SIMULASI CONVERTER DAYA FREKUENSI TINGGI DENGAN TEKNOLOGI PLD BERBASIS SISTEM MIKROKONTROLLER

dokumen-dokumen yang mirip
Abstract

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Agustus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM

BAB 2 LANDASAN TEORI. input mengendalikan suatu sumber daya untuk menghasilkan output yang dapat

PENYEDIA DAYA DC BERBASIS MIKROKONTROLER MC68HC908QT2

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM

PERANCANGAN DAN REALISASI INVERTER MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA168

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN

PERCOBAAN 5 REGULATOR TEGANGAN MODE SWITCHING. 1. Tujuan. 2. Pengetahuan Pendukung dan Bacaan Lanjut. Konverter Buck

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA. Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper

Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: Sistem Logger Suhu dengan Menggunakan Komunikasi Gelombang Radio

Implementasi Mikrokontroller Untuk Pembangkitan Pulsa Pada Inverter 3 Fasa 18-Step

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari

BAB II LANDASAN TEORI

Antarmuka CPU. TSK304 - Teknik Interface dan Peripheral. Eko Didik Widianto. Teknik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro.

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi konverter elektronika daya telah banyak digunakan pada. kehidupan sehari-hari. Salah satunya yaitu dc dc konverter.

NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM : TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

Perancangan Alat Pengaturan Kecepatan Motor DC Shunt Menggunakan Rangkaian DC Chopper Berbasis Komputer

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Tuts Organ Elektronik Menggunakan Pengontrol Mikro Edwin /

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015,

RANCANG BANGUN MODUL BOOST CHOPPER VOLT DC 200 WATT BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 16 ABSTRAK

Perancangan Battery Control Unit (BCU) Dengan Menggunakan Topologi Cuk Converter Pada Instalasi Tenaga Surya

Desain dan Implementasi Soft Switching Boost Konverter Dengan Simple Auxillary Resonant Switch (SARC)

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM

Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION

Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

PENGISIAN AKI DENGAN BUCK CONVERTER

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah

Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin

PENGONTROLAN DC CHOPPER UNTUK PEMBEBANAN BATERAI DENGAN METODE LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA 128 TUGAS AKHIR

Abstrak. Kata Kunci: USB, RS485, Inverter, ATMega8

BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

Rancang Bangun AC - DC Half Wave Rectifier 3 Fasa dengan THD minimum dan Faktor Daya Mendekati Satu menggunakan Kontrol Switching PI Fuzzy

BAB III PERANCANGAN ALAT

Praktikum Mikrokontroler. untuk D4 Lanjut Jenjang. Disiapkan oleh: Hary Oktavianto

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan Switching Amplifier ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu. Noise Shaping

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

BAB III SISTEM PENGUKURAN ARUS & TEGANGAN AC PADA WATTMETER DIGITAL

Perancangan Sistim Elektronika Analog

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

Rancang Bangun Interleaved Boost Converter Berbasis Arduino

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

RANCANG BANGUN INVERTER PENGENDALI KECEPATAN MOTOR AC PADA KONVEYOR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

1 BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu kelistrikan yang menggabungkan ilmu elektronika dengan ilmu ketenaga-listrikan.

Brilianda Adi WIcaksono Bidang Studi Elektronika Jurusan Teknik Elektro FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN

Transkripsi:

