUALITAS AIR SUNGAI MRUWE YOGYAKARTA

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN PLANKTON DI PERAIRAN PULAU GUSUNG KEPULAUAN SELAYAR SULAWESI SELATAN SKRIPSI. Oleh: ABDULLAH AFIF

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK UNTUK PERHITUNGAN ANALISA STRUKTUR KOMUNITAS SPESIES PLANKTON. Encik Weliyadi, 2) Dedy Harto

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI BELAWAN KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

MAKROZOOBENTOS SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS AIR DI MATA AIR BAUMATA, KABUPATEN KUPANG SKRIPSI

3. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

3. METODE PENELITIAN

Struktur Komunitas Zooplankton Secara Horisontal Di Desa Mangunharjo, Kec. Tugu, Semarang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

Struktur Komunitas Zooplankton pada Malam Hari di Perairan Teluk Riau Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN INTERTIDAL BUKIT PIATU KIJANG, KABUPATEN BINTAN

KOMUNITAS DAN PREFERENSI HABITAT GASTROPODA PADA KEDALAMAN BERBEDA DI ZONA LITORAL DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT TESIS OLEH: YULI WENDRI

stasiun 2 dengan stasiun 3 dengan stasiun 3 Stasiun 1 dengan Stasiun 1 Morishita Horn

Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN :

KUALITAS PERAIRAN DI SEKITAR BBPBAP JEPARA DITINJAU DARI ASPEK PRODUKTIVITAS PRIMER SEBAGAI LANDASAN OPERASIONAL PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG DAN IKAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang sangat penting bagi. kehidupan. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi,

PERBANDINGAN MAKROZOOBENTHOS DI LOKASI KERAMBA JARING APUNG DENGAN LOKASI YANG TIDAK MEMILIKI KERAMBA JARING APUNG SKRIPSI MUHAMMAD FADLY AGUSTIAN

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KELIMPAHAN DAN SEBARAN PHYTOPLANKTON SECARA HORIZONTAL (KASUS SUNGAI KURI LOMPO KABUPATEN MAROS) Abdul Malik dan Saiful ABSTRAK

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PERAIRAN PANTAI PRAWEAN BANDENGAN, JEPARA

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DIBEBERAPA MUARA SUNGAI KECAMATAN SUSOH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan metode

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang besar.

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

ANALISIS MAKROZOOBENTOS PADA EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU

Indeks Keanekaragaman (H )

Struktur Komunitas Makrozoobentos di Perairan Sungai Musi Kawasan Pulokerto sebagai Instrumen Biomonitoring

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN PANDANSARI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK

Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobentos di Sungai Naborsahan Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI ESTUARI SUNGAI BANYUASIN SUMATRA SELATAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Aliran sungai dari sumber Kuluhan banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar warga

JURNAL KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI WADUK WONOREJO KECAMATAN PAGERWOJO KABUPATEN TULUNGAGUNG

KOMPOSISI ZOOPLANKTON DI PERAIRAN RAWA BANJIRAN SUNGAI RUNGAN KOTA PALANGKARAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

Struktur Komunitas Plankton Di Perairan Mangrove Kota Rebah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

ANALISIS STRUKUR KOMUNITAS IKAN KARANG DI RUMPON DAN BUBU. Fonny J.L Risamasu dan Jotham S.R Ninef * ABSTRACT

Transkripsi:

