BAB I PENDAHULUAN. Pengertian pendidikan dijelaskan menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan untuk mendongkrak kualitas pendidikan. Inovasi ini dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten, dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tidak dapat diragukan lagi, bahwa sejak manusia lahir ke dunia, telah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,

I. PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. menghantarkan pendidikan menuju kemajuan adalah konsep dan. pengembangan kurikulum yang jelas di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Norma Rustyani Winajah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Novia Srie Rahayu,2013

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan, yaitu untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan aset bangsa. Dari data terbaru yang dikeluarkan United. negara (1). Menurut UNESCO pada tahun 2012, dari 120 negara yang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN FULL DAY SCHOOL. DI MTs MUHAMMADIYAH KEBONAN KECAMATAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

BAB IV PENUTUP. kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis Pesantren di Sekolah Dasar Al- Ahmadi Surabaya peneliti dapat menyimpulkan :

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. perlu ditingkatkan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu aspek perkembangan pada anak yang seyogyanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bawah kemampuannya. Belum ada definisi yang dapat diterima secara universal

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya sadar dan terencana agar peserta

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS XI SMK NURUL UMMAH PANINGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Konsep pendidikan didalam islam sangat mementingkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman saat ini, penguasaan lebih dari satu bahasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah daya upaya manusia untuk berkembang lebih maju, baik

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. nonformal (Pikiran Rakyat, 12 November 1998). Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi remaja untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada faktor-faktor penyebab stress yang semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khoirunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengidentifikasi kemungkinan faktor pemicu stres pada remaja. Bidang akademik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kontribusi yang sangat besar pada masyarakat (Reni Akbar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Penilaian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Data laporan pembangunan manusia yang dikeluarkan United Nation

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I Pendahuluan. Menengan Atas (SMA) saat beralih ke perguruan tinggi. Pada jenjang SMA untuk

Oleh : AYU METI SEPTIANINGSIH A

BAB I PENDAHULUAN. rohaninya bisa mencapai tingkat dewasa. 1. adalah upaya mengembangkan kemampuan atau potensi individu sehingga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Sehingga saat ini. semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya.

I. PENDAHULUAN. dihadapkan terhadap hal baik ekonomi, sosial, budaya maupun politik.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga pendidikan dipandang sebagai lembaga yang dapat menciptakan generasi muda dapat bertahan di dalam kehidupan nyata melalui pendidikan. Melalui pendidikan, setiap individu berharap bisa maju dan setelah menyelesaikan pendidikan individu tersebut bisa mendapatkan pekerjaan dan hidup yang layak. Pengertian pendidikan dijelaskan menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa, dan negara. Peningkatan mutu pendidikan atau sekolah adalah proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktorfaktor yang berkaitan dengan peningkatan kualitas, dengan tujuan agar target pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan efektif dan efisien (Zamroni dalam Rahmawati, 2012). Melalui adanya peningkatan mutu pendidikan maka akan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang sangat dibutuhkan agar mampu bersaing di dunia. Menurut Brianti (2010), salah satu bentuk peningkatan SDM melalui jalur pendidikan ialah melalui sekolah. Adapun beberapa jenis sekolah di Indonesia saat ini yaitu, sekolah privat atau homeschooling, sekolah formal, dan sekolah 1

