BAB I PENDAHULUAN. bangsa ke arah yang lebih baik yaitu arah yang menunjukkan kemakmuran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. tersebut belum mempunyai kemampuan untuk melengkapi serta. kepentingan pribadi mereka masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya anak dilindungi harkat, martabat serta hak haknya sebagai. pemenuhan hak haknya tanpa perlakuan diskriminatif.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Anak merupakan amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. sayang keluarga, tukar pikiran dan tempat untuk memiliki harta kekayaan. 3 apa yang

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. berpendidikan menengah ke atas dengan penghasilan tinggi sekalipun sering

BAB I PENDAHULUAN. pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Fungsi kepolisian adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan aturan terhadap suatu perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian sehingga

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya seorang anak dilahirkan sebagai akibat dari hubungan

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. martabat serta hak-hak asasi yang harus dijunjung tinggi. 1 Hak-hak asasi yang

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional negara Indonesia dilaksanakan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. maupun dewasa bahkan orangtua sekalipun masih memandang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ini banyak dijumpai pasangan yang lebih memilih untuk melakukan nikah siri

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Setelah adanya Keputusan Konferensi Dinas Para

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai tanggung jawab. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. telah berusia 17 tahun atau yang sudah menikah. Kartu ini berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

BAB I PENDAHULUAN. esa, baik anak laki-laki maupun anak perempuan yang kita harus jaga sebaik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. melanjutkan kehidupan yang baik pula.

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kasus bullying (tindak kekerasan) di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif bagi pihak-pihak tertentu. adalah Yayasan Lembaga Pengkajian Sosial (YLPS) Humana Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

berlandaskan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang Indonesia harus taat dan patuh terhadap hukum yang ada di Indonesia dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material 1. Maka jika dua

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Masyarakat Indonesia tergolong heterogen dalam segala aspeknya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pengaruhnya sangat luas. Perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. memberikan jaminan bahwa orang berhak membentuk suatu keluarga guna

BAB I PENDAHULUAN. perlakuan yang sama dihadapan hukum 1. Menurut M. Scheltema mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan setiap kelahiran anak yang dilakukan oleh pemerintah berasas non

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I. Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang. diajukan ke Pengadilan. Dalam menjatuhkan pidana hakim berpedoman pada

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. tahun), termasuk anak yang masih dalam kandungan. 1 Anak adalah amanah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. dan perhatian, sehingga setiap anak dapat tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak. Penangannanya melalui kepolisian kejaksaan Pengadilan

BAB II PENGESAHAN ANAK LUAR KAWIN DARI PASANGAN SUAMI ISTRI YANG BERBEDA KEWARGANEGARAAN BERDASARKAN PARTICULARS OF MARRIAGE

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. seorang perempuan untuk waktu yang lama 1. Perkawinan merupakan salah satu

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

KEDUDUKAN HUKUM ANAK LUAR KAWIN YANG DIAKUI. Oleh: Mulyadi, SH., MH. ( )

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua anak merupakan generasi penerus yang diharapkan membawa bangsa ke arah yang lebih baik yaitu arah yang menunjukkan kemakmuran dan kemajuan. Semua hak dapat diperoleh oleh setiap anak, yaitu hak untuk memperoleh perlindungan, kesempatan, dan fasilitas yang memungkinkan setiap anak untuk dapat berkembang secara sehat dalam keadaan bebas dan bermanfaat. Setiap anak juga berhak untuk mendapat jaminan sosial yaitu gizi yang cukup, pelayanan kesehatan, memperoleh pendidikan, perawatan, tumbuh dan dibesarkan dalam suasana yang penuh kasih dan rasa aman di bawah asuhan dan tanggung jawab orang tua masing-masing anak. Anak merupakan karunia besar yang diberikan oleh Tuhan yang harus dijaga, dirawat, serta dididik dengan sebaik mungkin. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. 1 1 Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, diterbitkan oleh Pustaka Widyatama, 2004, Yogyakarta, hlm.56 1