KELIMPAHAN MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SITU PAMULANG Edward Alfin* Prodi Matematika Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Universitas Indraprasta PGRI Jakarta *Corresponding author: edwardalfin@gmail.com Abstract The research on the abundance of macrozoobenthos in Situ Pamulang waters conducted in August 2014. This study aims to determined the types of macrozoobenthos and abundance in the region. This study used survey method with sampling at three (3) points by using purposive random sampling in Situ Pamulang waters. The results were obtained nine types of macrozoobenthos that overall there in 4 orders are 5 types of orders Sorbeoconcha, 2 types of orders Viviparoidea and each one kind of order Architaenioglossa and Hygrophyila. The abundance of macrozoobenthos between 25-2225 individuals/m 2. Macrozoobenthos including low diversity index was 1.48. Macrozoobenthos dominance index of 0.25 so that it can be said there was no type that dominates in the region. Keywords: Situ Pamulang waters, macrozoobenthos, abundance, diversity index, domination index PENDAHULUAN Situ Pamulang yang terletak di Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan Provinsi Banten merupakan salah satu daerah tangkapan air. Pemanfaatan Situ Pamulang untuk berbagai kegiatan manusia sangat tinggi seperti dimanfaatkan untuk perikanan, pertanian dan perkebunan serta merupakan daerah buangan aliran limbah domestik dari perumahan penduduk yang ada di sekitarnya. Dengan demikian Situ Pamulang merupakan bagian yang penting bagi masyarakat sekitarnya. Kegiatan penduduk yang ada lambat laun akan berpengaruh terhadap kualitas airnya sehingga dapat berpengaruh terhadap makhluk hidup di sekitarnya. Walaupun alam mempunyai kemampuan membersihkan diri sendiri (self purification) namun bila melebihi kemampuan perairan tersebut bisa menimbulkan masalah lingkungan sehingga memberikan dampak bagi kehidupan biota perairan. Seterusnya dapat mempengaruhi kesehatan penduduk yang memanfaatkan air situ tersebut. Adanya gangguan aktifitas antropogenik dapat memberikan dampak negatif terhadap kualitas air terutama kualitas air Situ Pamulang, selanjutnya akan berdampak juga terhadap kehidupan biota air. Perubahan biota air merupakan salah satu indikator adanya gangguan ekologi yang terjadi di perairan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis makrozoobentos dan kelimpahannya pada daerah masukan air (inlet) di perairan Situ Pamulang. MATERIAL DAN METODE Penelitian dilakukan dengan metode survei di perairan Situ Pamulang. Alat dan bahan yang digunakan meliputi ekman dredge, mikroskop, botol sampel dan formalin. Sampel makrozoobentos dikoleksi dari 3 (tiga) titik daerah masukan air (inlet) menggunakan ekman dredge secara purpossive random sampling. Sampel yang tertampung diidentifikasi untuk mengetahui jenis-jenisnya. Setiap jenis makrozoobentos dianalisis kelimpahan (abudance), keanekaragaman jenis dan indeks dominansinya. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan diperoleh 9 jenis makrozoobentos yang terbagi dalam 1 klass dan 4 ordo. Terdapat 5 jenis dari ordo Sorbeoconcha, 2 jenis dari ordo Viviparoidea dan masing- Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 7 Nomor 2, Oktober 2014 69