JURNAL LOGIC. VOL. 16. NO.1. MARET 2016 40 SIMULASI CONVERTER DAYA FREKUENSI TINGGI DENGAN TEKNOLOGI PLD BERBASIS SISTEM MIKROKONTROLLER I Gede Suputra Widharma dan Nengah Sunaya Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali Abstrak: Penelitian ini berupa simulasi penerapan teknologi Programable Logic Device (PLD) dengan memanfaatkan Pulse Width Modulation (PWM) sebagai pengontrol daya pada rangkaian converter. Model simulasi yang dirancang mampu menghasilkan frekuensi tinggi pada sistem kontrol. Besarnya frekuensi yang dihasilkan bergantung pada jenis osilator kristal yang digunakan. Simulasi PLD dapat digunakan sebagai kontrol pada konverter untuk menaikkan tegangan DC dari 12V ke 400V. Kata kunci: Pulse Width Modulation; Konverter; PLD Simulation of High Frequency Power Converter with PLD Technology Based on Microcontroller System Abstract: The research was a simulation of Programable Logic Device (PLD) technology utilizing Pulse Width Modulation (PWM) as a power controller in converter circuit. The design Simulation model was able to produce high frequency on control system. The frequency produced depend on a type of crystal oscillator. PLD simulation can be used as controller in converter to increase DC voltage from 12V to 400V. Keywords: Pulse Width Modulation; Converter; PLD I. Pendahuluan Konverter adalah komponen yang penting dalam sistem kontrol. Konverter dapat mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital untuk diolah sistem kontrol, ataupun mengubah sinyal digital keluaran sistem kontrol menjadi sinyal analog untuk diaplikasikan pada system lainnya. PWM digunakan sebagai pengontrol saklar dan memodulasi tegangan input DC menjadi gelombang dengan frekuensi tinggi untuk kemudian dilewatkan melalui komponen filter L-C untuk menghasilkan tegangan keluaran DC [1]. Teknik konverter ini dikenal sebagai teknik switching. Teknik switching banyak dimanfaatkan sebagai konversi daya DC-DC dibandingkan teknik konvensional karena tingkat efisiensi yang tinggi. Salah satu jenis konverter switching yang banyak dimanfaatkan untuk konversi daya tingkat menengah adalah konverter sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1 (a). Jika tegangan keluaran dari rangkaian ini diregulasi berdasarkan nilai duty cycle PWM maka hubungan input dan output dari rangkain konverter diberikan oleh persamaan : dimana V in tegangan input DC, D merupakan duty cycle PWM yang nilainya antara 0 s/d 1 dan N merupakan rasio lilitan pada trafo. Jika inti dari trafo menggunakan bahan ferit maka bahan material ini mampu bekerja pada frekuensi hingga ratusan khz dengan sedikit dispiasi daya yang terjadi [1]. Ukuran dari transfomator selalu menjadi pertimbangan dalam setiap perancangan konverter. Jika nilai induktansi dari masingmasing bagian transfomator sebanding dengan ukuran induktornya maka semakin besar frekuensi PWM yang digunakan, ukuran dari transfomator akan semakin kecil. Ini berguna untuk setiap perancangan konverter daya yang portable. PWM dapat dibangkitkan melalui teknik analog maupun teknik digital. Dalam teknik analog PWM dibangkitkan melalui sinyal pembawa dan sinyal modulasi, kemudian menghasilkan deretan pulsa dengan duty cycle tertentu yang ditentukan oleh perbandingan antara sinyal pembawa dengan sinyal modulasi. Dalam teknik digital PWM dapat dibangkitkan dengan teknik capture dan compare dimana perbandingan nilai antara bit pencacah dengan N bit yang diberikan sebagai pembanding akan menentukan duty cycle PWM. Teknik digital mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan teknik analog antara lain tingkat kepresisian, kualitas pulsa keluaran, serta kemudahan untuk diatur secara digital [2].