2 Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 2 Di Indonesia menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Bab I Pasal 1 ayat (2) merumuskan bahwa, anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin. 3 Menurut Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, khususnya Bab III Bagian Kesepuluh Pasal 52 ayat (2) mengenai Hak Anak, memberikan pengertian yang dimaksud dengan hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungannya. 4 Sebelum terlahirkannya anak dalam keluarga maka harus dilakukan perkawinan. Perkawinan itu sendiri menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Lembaran Negara Republik Indonesia, khususnya Bab I Pasal 1 mengenai Dasar Perkawinan adalah Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Adanya perkawinan akan memberikan kejelasan status dan kedudukan anak yang dilahirkan, misalnya seperti status apakah dia terlahir, sebagai anak sah atau anak di luar kawin. 2 3 4 Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat(2) http://www.scribd.com/doc/14553220/uu-kesejahteraan-anak, 4 Maret 2010 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, khususnya Bab III Bagian Kesepuluh Pasal 52 ayat (2), mengenai Hak Anak

3 Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. 5 Seorang anak yang terlahir di luar nikah itu juga disebut anak hasil zinah. 6 Anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. 7 Hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan anak, khususnya mengenai identitas diri di dalam hukum nasional diatur di dalam Peraturan Perundang-undangan sebelum kemerdekaan yaitu pada zaman Hindia-Belanda dan sesudah kemerdekaan. Menurut Peraturan Perundang-undangan pada zaman Hindia-Belanda, diatur dalam : 1. Staatblad 1849 Nomor 25 tentang Pencatatan Sipil bagi golongan Eropa; 2. Staatblad 1917 Nomor 129 tentang Pencatatan Sipil bagi golongan Tionghoa; 3. Reglemen Catatan Sipil Staatblad 1917 Nomor 751 tentang Pencatatan Sipil bagi golongan WNI (Warga Negara Indonesia); Menurut Peraturan Perundang-undangan sesudah kemerdekaan, diatur dalam : 1. Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945, Bab XA Pasal 28B ayat (2) tentang Kelangsungan hidup anak dan Undang-Undang Dasar 5 6 7 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, khususnya Bab IX Pasal 42, mengenai Kedudukan anak, dalam http://indosingleparent.blogspot.com/2008/03/undangundang-tentang-perkawinan.html, 31 Agustus 2009 http://www.gtzggpas.or.id/news/mc/art190906.htm, 31 Agustus 2009 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, op.cit. Pasal 43, mengenai Kedudukan Anak

4 Republik Indonesia 1945, Bab XIV Pasal 34 tentang Kesejahteraan Sosial; 2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1 Pasal 42 dan Pasal 43 tentang Kedudukan Anak, dan Pasal 55 tentang Pembuktian Asalusul Anak; 3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 32; 4. Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Kesejahteraan Anak; 5. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia; 6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pendaftaran Penduduk. 8. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1983 Pasal 5 ayat (2) tentang Pencatatan dan Penerbitan Akta Kelahiran; Anak yang terlahir di luar kawin banyak yang tidak diakui bahkan dibuang oleh ibunya, salah satu tempat pembuangan bagi anak luar kawin adalah Yayasan Panti Asuhan. Menurut Yayasan Dharmais jumlah anak-anak yatim piatu yang berada di Panti Asuhan dalam setahun terakhir ini adalah 55.769 anak. Sebagian dari anak-anak itu bersekolah di tingkat dasar, di

5 tingkat menengah, dan di tingkat pendidikan atas. Ada juga sebagian anakanak itu sudah memasuki perguruan tinggi dan siap terjun ke masyarakat. 8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan bahwa bagaimanakah pemenuhan hak anak luar kawin atas identitas diri yang diberikan oleh Negara? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan Rumusan Masalah, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan mencari data pemenuhan hak anak luar kawin atas identitas diri yang diberikan oleh negara. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua), yaitu : a. Manfaat Teoritis : Bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya mengenai hak anak luar kawin atas identitas diri. b. Manfaat Praktis a. Bagi penulis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan. b. Bagi para orang tua diharapkan agar lebih memberikan perhatian, kasih sayang serta menjaga dan melindungi anak mereka dengan memberikan status hukum kepada anak yang berupa akta kelahiran. 8 http://www.pelita.or.id/cetakartikel.php?id=20461, 15 Februari 2010