masing 1 jenis dari ordo Architaenioglossa dan Hygrophyila. Besarnya nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H ), indeks keseragaman (E) dan indeks dominansi Simpsons (C) pada masing-masing stasiun ditampilkan dalam Tabel 2. Kelimpahan makrozoobentos pada setiap stasiun pengamatan meliputi stasiun 1, 2 dan 3 berkisar antara 1150 3725 individu/m 2. Kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu 3725 individu/m 2. Stasiun pengamatan ini merupakan daerah masukan air yang dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk perikanan/tambak. Di daerah ini dapat ditemukan tumbuhan secara alami. Kepadatan terendah terdapat pada stasiun 3 yaitu 1150 individu/m 2, daerah ini merupakan daerah masukan air yang digunakan masyarakat sekitar untuk peternakan. Sepertinya kegiatan ini menunjukkan adanya tekanan ekologis terhadap perairan pada stasiun tersebut sehingga mengakibatkan perubahan lingkungan sebagai habitat bagi makrozoobentos. Makrozoobentos ang ditemukan di perairan Situ Pamulang yang telah teridentifikasi adalah 9 jenis, hal ini dapat menandakan bahwa tingkat kelimpahan jenis makrozoobentos di Situ Pamulang tergolong rendah. Perkins (1974) menyatakan bahwa total 0 sampai 10 jenis yang ditemukan di suatu lokasi menunjukkan bahwa lokasi tersebut sudah mengalami gangguan yang berarti dan sebaliknya semakin baik kualitas air maka akan semakin tinggi keanekaragaman jumlah taksanya serta kondisinya akan semakin bagus. Hal ini merupakan akibat dari gangguan antropogenik yang memberikan pengaruh terhadap kualitas air sehingga berdampak pada terhadap kehidupan dan keberadaan jenis makrozoobentos. Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa kelimpahan makrozoobentos tertinggi dari jenis Filopaludina javaniva sebesar 2225 individu/m 2, sedangkan kelimpahan terendah dari jenis Thiara cancellata, Melanoides requerti dan Indohanorbis exustus masingmasing sebesar 25 individu/m 2. Nilai indeks keanekaragaman jenis yang tergolong sedang pada setiap stasiun pengamatan menunjukkan bahwa stasiun pengamatan mulai mengalami tekanan ekologis sehingga berpengaruh terhadap keberagaman makrozoobentos di lokasi tersebut. Tekanan yang ada mulai mempengaruhi kehidupan makrozoobentos sehingga keanekaragaman jenisnya berada pada level sedang. Lee et al., (1978) menjelaskankan bahwa indeks keanekaragaman juga dapat mencerminkan derajat pencemaran suatu perairan. Jika perairan memiliki indeks keanekaragaman kurang dari 1, maka digolongkan sebagai perairan tercemar berat. Menurut Legendre & Legendre (1983), jika keanekaragaman jenis (H ) sama dengan nol maka komunitas akan terdiri atas jenis tunggal. Nilai keanekaragaman jenis akan mendekati maksimum jika semua jenis terdistribusi secara merata dalam komunitas sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis sangat dipengaruhi oleh faktor jumlah jenis, jumlah individu dan pola penyebaran masing-masing jenis. Indeks keanekaragaman jenis masingmasing makrozoobentos tercantum dalam Tabel 3. Keanekaragaman jenis makrozoobenthos di Situ Pamulang dapat dikategorikan rendah yaitu 1,48. Nilai keanekaragaman jenis ini dapat disebabkan oleh distribusi atau penyebaran jenis makrozoobentos yang tidak merata dalam komunitas. Distribusi makrozoobentos yang tidak merata dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan tempat sampling dilakukan. Indeks keseragaman berkisar antara nol sampai satu. Semakin mendekati nol semakin kecil keseragaman populasi, artinya penyebaran jumlah individu setiap jenis tidak sama dan ada kecenderungan satu jenis. Semakin mendekati nilai satu, maka penyebarannya cenderung merata dan tidak ada jenis yang. Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 7 Nomor 2, Oktober 2014 70

Tabel 1. Lokasi Pengambilan sampel dan deskripsi stasiun pengamatan di Situ Pamulang Lokasi Koordinat Deskripsi Stasiun Pengamatan Stasiun 1 S 06 O 21 06,5 Stasiun ini merupakan daerah buangan air dari perumahan E 106 O 43 27,1 penduduk, pepohonan masih secara alami dapat tumbuh dan terletak di pinggir jalan raya Stasiun 2 Stasiun 3 S 06 O 21 00,2 E 106 O 43 30,9 S 06 O 20 34,0 E 106 O 43 22,3 Stasiun ini merupakan daerah saluran air dari perikanan/ tambak, pepohonan masih secara alami dapat tumbuh dan terletak di pinggir jalan raya Stasiun ini merupakan daerah saluran air dari peternakan, pepohonan masih secara alami dapat tumbuh. Tabel 2. Indeks Keanekaragaman jenis (H ), Indeks Keseragaman jenis (E) dan Indeks Dominansi (C) setiap stasiun pengamatan di Situ Pamulang Stasiun Makrozoobentos H Keterangan E Keterangan C Keterangan 1 1,34 sedang 0,58 keseragaman tinggi 0,29 tidak ada yang 2 1,53 sedang 0,55 keseragaman tinggi 0,25 tidak ada yang 3 1,16 sedang 0,50 keseragaman sedang 0,36 tidak ada yang 2500 2000 1500 1000 500 0 jumlah individu/m2 Gambar 1. Kelimpahan jenis makrozoobentos di perairan Situ Pamulang Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 7 Nomor 2, Oktober 2014 71