2 informal. Dalam peneltian Yulianita (2013) tentang penerapan full day school di SMA Unggul Amanatul Ummah Surabaya menyatakan bahwa jenis sekolah formal pada saat ini selain menerapkan sistem sekolah setengah hari ( half day), saat ini sekolah formal menerapkan sistem sekolah sehari penuh ( full day). Sekolah dengan sistem full day memiliki waktu belajar yang lebih lama dibandingkan sekolah half day. Sistem pembelajaran full day school merupakan pengemasan dalam hal cara belajar yang berorientasi pada kualitas pendidikan yang berlangsung selama sehari penuh. Berbeda dengan sekolah half day, sekolah dengan sistem full day biasanya mengembangkan pengintegrasian antara pendidikan agama dan umum dengan memaksimalkan perkembangan aspek kognitif, afektif serta psikomotorik. Perkembangan aspek kognitif lebih kepada hasil yang berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual, pada perkembagan afektif bertujuan untuk pembelajaran yang lebih berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Sedangkan untuk psikomotorik mengacu pada penunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf (Baharuddin, 2009). Sekolah dengan sistem full day menerapkan waktu belajar yang lebih lama yaitu dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.30 WIB, dengan rata-rata 8,5 jam/hari, dibandingkan dengan sekolah dengan sistem half day waktu belajar dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB dengan rata-rata waktu 6 jam /hari. Dengan waktu yang lebih lama, sehingga sekolah full day menambahkan beberapa mata pelajaran yang menjadi bahan ajar untuk siswa. Selain itu, kurikulum yang

3 diterapkan oleh sekolah full day menggunakan kurikulum nasional dan kurikulum sekolah full day tersebut, sedangkan sekolah half day hanya menerapkan kurikulum nasional (Nisa, 2014; Baharuddin, 2009). Terkait penjelasan di atas, terlihat beberapa perbedaan sekolah yang menerapkan sistem full day dengan sekolah bersistem sistem half day pada umumnya. Dimana sekolah dengan sistem full day memiliki waktu belajar yang lebih banyak dibandingkan dengan half day. Selain itu, sekolah dengan sistem full day memiliki mata pelajaran tambahan, salah satunya seperti mata pelajaran keagamaan. Sedangkan di sekolah dengan sistem half day memiliki waktu yang belajar yang lebih pendek dan sekolah ini menggunakan sistem pembelajaran umum seperti pengajaran formal. SMP IT Adzkia adalah sekolah menengah pertama Islam Terpadu dengan menerapkan sistem full day di kota Padang. Sekolah ini memiliki 6 hari belajar dimana setiap harinya dimulai dari pukul 07.15 sampai dengan pukul 16.15 sore hari. Sekolah ini memiliki 10 mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh dinas pendidikan dan 4 mata pelajaran tambahan dari sekolah itu sendiri, yaitu Al- Quran, bimbingan shalat, bahasa arab, dan pendidikan agama islam (akhlaq, tarikh, fiqih, hadist, dan tauhit). Selain itu, sekolah ini tidak hanya melihat prestasi siswa disetiap mata pelajarannya, namun sekolah ini juga melihat bagaimana anak bertingkah laku sehari-hari, kemampuan siswa menerapkan bahasa arab, dan kemampuan siswa untuk menghafal surat Al-Quran. Metode belajar yang digunakan di sekolah ini yaitu metode moving class, yang artinya siswa tidak selalu belajar dalam kelas saja, siswa bebas memilih tempat belajar yang mereka

4 inginkan. Sekolah ini mempunyai keunggulan dalam bidang tahfidz, dan pada penerimaan siswa baru pada tahun ajar 2014/2015 sebanyak 40% siswa dari 72 orang siswa lulusan SMP IT Adzkia diterima di sekolah favorit di kota Padang. (data SMP IT Adzkia). Sementara itu, pada SMP Negeri 1 Padang ialah salah satu sekolah menengah di kota Padang yang menerapkan sistem setengah hari ( half day). Sekolah ini menerapkan sistem kurikulum yang sudah ditetapkan oleh sistem pendidikan nasional. SMP ini memiliki 10 mata pelajaran dan proses belajar mengajar berlangsung dari pukul 07.15 pagi hingga 13.30 siang. Berbeda dengan sekolah SMP Azkia, SMP Negeri 1 ini hanya melakukan proses belajar mengajar hanya berlangsung di dalam kelas. Pada tahun ajar 2012/2013, SMP Negeri 1 merupakan SMP dengan nilai tertinggi di Sumatra Barat, sebanyak 25 orang mendapatkan nilai 10 di beberapa mata pelajaran yang diujikan (data SMP Negeri 1 Padang). Perbedaan sistem pembelajaran dan peraturan yang diterapkan di kedua sekolah dapat menimbulkan stres akademik. Hal ini seiring dengan penjelasan dari Mulyadi (Sobri, 2012) yaitu dengan adanya sistem pembelajaran dan peraturan yang berbeda disetiap sekolah sehingga dapat menimbulkan stres akademik yang berbeda pula. Kemudian ia juga mejelaskan bahwa ketidaksiapan seseorang dalam menanggung beban atas tuntutan akademik dengan mengikuti serangkaian jadwal yang panjang atau kurikulum yang terlalu padat akan membuat siswa mengalami kejenuhan dan stres di bidang akademik.

