BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK DEFISIENSI G6PD SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERHADAP HIPERBILIRUBINEMIA PADA NOENATUS BERUMUR DUA HARI DI RSAB HARAPAN KITA, JAKARTA BARAT, TAHUN

DEFISIENSI G6PD. Biokimia Molekuler dan Metabolisme Fisiologis Enzim G6PD

TATALAKSANA FOTOTERAPI PADA BAYI KURANG BULAN. Roro Kurnia Kusuma W

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari

HIPERBILIRUBINEMIA PADA NEONATUS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Varian Molekular Defisiensi Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

METABOLISME BILIRUBIN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Skrining, Diagnosis dan Aspek Klinis Defisiensi Glukosa-6-FosfatDehidrogenase (G6PD)

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB I PENDAHULUAN. Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar

BAB 1 PENDAHULUAN. kejang pada bayi baru lahir, infeksi neonatal. 1 Hiperbilirubinemia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bulan, 80% anak meninggal terjadi saat umur 1-11 bulan. 1 Menurut profil

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. retikuloendotelial. Neonatus akan memproduksi bilirubin dua kali lipat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODUL FOTOTERAPI PADA BAYI NSA419. Materi Fototerapi Pada Bayi. Disusun Oleh Ns. Widia Sari, M. Kep. UNIVERSITAS ESA UNGGUL Tahun 2018

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara

Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter?

BAB I PENDAHULUAN. Ikterus merupakan perubahan warna kuning pada kulit, jaringan mukosa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Defisiensi Glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD)

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada

Metabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit infeksi yang hingga saat

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengeradikasi bakteri gram positif dan gram negatif. Amoksisilin juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berat badan pada neonatus cenderung menurun secara fisiologis karena

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dihadapi tenaga kesehatan terjadi pada sekitar 25-50% bayi

C. Pengaruh Sinar Fototerapi Terhadap Bilirubin Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama sekali diperhatikan dan dilaporkan oleh seorang perawat di

PROSES KELAHIRAN DAN PERAWATAN BAYI BARU LAHIR YANG KAMI INGINKAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kista. Tempat predileksinya antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi rantai globin mengalami perubahan kuantitatif. Hal ini dapat menimbulkan

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Hasil Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi September hingga

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia.

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. transparansinya. Katarak merupakan penyebab terbanyak gangguan

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Umumnya prevalensi abortus sekitar % dari semua. prevalensi masih bervariasi dari yang terendah 2-3% sampai yang

SINDROM DOWN HIPERBILIRUBINEMIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan

KONSEP GOLONGAN DARAH ABO DAN RHESUS. Ns. Haryati

BAB I PENDAHULUAN. utama kebutaan yang tidak dapat disembuhkan. Glaukoma umumnya

BAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyaring dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme juga zat-zat toksik

Peranan Enzim Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase dalam Mempertahankan Integritas Membran Sel Darah Merah terhadap Beban Oksidatif

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA VAKUM EKSTRAKSI

Sistem penggolongan darah manusia telah cukup banyak ditemukan sampai saat ini, seperti sistem golongan darah ABO, Sistem MNSs, Faktor Rh, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikterus neonatorum merupakan masalah yang sering dijumpai pada perawatan bayi baru lahir normal, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan kerja insulin dan/atau sekresi insulin (Forbes & Cooper, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASUHAN HIPERBILIRUBIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kanker ginekologi perempuan. Kanker ovarium dapat terjadi akibat faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen. Secara kimiawi: OKSIDASI BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan yang utama di dunia. Data

BULAN. Oleh: J DOKTER

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB V PEMBAHASAN. STZ merupakan bahan toksik yang dapat merusak sel ß pankreas secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah (Fitri, 2007).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hiperbilirubinemia merupakan keadaan bilirubin yang meningkat di dalam darah. Peningkatan tersebut dapat terjadi pada kadar bilirubin total, bilirubin indirek, dan/atau bilirubin direk. Hal ini dapat diketahui melalui pemeriksaan bilirubin serum secara kuantitatif (Ambalavanan & Carlo, 2011). Salah satu masalah paling umum yang ditemukan pada neonatus adalah hiperbilirubinemia (Porter & Dennis, 2002). Lebih dari 80% neonatus mengalami ikterus akibat akumulasi bilirubin pada kulit, sklera, dan membran mukosa. Oleh karena itu, American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasi untuk melakukan melakukan pemeriksaan bilirubin pada seluruh neonatus sebelum dipulangkan dari rumah sakit (Tortora & Derrickson, 2012; Newman, 2009; Yaworski, Van Meer, & Wong, 2002). Ikterus umumnya terjadi akibat peningkatan kadar bilirubin indirek karena denaturasi membran eritrosit sehingga ikterus dapat disertai dengan anemia hemolitik (WHO Working Group, 1989). Peningkatan bilirubin indirek melebihi 7 mg/dl pada saat neonatus berumur dua sampai lima hari menunjukkan hiperbilirubinemia patologis yang berhubungan dengan tingginya risiko kernikterus (kerusakan otak) yang dapat menimbulkan kecacatan hingga kematian (Ambalavanan & Carlo, 2011). Hiperbilirubinemia patologis dapat diakibatkan oleh banyak hal, seperti defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD), inkompabilitas ABO, inkompabilitas rhesus (Rh), serta infeksi atau sepsis (Porter & Dennis, 2002). Defisiensi G6PD merupakan kelainan enzim tersering pada jalur pentosa fosfat. Kekurangan enzim ini menyebabkan degradasi heme yang lalu menimbulkan kerusakan pada membran eritrosit akibat kurangnya GSH (glutathione terreduksi) sebagai antioksidan. 1