JURNAL LOGIC. VOL. 16. NO.1. MARET 2016 41 Salah satu komponen digital yang dapat digunakan untuk membangitkan PWM secara digital adalah mikrokontroller. Mikrokontroller merupakan salah satu tipe mikroprosesor yang telah ditambahkan komponen-komponen pendukung seperti memori dan port komunikasi (misal: UART) disamping CPU yang tertanam dalam satu chip [3]. Kemampuan komponen ini diubah untuk meningkatkan beberapa fungsinya [4]. f clock merupakan frekuensi dari penghitung (clock) yang digunakan untuk membangkitkan PWM, N bit merupakan kapasitas dari komponen pencacah yang digunakan. Jika komponen penghitung menggunakan kristal osilator maka besarnya f clock bergantung pada besarnya nilai osilator. Pada komponen PLD jenis XC9572, maksimum frekuensi penghitung yang diizinkan hingga 125 MHz. Oleh karenanya, jika pembangkit PWM yang dibangun pada komponen PLD mempunyai resolusi 10 bit maka frekuensi PWM yang mampu dihasilkan oleh komponen PLD sekitar 120 khz. III Perancangan Sistem Perancangan sistem instrumentasi (Gambar 1) secara umum dikelompokan ke dalam tiga subbagian, yaitu sub bagian perancangan teknik digital PWM pada komponen PLD (Gambar 2), subbagian perancangan sistem pengiriman data untuk menentukan duty cycle PWM (Gambar 3) dan subbagian perancangan sistem elektronik untuk konverter Flyback. Gambar 1. Rangkaian Konverter (a) Skematik (b) Bentuk gelombang transfomator dalam menghasilkan PWM dengan frekuensi tertentu terbatas pada bit pencacah yang telah tersedia dan nilai osilator yang digunakan, semakin tinggi nilai resolusi dari PWM maka frekuensi maksimumnya akan berkurang, selain itu penggunaan kristal sebagai osilatornya juga Gambar 1. Konverter yang dikontrol oleh PWM: (a) Skematik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pengatur tegangan keluaran dari rangkaian konverter. II Tinjauan Pustaka Programmable Logic Devices (PLDs) merupakan IC standar yang menawarkan penggunaan jangkauan kapasitas gerbang logika, kecepatan dan karakteristik tegangan serta komponen ini sewaktu-waktu dapat Perancangan Teknik Digital PWM Prinsip kerja sistem ini meliputi pembangkitan PWM pada komponen PLD. Pulsa digital dibangkitan oleh kristal osilator, kemudian pulsa digital tersebut dicacah melalui komponen pencacah yang telah dirancang untuk dibandingkan dengan nilai maksimum berdasarkan bit resolusi dari PWM. Duty cycle PWM ditentukan melalui program LabVIEW pada PC, nilai duty tersebut kemudian dikirim melalui komunikasi serial antara PC dengan mikrontroller. Selanjutnya mikrokontroller mengirimkan data duty pada komponen PLD secara paralel melalui modul I/O. Mikrokontroller diperlukan sebagai media komunikasi dengan PC dikarenakan pada komponen PLD tidak dirancang untuk dapat berkomunikasi secara UART. Peningkatan frekuensi PWM dapat dilakukan dengan dua cara yaitu meningkatkan nilai frekuensi dari osilator kristal yang digunakan atau memperkecil nilai bit resolusi dari pencacah yang digunakan. Jika frekuensi