5 Masalah di sekolah dan masalah terhadap tugas dan nilai- nilai merupakan masalah yang dialami pada masa remaja (Hurlock,1980). Tidak hanya itu, Dahlan (2014) juga menyatakan bahwa, usia remaja ditandai dengan sifat-sifat negatif pada remaja, sehingga sering kali pada masa ini disebut dengan masa negatif dengan gejala seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik, dan sebagainya. Selain itu, hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Prasanti (2012) tentang stres pada remaja kelas VII SMP Muhammadiyah Pekalongan, ditemukan bahwa masalah akademik merupakan faktor terbesar pemicu stres pada remaja. Secara singkat, pada masa ini, anak sering kali mengalami masalah dalam prestasi, sehingga dapat memicu terjadinya stres akademik. Stres akademik merupakan tekanan untuk tampil baik dalam ujian atau test dan adanya batasan waktu sehingga membuat lingkungan akademik seseorang siswa menjadi menegangkan (Busari, 2011). Menurut Carveth dkk (dalam Misra & Mckean, 2000) meyatakan bahwa stres akademik meliputi persepsi siswa terhadap banyaknya pengetahuan yang harus dikuasai dan persepsi terhadap ketidakcukupan waktu untuk mengembangkan itu. Beban tugas yang banyak, waktu belajar yang panjang, adanya persaingan antar siswa, kegagalan dalam ujian, keterbatasan biaya, hubungan yang kurang baik dengan teman ataupun guru, adanya masalah keluarga, motivasi yang rendah, ruang kelas yang penuh sesak, dan harapan orang tua yang tinggi terhadap anak merupakan sumbersumber stres akademik yang dapat terjadi pada siswa (Busari, 2009; Angola & Angori, 2009; Refliandra & Muslimin, 2011).

6 Peneliti melakukan survei awal dengan menyebarkan kuesioner kepada 15 orang siswa di sekolah full day dan half day, dari hasil survei awal didapatkan bahwa: Tabel 1.1 Hasil Survei Awal Full Day Half Day Menunda-nunda pekerjaan 33% 80% rumah Cemas akan nilai yang buruk 53% 86% Cemas ketika ditunjuk guru 20% 66% Tidak mengerti pelajaran yang disampaikan oleh guru 26% 60% Dari hasil penyebaran kuesioner di sekolah full day didapatkan hasil bahwa terkadang siswa merasa cemas akan nilai yang buruk pada saat. Hal ini seiring dengan aspek stres yang dinyatakan oleh Busari (2011), yaitu aspek kognitif yang menyatakan siswa merasa khawatir terhadap beberapa hal yang berhubungan dengan akademik. Selain itu, ditemukan juga bahwa siswa merasa gugup saat ditunjuk guru, hal ini sesuai dengan aspek fisiologis. Kemudian, dari hasil penyebaran kuesioner didapakan pula terdapat beberapa anak yang sulit untuk mengerti pelajaran yang telah disampaikan oleh guru, hal ini sesuai dengan aspek kognitif. Hasil penyebaran kuesioner juga didapatkan bahwa hanya beberapa siswa yang menunda-nunda pekerjaan rumah, hal sesuai dengan aspek behavioral yang menyebutkan bahwa siswa menunda-nunda pekerjaan rumah. Fenomena yang ditemukan peneliti diperkuat dengan wawancara personal yang dilakukan peneliti kepada salah satu guru di sekolah full day tersebut. Hasil yang ditemukan yaitu diantaranya, siswa merasa lelah ketika jam belajar sudah memasuki waktu siang sehingga siswa kehilangan konsentrasinya ketika belajar.