6 c. Bagi Masyarakat diharapkan lebih mengerti bahwa anak memiliki arti penting bagi penerus bangsa sehingga masyarakat dapat ikut berperan serta melindungi anak. E. Keaslian Penelitian Penulisan hukum dengan judul Hak Anak Luar Kawin Atas Identitas Diri ini merupakan karya penulis, bukan merupakan duplikasi ataupun plagiat dari hasil karya penulis lain. Di dalam penelitian yang dilakukan oleh : 1. Febrina, Nomor Mahasiswa 07937 Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya, penelitian Febrina berjudul Pelaksanaan Hak Anak Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II A Tangerang Untuk Memperoleh Pendidikan Formal, yang dibuat pada tahun 2007, hasil penelitian dari Febrina lebih cenderung meneliti tentang Perwujudan Pemenuhan Hak Dalam Memperoleh Pendidikan Formal Bagi Anak Didik Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II A Tangerang dan Sejauhmana Hak Anak Didik Pemasyarakatan Dalam Hal Pendidikan Formal di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II A Tangerang Tersebut Terpenuhi. Hasil penelitian Niken Ratna Kusuma Dewi adalah : a. Pendidikan formal bagi anak didik pemasyarakatan anak kelas II A Tangerang tidak dapat diselenggarakan, oleh karena itu untuk memenuhi pendidikan anak didik pemasyarakatan pihak Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II A Tangerang mengambil kebijakan yaitu menggantikan dengan pendidikan nonformal.

7 b. Usaha Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II A Tangerang untuk memenuhi kebutuhan anak didik pemasyarakatan atas pendidikan formal yaitu menjalin kerjasama dengan sekolah diluar Lembaga Pemasyarakatan untuk menitipkan anak didik agar permasyarakatan dapat meneruskan pendidikan formal, namun terdapat beberapa kendala yang menyebabkan usaha tersebut tidak dilaksanakan antara lain : 1) Pihak sekolah anak didik pemasyarakatan sudah mengeluarkan anak tersebut dan tidak mau menerima kembali dengan alasan demi nama baik sekolah dan takut akan memberikan pengaruh buruk pada murid yang lain. 2) Pihak sekolah yang berada di sekitar Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II A Tangerang juga menolak dengan alasan yang sama yaitu takut akan memberikan pengaruh buru pada murid lain serta untuk tetap menjaga nama baik sekolah. 3) Anak didik juga malu untuk kembali ke sekolah formal karena takut akan menjadi bahan ejekan teman-teman dan mandapatkan perlakuan diskriminatif. Maka pihak Lembaga Pemasyarakatan menggantikan dengan penyelenggaraan pendidikan nonformal yaitu berupa program kejar paket, itupun tidak semua anak didik pemasyarakatan dapat merasakan program tersebut yang dikarenakan masa pembinaannya kurang dari 2 tahun sehingga yang lain diarahkan ke program pendidikan keterampilan yang meliputi : kegiatan rumah