Tabel 3. Indeks keanekaragaman jenis makrozoobentos di Situ Pamulang No. Nama Jenis Indeks Keanekaragaman 1 Melanoides tuberculata 0,26 2 Pomacea canaliculata 0,29 3 Filopaludina sumatrensis 0,35 4 Thiara cancellata 0,02 5 Filopaludina javanica 0,36 6 Melanoides maculata 0,12 7 Melanoides punctata 0,04 8 Melanoides riquerti 0,02 9 Indohanorbis exustus 0,02 Hasil penghitungan setiap stasiun menunjukkan bahwa stasiun 1 dan 2 nilai keseragamannya tinggi dan stasiun 3 nilai keseragaman sedang. Keadaan pada stasiun 1 dan 2 menunjukkan bahwa daerah ini mulai mendapatkan tekanan akibat perubahan lingkungan yang ada. Pada stasiun 3 tekanan lingkungan mulai ada tetapi belum mempengaruhi secara langsung. Basmi (2000) menyatakan bahwa indeks keseragaman yang mendekati 0, cenderung menunjukkan komunitas yang tidak stabil, komunitas dalam keadaan stess karena mengalami tekanan lingkungan; kondisi lingkungan labil. Bila nilai indeks keseragaman jenis tinggi menunjukkan bahwa komunitas dalam keadaan stabil, jumlah individu antar jenis relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi habitat yang dihuni relatif serasi (baik) untuk pertumbuhan dan perkembangan masing-masing jenis. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa tidak ada makrozoobentos yang pada setiap stasiun pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas dalam keadaan stabil, belum terjadi tekanan ekologis (stess) yang mengakibatkan perubahan lingkungan. Purnama et al., (2011) menjelaskan bahwa adanya dominansi menunjukkan tempat tersebut memiliki kekayaan jenis yang rendah dengan sebaran yang tidak merata, berarti di dalam komunitas yang diamati dijumpai jenis yang. Dengan demikian, kondisi tersebut mencerminkan struktur komunitas dalam keadaan labil. Perhitungan indeks dominansi Simpson didapatkan bahwa nilai dominansi jenis makrozoobentos sebesar 0,25. Berdasarkan kriteria nilai Simpson, bila indeks dominansi mendekati 1 (C > 0,5), berarti ada jenis yang pada wilayah tersebut. Namun sebaliknya bila indeks dominansi mendekati angka 0 (C < 0,5), maka diindikasikan bahwa dalam wilayah tersebut tidak ada jenis yang sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat jenis yang secara ekstrim jenis lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi komunitas perairan cukup stabil. Odum (1971) juga menjelaskan bahwa penilaian tercemar tidaknya suatu ekosistem tidak sedemikian mudah terdeteksi dari hubungan antara keanekaragaman jenis dan kestabilan komunitasnya. Sistem yang stabil dalam pengertian tahan terhadap gangguan atau bahan pencemar dapat saja memiliki keanekaragman yang rendah atau tinggi, hal ini bergantung dari fungsi aliran energi yang terdapat pada perairan tersebut. KESIMPULAN Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini yaitu: 1. Diperoleh 9 jenis makrozoobentos di perairan Situ Pamulang. 2. Kelimpahan makrozoobentos berkisar antara 25 individu/m 2 sampai 2225 individu/m 2. 3. Indeks keanekaragaman makrozoobentos di Situ Pamulang dapat dikategorikan rendah yaitu 1,48. 4. Tidak ada jenis makrozoobentos yang di perairan Situ Pamulang. Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 7 Nomor 2, Oktober 2014 72

DAFTAR PUSTAKA Basmi, J., (2000). Planktonologi: Plankton sebagai Bioindikator Kualitas Perairan. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institu Pertanian Bogor. Lee, C. D., Wang, S. B. & Kuo, C. L. (1978). Benthic Macroinvertebrate and Fish as Biological Indicator of Water Quality with Reference to Community Diversity Index. In Onano, E. A. R., B. N. Lohani, & Thanh (Eds), Water Pollution Control in Developing Countries. Bangkok: Asians INSt. Tech. Legendre, C. & Legendre, P. (1983). Numerical Ecology. New York: Elsevier Scientific Publisher Company. Odum, E. P. (1971). Dasar-Dasar Ekologi (3th ed) (T. Samingan & B. Srigandono). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Perkins, E. J. (1974). The Biologycal Of Estuaries and Coastal Waters. New York: Academic Press. Purnama P. R., N. W. Nastiti, M. E. Agustin, & M. Affandi. (2011). Diversitas Gastropoda di Sungai Sukamade, Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Airlangga. Surabaya. Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 7 Nomor 2, Oktober 2014 73