7 Kemudian, didapatkan pula bahwa siswa merasa cemas akan mendapatkan nilai yang buruk ketika ujian. Selain itu, siswa merasa terbebani dengan banyaknya mata pelajaran yang ada dan siswa merasa keberatan dengan banyaknya tuntutan dari guru yang mewajibkan siswa wajib untuk dapat menghapalkan 2 surat Al- Quran. Selain indikasi stres yang ditemukan peneliti di sekolah full day, indikasi stres akademik juga ditemukan di sekolah half day. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti dengan menyebarkan kuesioner kepada 15 siswa. Fenomena yang serupa dengan fenomena yang ditemukan disekolah full day juga ditemukan di sekolah half day yaitu siswa merasa cemas ketika akan mengahadapi ujian dan merasa takut mendapatkan hasil yang buruk, siswa merasa gugup saat ditunjuk guru siswa sering menunda pekerjaan rumah, dan didapakan pula terdapat beberapa anak yang sulit untuk mengerti pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Peneliti juga melakukan wawancara kepada salah satu guru Bimbingan Konseling di SMP half day. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa terdapat beberapa siswa yang merasa terbebani dengan standar nilai dan peraturan yang diterapkan di sekolah. Hal ini tak jarang membuat siswa sering datang terlambat dan diberikan sanksi dari pihak guru kepada siswa. Selanjutnya, guru juga menyebutkan terkadang anak merasa bosan dengan suasana kelas sehingga konsentrasi siswa menurun. Jumlah siswa yang cukup banyak dengan ruangan yang tidak terlalu besar membuat anak merasa tidak nyaman dengan suasana kelas ditambah lagi dengan kurangnya fasilitas yang melengkapi kelas.

8 Selain perbedaan yang terlihat dari hasil wawancara kepada guru dan penyebaran kuesioner di kedua SMP, terdapat pula perbedaan pada nilai rata-rata di kedua sekolah tersebut. Perbedaan ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1.2 Rata-rata nilai SMP Full Day Mata Pelajaran Kelas VII Semester 2 Kelas VIII Semester 2 Standar Nilai Matematika 84,21 85,53 80 Bahasa Indonesia 85,30 86,75 80 Bahasa Inggris 84,76 87,23 80 IPA 85,43 84,56 80 IPS 83,80 86,48 80 Tabel 1.3 Rata-rata nilai SMP half day Mata Pelajaran Kelas VII Semester 2 Kelas VIII Semester 2 Standar Nilai Matematika 82,21 84,23 80 Bahasa Indonesia 84,89 85,12 80 Bahasa Inggris 82,74 84,45 80 IPA 83,56 83,10 80 IPS 81,90 83,05 80 Kedua sekolah ini mempunyai kesamaan dari akreditasi yaitu A dan standar nilai untuk setiap mata pelajarannya, yaitu dengan nilai 80. Berdasarkan tabel diatas, terlihat perbedaan sekolah full day dan half day secara prestasi. Hasil yang ditemukan terdapat perbedaan nilai rata-rata dikedua sekolah. Pada sekolah full day menunjukkan hasil yang lebih tinggi daripada sekolah half day. Dari fenomena yang didapatkan terdapat perbedaan nilai rapor antara sekolah full day dengan sekolah half day. Menurut penelitian yang dilakukan Hakim dan Parameswari (2015) yang melihat perbedaan prestasi belajar di sekolah full day dengan sekolah half day didapatkan tidak ada perbedaan prestasi belajar dikeduanya. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh De Costa dkk (dalam Nowak, Nichols&