8 tangga, kursus, montir, komputer, perkebunan, peternakan, dan lain-lain. Yang penulis teliti, berbeda dengan hasil penelitian Febrina. Penulis lebih cenderung meneliti tentang Hak Anak Luar Kawin Atas Identitas Diri. Penulisan Hukum ini berfokus kepada penjelasan hak anak luar kawin atas identitas diri terhadap hak yang telah diberikan oleh Negara. 2. Gerhanung Ramadhany, Nomor Mahasiswa 08871 Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya, penelitian Gerhanung Ramadhany berjudul Perlindungan Anak Dalam Proses Perkara Penyalahguaan Narkotika, yang dibuat tahun 2009. Hasil penelitian dari Gerhanung Ramadhany lebih cenderung meneliti tentang Peran Penegak Hukum Dalam Memberikan Perlindungan Terhadap Anak Dalam Perkara Penyalahgunaan Narkotika. Hasil penelitian Gerhanung Ramadhany adalah bahwa perlindungan yang diberikan pada tingkat kepolisian sama dengan tindak pidana pada umumnya. Perbedaan ada pada tingkat kejaksaaan berupa jaksa dalam membuat surat penuntutan berdasarkan fakta yang ada di persidangan untuk menekankan pada upaya rehbilitasi dengan maksud tidak ditahan untuk dikembalikan tanpa dipidana. Yang penulis teliti, berbeda dengan hasil penelitian Gerhanung Ramadhany. Penulis lebih cenderung meneliti tentang Hak Anak Luar Kawin Atas Identitas Diri. Penulis Hukum ini berfokus kepada penjelasan hak anak luar kawin atas identitas diri terhadap hak 3. Alieus Wahyudi Putranto, Nomor Mahasiswa 07985 Fakultas HUkum Universitas Atma Jaya, penelitian Alieus Wahyudi Putranto berjudul

9 Hak Anak Luar Kawin Dan Anak Temuan Atas Identitas Diri, yang dibuat tahun 2007. Hasil penelitian dari Alieus Wahyudi Putranto lebih cenderung meneliti tentang Perlindungan Hukum Terhadap Hak-hak Anak Luar Kawin dan Anak Temuan Atas Identitas Diri Supaya Dalam Pelaksanaanya Tidak Terjadi Diskriminasi, dan tentang Faktorfaktor Penghambat Di Dalam Pelaksanaan Perlindungan Terhadap Hak-hak Anak Luar Kawin dan Anak Temuan Atas Identitas Diri. Kesimpulan dari hasil penelitian Alieus Wahyudi Putranto adalah secara normatif hak-hak anak telah dilindungi oleh pemerintah hal ini sesuai dengan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak bahwa dalam pelaksanaan perlindungan anak khususnya dalam hal pengurusan akta kelahiran tidak boleh bertentangan dengan asas non diskriminasi dan dalam pengurusan akta kelahiran tersebut pemerintah memberikannya dengan cuma-cuma tanpa membedakan status anak. Dalam kenyataanya masih terjadi diskriminasi dalam pengurusan akta kelahiran bagi anak luar kawin dan anak temuan serta diperlukan banyak waktu dan biaya untuk mendapatkan akta kelahiran. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan perlindungan terhadap hak-hak anak luar kawin dan temuan atas identitas diri adalah terjadinya diskriminasi dalam pengurusan akta kelahiran bagi anak luar kawin dan anak temuan yang dilakukan oleh pemerintah khususnya dalam hal ini Kantor Catatan Sipil, kurangnya sosialisasi dari pemerintah sehingga masih banyak para aparat pemerintahan dan penegak hukum serta masyarakat yang

10 kurang menyadari tentang arti penting sebuah akta kelahiran bagi seorang anak, para aparat pemerintahan belum menyadari fungsinya dan belum melaksanakan fungsinya dengan baik dalam upaya perlindungan terhadap anak luar kawin dan anak temuan tidak mudah dan perlu banyak waktu dan biaya yang tidak sedikit. Yang penulis teliti, berbeda dengan hasil penelitian Alieus Wahyudi Putranto. Penulis lebih cenderung meneliti tentang Hak Anak Luar Kawin Atas Identitas Diri. Penulis Hukum ini berfokus kepada penjelasan hak anak luar kawin atas identitas diri terhadap hak yang telah diberikan oleh Negara. F. Batasan Konsep Berkaitan dengan judul yang ditulis oleh penulis, yaitu Hak Anak Luar Kawin Atas Identitas Diri, maka terdapat batasan konsep, yaitu : 1. Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara. 25 2. Anak menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 26 25 26 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, khususnya Bab I Pasal 1 ayat (12), hlm. 3, dlm http://id.wikisource.org/wiki/undang- Undang_Republik_indonesia_Nomor_23_Tahun_2002, 19 Februari 2010 ibid, ayat (1), hlm. 2, dalam http://id.wikisource.org/wiki/undang- Undang_Republik_indonesia_Nomor_23_Tahun_2002, 19 Februari 2010