Hiperbilirubinemia pada neonatus akibat defisiensi G6PD biasanya terjadi akibat tiga faktor pencetus. Pertama, ibu hamil dan menyusui yang mengonsumsi obat-obat tertentu, seperti antimalaria, obat kemoterapi, dan antibiotik yang melapaskan reactive oxygen species (ROS). Kedua, ibu hamil dan menyusui yang mengonsumsi kacang fava yang mengandung suatu oksidan yang potensial menimbulkan stres oksidatif. Radikal bebas atau substansi oksidatif ini ditransmisikan dari ibu ke neonatus melalui plasenta dan air susu ibu (ASI). Ketiga, neonatus itu sendiri yang mengalami infeksi atau sepsis sehingga memicu pembentukan ROS melalui pelepasan sitokin proinflamasi. Ketiga faktor pencetus tersebut menimbulkan denaturasi hemoglobin yang lalu membentuk bilirubin (Ambalavanan & Carlo, 2011; Klowak & Wong, 2008). Dilaporkan ada 400 juta orang di seluruh dunia menderita defisiensi G6PD. Prevalensi tertinggi terjadi di Afrika, Asia, Mediterania, dan Timur Tengah (Frank, 2005). Daerah-daerah tersebut merupakan endemik malaria yang merujuk pada teori bahwa pembawa gen defisiensi G6PD dimaksudkan untuk memiliki proteksi awal terhadap infeksi malaria, terutama yang diakibatkan oleh Plasmodium falciparum, penyebab malaria terbanyak (Frank, 2005; Greene, 1993). Di Indonesia, prevalensi defisiensi G6PD berkisar antara 2,7% 14,2% (Kurniawan, 2014). Sebanyak 5,2% dari 1802 neonatus ditemukan dengan defisiensi G6PD pada penelitian di Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita tahun 2009 2011 (Elizabeth, 2012). Defisiensi G6PD merupakan kelainan X-linked recessive, seperti pada penyakit hemofilia dan buta warna yang diturunkan. Terdapat 300 varian menurut lokasi alel yang akan mempengaruhi sintesis enzim G6PD (Beutler, 1994). Sebanyak 0,7 1,6 per 1000 kelahiran dilaporkan meninggal akibat kernikterus pada neonatus dengan defisiensi G6PD. Oleh karena itu, WHO telah merekomendasikan untuk melakukan skrining defisiensi G6PD pada populasi di mana insidensi defisiensi G6PD pada laki-laki melebihi 3 5% (WHO Working Group, 1989). 2

Skrining defisiensi G6PD di Indonesia belum menjadi program skrining neonatus. Sampai saat ini, skrining neonatus yang umumnya tersedia di Indonesia hanya hipotiroid kongenital dengan pemeriksaan kadar thyroid-stimulating hormone (TSH) yang dimulai sejak tahun 2000 (Rustama, 2015; Elizabeth, 2012). Salah satu rumah sakit yang melakukan pemeriksaan G6PD pada neonatus di Indonesia adalah RSAB Harapan Kita di Jakarta Barat, tempat penelitian ini dilakukan. Pengambilan data diperoleh melalui rekam medis RSAB Harapan Kita yang mencatat hasil skrining defisiensi G6PD dan pemeriksaan kadar bilirubin serum pada neonatus berusia dua hari selama tahun 2015. Pemeriksaan G6PD di rumah sakit tersebut dilakukan dengan uji fluorescent spot yang direkomendasikan oleh Internal Committee for Standardization in Hematology (ICSH) (Elizabeth, 2012). Alasan dilakukannya pemeriksaan G6PD dan bilirubin serum pada neonatus berusia dua hari adalah untuk memonitor laju progresivitas kadar bilirubin serum yang memuncak pada hari ketiga sampai hari kelima. Jika didapatkan neonatus dengan hiperbilirubinemia disertai defisiensi G6PD, kemungkinan besar progresivitas peningkatan kadar bilirubin berjalan cepat untuk beberapa hari ke dapan sehingga dapat diberikan penanganan light therapy yang tidak hanya bermanfaat untuk menangani hiperbilirubinemia pada neonatus, tetapi juga sebagai pencegahan terhadap kernikterus dengan gejala awal yang muncul pada saat neonatus berumur dua hari (Ambalavanan & Carlo, 2011). 1.2 Identifikasi Masalah Apakah defisiensi G6PD menjadi faktor risiko hiperbilirubinemia pada neonatus berumur dua hari di RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat, tahun 2015. 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan defisiensi G6PD dengan hiperbilirubinemia pada neonatus. 3