JURNAL LOGIC. VOL. 16. NO.1. MARET 2016 42 dari kristal osilator ditingkatkan maka kemungkinan yang akan terjadi adalah peningkatan disipasi daya pada komponen PLD. Selain itu, penggunaan frekuensi tinggi pada komponen digital akan menyebabkan clock gating atau terjadinya delay propagansi dari sinyal ketika melewati deretan gerbang logika. Sedangkan ketika resolusi dari komponen pencacah diperkecil maka jangkauan nilai dari dutycycle PWM akan semakin sempit. Untuk mengurangi permasalahan tersebut di atas maka diperlukan sebuah desain dari komponen pencacah yang mampu menghasilkan PWM dengan frekuensi tinggi. Gambar 2.Perancangan sistem instrumentasi Arsitektur pembangkit PWM yang ditawarkan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3. Komponen pencacah dirancang untuk mampu mendeteksi sinyal dari osilator, baik pada saat keadaan high maupun low. Hasil dari keduanya kemudian dijumlahkan oleh komponen penjumlah untuk mendapatkan nilai maksimum dari resolusi PWM yang diinginkan. Ketika nilai maksimum dari proses penjumlahan terpenuhi maka sinyal resetakan bernilai high, sinyal ini kemudian digunakan untuk mereset komponen pencacah agar mengulangi proses pencacahan. Di samping itu, sinyal ini juga akan mengubah nilai set pada komponen SR flip-flop menjadi high sehingga keluaran dari SR flip-flop akan bernilai high pula. Selama proses pencacahan, hasil penjumlahan dari kedua komponen pencacah tersebut akan dibandingkan dengan nilai duty cycle yang berasal dari komponen register yang telah dirancang, jika nilainya sama dengan nilai duty cycle maka sinyal reset dari SR flip-flop akan bernilai high dan menyebabkan keluaran dari SR flip-flop bernilai low. Perancangan sistem pengiriman data untuk menentukan duty cycle PWM Komponen PLD hanya memiliki modul I/O secara digital. Untuk menghubungkan komponen tersebut dengan komponen lain melalui modul I/O yang tersedia harus dalam format data digital. Pengaturan nilai duty PWM pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan software LabVIEW pada PC kemudian data dikirimkan ke PLD dengan memanfaatkan interface mikrokontroller dengan PC, selanjutnya data dikirim dari mikrokontroller ke LPD melalui modul I/O. Alur pengiriman data dari PC ke mikrokontroller ditunjukkan pada Gambar 4. Mengingat PWM yang dirancang pada PLD mempunyai resolusi 10 bit maka data duty cycle maksimum yang dapat di kirim ke PLD adalah 10 bit, sedangkan kapasitas pengiriman data pada modul UART yang ada adalah 8 bit maka data 10 bit duty cycle dikirimkan dalam dua kali pengiriman data yang berupa 8 bit low dan 8 bit high (dimana hanya diambil 2 bit sebagai bit ke-9 dan ke-10 nya). Kapasitas masing-masing register pada komponen mikrokontroller adalah 8 bit, jika data duty yang dikirimkan berupa data 10 bit maka diperlukan sebuah teknik pengiriman data 10 bit secara paralel dari mikrokontroller ke PLD. Di samping itu, kedua komponen dibangkitkan dengan pewaktu (clock) yang berbeda oleh karenanya dalam teknik pengiriman data sebaiknya dilakukan secara asinkron.

JURNAL LOGIC. VOL. 16. NO.1. MARET 2016 43 Sebagai sinkronisasi maka komponen PLD akan memberikan sinyal ACK kepada mikrokontroller untuk melakukan siklus kerja selanjutnya (Gambar 4). 8 bit microcontroller request Data ACK PLD Xilinx.Inc Gambar 4. Komunikasi Mikrokontroler-PLD Perancangan rangkaian konverter Dalam setiap perancangan konverter, hal utama yang perlu dilakukan adalah menentukan kapasitas transformator yang digunakan. Spesifikasi dari transformator ditentukan berdasarkan pada tegangan input, tegangan output, arus input, dan periode saat switch dalam keadaan on. Arus rata-rata input Flyback ditentukan berdasarkan daya input maksimum dan tegangan input maksimumnya, atau dapat dituliskan sebagai: Untuk skematik dari konverter yang dirancang ditunjukan pada Gambar 5. Pada skematik tersebut terlihat bahwa antara komponen input dan output dari konverter di isolasi (tidak dihubungkan), ini berguna untuk mengurangi loss daya ketika terjadi kenaikan beban secara tiba-tiba pada sisi skunder. Tegangan riak hasil induksi lilitan skunder disearahkan dengan dioda schottky, dioda ini mempunyai kemampuan fast recovery sehingga memungkinkan jika digunakan pada frekuensi tinggi. +12 1:33 D1 HV D Schottky Berdasarkan persamaan tegangan keluaran dari konverter yang diberikan pada persamaan diatas, bahwasanya tegangan keluaran dapat ditentukan melalui dua cara yaitu melalui perbandingan jumlah lilitan primer dan skunder dari trafo yang digunakan, atau perbandingan antara t on dan t off nya. Cara pertama lebih mudah dilakukan daripada cara yang kedua, oleh sebab itu dalam setiap perancangan konverter cara kedua lebih banyak digunakan. Jika konverter yang dirancang diharapkan mampu mengkonversi tegangan DC 12V menjadi 400V tegangan DC dan besarnya perbandingan ideal dari t on dan t off adalah satu maka dari persmaan di atas, perbandingan jumlah lilitan antara primer dan sekunder adalah Selanjutnya besarnya nilai minimum induktansi dari lilitan primer agar dapat mengkonversi seluruh daya input yang tersimpan ditentukan sebagai: PWM GND L=15uH Q1 NMOS-2 Gambar 5. Skematik Konverter IV Hasil dan Pembahasan N1:N2 GND Pengujian PLD sebagai pembangkit PWM Perancangan pembangkit PWM pada komponen PLD dilakukan dengan bahasa pemograman VHDL pada software Xilinx Ise Design Suite 13.4. Tahapan proses perancangan dengan menggunakan bahasa pemograman VDHL terdiri dari: Proses Translate, Fitting dan Generate.