9 Coutts, 2009) yang melakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar di sekolah full day dengan sekolah half day didapatkan bahwa sekolah full day memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi daripada sekolah half day. Sama halnya dengan hasil survei awal yang ditemukan peneliti bahwa sekolah full day (SMP N 1) memiliki nilai yang lebih tinggi dari sekolah half day (SMP IT Adzkia). Penelitian yang dilakukan oleh Refliandra dan Muslimin (2011) yang melihat perbedaan stres akademik di sekolah dasar yang bersistem full day dan half day menunjukkan adanya perbedaan stres akademik pada masing-masing sekolah, yaitu sekolah full day menunjukkan tingkat stres lebih tinggi dibandingkan sekolah half day. Namun, hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Oktamiati (2013) tentang perbedaan stres akademik sekolah full day dengan half day yang menunjukkan tidak adanya perbedaan stres akademik pada siswa kedua sekolah tersebut. Namun kedua penelitian ini berbeda dengan hasil survei awal yang didapatkan dari penyebaran kuesioner dikedua sekolah, yaitu didapatkan bahwa SMP half day menunjukkan tres akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan SMP full day. Kesimpulan dari hasil survei awal yang dilakukan peneliti di SMP full day dan SMP half day, masing-masing mempunyai indikasi dari stres akademik. Hal ini seiring dengan penjelasan yang dijelaskan oleh Busari yang menyatakan ada empat reaksi yang ditimbulkan dari sumber stres, yaitu fisiologis, afektif, behavioral, dan kognitif. Stres akademik di kedua sekolah mempunyai faktor yang berbeda-beda, adanya perbedaan lamanya belajar, beban mata pelajaran, dan

10 metode yang digunakan oleh sekolah full day dan half day memungkinkan adanya perbedaan stres akademik yang dirasakan siswa. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti ingin mengetahui seberapa besar perbedaan tingkat stres akademik pada siswa SMP full day dengan SMP half day di kota Padang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan stres akademik pada siswa SMP yang menerapkan sistem full day dengan siswa SMP yang menerapkan sistem half day di kota Padang? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar perbedaan tingkat stres akademik pada siswa SMP yang menerapkan sistem full day dengan siswa SMP yang menerapkan sistem half day di kota Padang. 1.4 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini agar dapat melihat perbedaan stres akademik pada siswa SMP yang menerapkan sistem full day dengan siswa SMP yang menerapkan sistem half day di kota Padang.

11 1.4.2 Manfaat Praktisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait utamanya bagi pihak-pihak berikut: a. Bagi Siswa Memberikan gambaran stres yang terjadi dalam pelaksanaan pendidikan agar siswa mampu mengenali gejala stres dan mengetahui penyebab stres akadmeik tersebut. b. Bagi instansi dalam bidang pendidikan Memberikan informasi serta gambaran tentang stres yang dialami siswa dalam pelaksanaan pendidikan agar sekolah mampu lebih memahami siswa dalam menjalani proses belajar di sekolah. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Berisi uraian singkat mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II : Landasan Teori Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan. Teori yang terdapat dalam bab ini adalah teori mengenai stres akademik, pengertian SMP Full day, penjelasan mengenai SMP half day

12 Bab III : Metode Penelitian Bab ini menjelaskan tentang identifikasi variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional, hipotesis penelitian, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, metode pengambilan data, uji validitas, uji daya beda dan reliabilitas alat ukur, prosedur penelitian,dan metode analisis data. Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan Berisi gambaran subjek penelitian, uji asumsi penelitian, hasil utama penelitian, kategorisasi data penelitian dan hasil tambahan. Bab V : Kesimpulan dan Saran Berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran penelitian, baik saran metodelogis dan saran praktis.