Sementara tujuan dari penelitian ini untuk memperlihatkan pentingnya program skrining defisiensi G6PD pada neonatus berumur dua hari di seluruh tempat penyedia layanan kesehatan. 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah Manfaat Akademisi Mengetahui peran G6PD terhadap mekanisme terjadinya hiperbilirubinemia dan faktor-faktor yang dapat memicu timbulnya hiperbilirubinemia akibat defisiensi G6PD. Manfaat Praktis Memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai istilah bayi kuning yang timbul akibat kekurangan enzim G6PD sehingga dapat menghindari hal-hal yang dapat memperberat keadaan bayi kuning tersebut. Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya cacat permanen dan kematian pada bayi. 1.5 Landasan Teori dan Hipotesis 1.5.1 Landasan Teori Mutasi di kromosom Xq28 menyebabkan terganggunya sintesis G6PD di dalam eritrosit sehingga energi yang mempertahankan kadar NADPH (nicotinamide adenine dinucleotide phosphate) menurun (Daniele, 2009). Fungsi dari NADPH adalah menjaga GSH (glutathione terreduksi) tetap berada dalam bentuk teroksidasi. GSH secara aktif dihasilkan oleh eritrosit sebagai antioksidan ini akan berubah menjadi GSSG (glutathione teroksidasi) ketika bertemu radikal bebas, seperti H 2 O 2 (hidrogen peroksida) yang menimbulkan stres oksidatif. Dalam pengubahan GSH menjadi GSSG tersebut, terjadi pemecahan 4

H 2 O 2 menjadi menjadi molekul yang stabil, yakni H 2 O dan O 2 melalui glutathione peroxidase. NADPH kemudian mengubah kembali GSSG menjadi GSH agar dapat melaksanakan perannya sebagai antioksidan (Kumar et al, 2010; WHO Working Group, 1989). Pada defisiensi G6PD, NADPH tidak cukup banyak dihasilkan sehingga GSSG tidak diubah menjadi GSH dan hemoglobin mengalami denaturasi akibat stres oksidatif (kerusakan yang terjadi akibat proses oksidasi yang ditimbulkan oleh radikal bebas). Hemoglobin yang paling banyak terpengaruhi adalah hemoglobin rantai beta (WHO Working Group, 1989). Stres oksidatif kemudian mempengaruhi membran eritrosit sehingga terjadi hemolisis (Keohane, Smith, & Walenga, 2016). Satu gram hemoglobin kira-kira dapat membentuk 35 miligram bilirubin (Riley, 2014). G6PD diekspresikan di seluruh sel, namun peranannya sangat penting di eritrosit yang tidak memiliki mitokondria, sehingga G6PD merupakan sumber utama dari NADPH (WHO Working Group, 1989). Ada tiga faktor pencetus yang umum menyebabkan hiperbilirubinemia akibat defisiensi G6PD pada neonatus, yakni ibu hamil (BUMIL) dan menyusui (BUTEKI) yang mengonsumsi obat-obat tertentu dan kacang fava, serta neonatus yang mengalami infeksi atau sepsis. Ketiga pencetus tersebut memicu stres oksidatif pada eritrosit (Ambalavanan & Carlo, 2011). Beberapa obat antimalaria, kemoterapi, antibiotik, antipiretik, analgesik, dan antidiabetes melepaskan reactive oxygen species (ROS) suatu radikal bebas saat dimetabolisme di hepar. Kacang fava (Vicia faba) mengandung divicine sebagai suatu oksidan yang potensial menimbulkan stres oksidatif. Hemolisis yang terjadi akibat mengonsumsi kacang fava dinamakan favism (Klowak & Wong, 2008). Substansi-substansi pencetus stres oksidatif itu dikonsumsi oleh ibu hamil menjelang waktu persalinan dan melalui darah maternal ditransmisikan ke janin melalui plasenta. Substansi tersebut dapat pula ditransmisikan melalui ASI pada ibu yang menyusui (Ambalavan & Carlo, 2011). 5

ROS juga dapat diperoleh bila neonatus mengalami infeksi misalnya akibat Parvovirus, Salmonella, dan virus hepatitis seiring dengan pelepasan sitokin proinflamasi oleh sistem imun (Klowak & Wong, 2008). Tanpa faktor pencetus, hiperbilirubinemia dapat terjadi pada neonatus dengan defisiensi G6PD akibat begitu rendahnya aktivitas enzim tersebut di dalam eritrosit (<10%) (Frank, 2005). Mekanisme terjadinya hiperbilirubinemia pada neonatus akibat defisiensi G6PD dapat dilihat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1 Mekanisme Terjadinya Hiperbilirubinemia pada Neonatus dengan Defisiensi G6PD 1.5.2 Hipotesis Penelitian Defisiensi G6PD sebagai faktor risiko terhadap hiperbilirubinemia pada neonatus berumur dua hari di RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat, tahun 2015. 6