11 3. Anak Luar Kawin adalah anak yang dilahirkan akibat hubungan laki-laki dan perempuan di luar perkawinan. 27 4. Identitas Diri adalah jati diri seseorang untuk memperoleh akta kelahiran. Merujuk definisi di atas Hak Anak Luar Kawin Atas Identitas Diri adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara bagi seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun yang dilahirkan akibat hubungan laki-laki dan perempuan di luar perkawinan untuk memperoleh jati diri yang berupa akta kelahiran. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian hukum ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang mengkaji norma yang berlaku. Penelitian hukum normatif mengkaji norma-norma hukum positif yang berupa peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan pelaksanaan perlindungan hak anak luar kawin atas identitas diri. 2. Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Sekunder, yang terdiri dari : a. Bahan hukum primer yang meliputi peraturan ketatanegaraan Indonesia pada zaman pemerintahan Hindia-Belanda, meliputi : 27 M. Hasbi Ash. Shidieqy, 1964:4, dalam Drs. Harun Utuh, Status Hukum Anak Luar Kawin dan Perlindungannya, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1990, hlm.14

12 1) Staatblad 1849 Nomor 25 tentang Pencatatan Sipil bagi golongan Eropa. 2) Staatblad 1917 Nomor 129 tentang Pencatatan Sipil bagi golongan Tionghoa. 3) Reglemen Catatan Sipil Staatblad 1917 Nomor 751 tentang Pencatatan Sipil bagi golongan WNI (Warga Negara Indonesia). Selain menggunakan peraturan ketatanegaraan pada zaman Hindia- Belanda, penulis juga menggunakan sumber hukum lainnya, yaitu meliputi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, yaitu : 1) Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945, Bab XA Pasal 28B ayat (2) tentang Kelangsungan hidup anak, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, Bab XIV Pasal 34 tentang Kesejahteraan Sosial. 2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, khususnya Bab IX Pasal 42 dan Pasal 43 tentang Kedudukan Anak, dan Bab XII Bagian Pertama Pasal 55 tentang Pembuktian Asalusul Anak. 3) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, khususnya Bab I Pasal 1 ayat (2) tentang Pengertian Anak, dan Bab II Pasal 2 sampai dengan Pasal 8 mengenai Hak-hak Anak.

13 4) Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, khususnya Bab III Bagian Kesepuluh Pasal 52 ayat (2) mengenai Hak Anak, dan Bab I Pasal 1 ayat (5) tentang Pengertian Anak. 5) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, khusunya Bab I Pasal 1 ayat (1) tentang Pengertian Anak, dan Pasal 1 ayat (12) tentang Pengertian Hak Anak. 6) Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1983 Pasal 5 ayat (2) tentang Pencatatan dan Penerbitan Akta Kelahiran. b. Bahan hukum sekunder berupa pendapat hukum yang meliputi bukubuku, artikel, tulisan ilmiah yang berkaitan dengan Hak Anak Luar Kawin Atas Identitas Diri. 3. Narasumber Narasumber yang peneliti ambil yaitu melakukan wawancara dengan Pimpinan Panti Asuhan Putera Tunas Harapan Bapak Albert Silinawa yang bertempat di Kota Yogyakarta dan Pejabat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Bapak M. Agus Hutoro, S.Psi selaku Ka.Sie Pelayanan Akta Perkawinan dan Perceraian yang bertempat di Kota Yogyakarta yang mengetahui dan memahami tentang Hak Anak Luar Kawin Atas Identitas Diri. 4. Analisis Bahan hukum primer yang berupa peraturan perundang-undangan dianalisis berdasarkan lima tugas oleh ilmu hukum dogmatik, yaitu :

14 a. Deskripsi hukum positif, yang meliputi isi maupun struktur hukum positif mengenai uraian tentang Hak Anak Luar Kawin Atas Identitas Diri dari bahan hukum primer. b. Sistematisasi hukum positif secara vertikal yang meliputi Undangundang Dasar 1945, khususnya Bab XA Pasal 28B ayat (2) dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, khusunya Bab II Pasal 2 sampai dengan Pasal 8 tentang Hak-hak Anak terjadi sinkronisasi. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, khususnya Bab III Bagian ke-10 (kesepuluh) Pasal 52 ayat (2) tentang Hak-hak Anak dengan Undang-undang Dasar 1945, khususnya Bab XA Pasal 28B ayat (2) juga terjadi sinkronisasi. Maka Prinsip Penalaran Hukumnya adalah ekslusi yaitu tiap sistem hukum diidenfikasikan oleh sejumlah peraturan perundang-undangan. Secara horisontal, meliputi Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang memberikan pengertian mengenai anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak juga merumuskan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Kedua peraturan perundangundangan di atas merupakan peraturan yang harmonisasi atau mempunyai hubungan yang logis antara Undang-undang yang satu

15 dengan Undang-undang yang lain, sehingga tidak diperlukan asas berlakunya peraturan perundang-undangan. c. Melakukan interpretasi hukum, dengan menggunakan metode : 1) Interpretasi gramatikal, yaitu mengartikan suatu term hukum atau suatu bagian kalimat dalam bahan-bahan hukum primer menurut bahasa sehari-hari atau bahasa hukum. 2) Interpretasi sistematis, secara horisontal yaitu dengan titik tolak dari sistem aturan mengartikan suatu ketentuan hukum. 3) Interpretasi teleologis, yakni mendasarkan pada maksud atau tujuan tertentu suatu peraturan. d. Menilai hukum positif, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hak anak luar kawin atas identitas diri mengandung beberapa penilaian yang mana hal tersebut menyangkut nilai perlindungan yang dapat mempengaruhi perkembangan anak, nilai kemanusiaan, dan nilai kepastian hukum. Bahan hukum sekunder yang berupa pendapat hukum yang diperoleh dari buku-buku, hasil penelitian, artikel dan majalah yang berkaitan/berhubungan dengan masalah anak, psikologi anak dan pentingnya akta kelahiran bagi anak yang kemudian dideskripsikan untuk dapat diperolehnya suatu pengertian/pemahaman serta pandangan tentang hak anak luar kawin atas identitas diri. Bahan hukum primer yang berkaitan dengan hak anak luar kawin atas identitas diri yang berupa peraturan perundang-undangan kemudian dilakukan perbandingan dengan bahan hukum sekunder yang berupa

16 pendapat hukum yang diperoleh dari buku-buku, hasil penelitian, artikel, dan majalah. e. Proses penalaran yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah proses penalaran deduktif, yaitu berangkat dari hal-hal yang bersifat umum berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hak anak luar kawin atas identitas diri. H. Sistematika Isi BAB I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Batasan Konsep, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II. PEMBAHASAN Bab ini mengenai pembahasan, yang menguraikan tentang: A. Tinjauan umum tentang hak anak luar kawin, yang meliputi: pengertian anak, hak-hak anak, kedudukan anak, pengertian anak luar kawin. B. Tinjauan umum tentang identitas diri, yang meliputi: pengertian identitas diri, isi yang harus ada di dalam akta kelahiran, kegunaan akta-akta yang dibuat di catatan sipil, tujuan lembaga catatan sipil, fungsi kantor catatan sipil. C. Hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis yakni mengenai pemenuhan hak anak luar kawin atas identitas diri yang diberikan oleh negara.

17 BAB III. PENUTUP Bab ini berisi jawaban dari rumusan masalah yang berupa kesimpulan mengenai hak-hak anak yang seharusnya diperoleh meskipun anak tersebut merupakan anak luar kawin yang berupa identitas diri dan saran yang diberikan penulis setelah melakukan penelitian hukum.