JURNAL LOGIC. VOL. 16. NO.1. MARET 2016 44 osilator kristal 48 MHz, nilai ini hampir dua kali dari nilai frekuensi PWM yang dihasilkan oleh pencacah tunggal untuk resolusi PWM dan osilatator kristal dengan nilai yang sama. Pembangkit PWM yang dibangun mempunyai resolusi 10 bit dengan nilai presisi 100/1023=0.097%. Berdasarkan nilai presisi ini maka beda nilai duty cycle untuk pembangkit PWM yang dibangun sekitar 0.1 atau seperempat kali lebih kecil daripada beda duty cylce yang dimiliki oleh pembangkit PWM dengan resolusi 8 bit, Perbandingan nilai frekuensi keluaran PWM antara komponen PLD dan mikrokontroller Gambar 6. Rangkaian Simulasi Pencacah Hasil dari proses Translate yang dilakukan pada software Xilinx Ise Design Suite 13.4 ditunjukkan pada Tabel 1. Proses Translate menunjukkan bahwa desain pembangkit PWM dengan bahasa VHDL menghasilkan beberapa komponen digital sesuai dengan arsitektur pembangkit PWM yang telah dirancang. Tabel 1. Macro-statistics dari arsitektur PWM Komponen Total 10-bit adder carry out 1 10-bit up counter 2 11-bit comparator equal 1 10-bit register 1 Secara struktural komponen pencacah yang dirancang dapat digambarkan sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 6. Terdiri dari beberapa komponen T flip-flop dan half adder. Komponen pencacah bekerja secara terus menerus bergantung pada hasil perhitungan dari komparator, sinyal PWM hanya dapat dihasilkan jika terdapat nilai perbandingan antara nilai register dengan hasil penjumlahan dari kedua komponen pencacah. Hasil pengukuran PWM pada alat ukur osiloskop menunjukkan bahwa nilai frekuensi PWM sekitar 93.5 khz dengan nilai frekuensi Pulse width modulation (PWM) pada mikrokontoller dapat dihasilkan oleh modul CCP (Capture/Compare/PWM), walaupun fokus penelitian ini hanya pada modul PWM. Mikrokontroller mempunyai tiga mode operasi dalam membangkitkan PWM dengan modul CCP yaitu: 1. Capture dan Compare menggunakan register Timer1, 2. Mode PWM melalui register Timer2. Masing-masing mode operasi dapat dirancang pada modul CCP1 maupun CCP2 dengan beberapa pengecualian. Diagram blok PWM untuk mode operasi PWM dari mikrokontroller ditunjukkan pada Gambar di bawah ini: Gambar 7. Diagram Blok Sistem Kontrol

JURNAL LOGIC. VOL. 16. NO.1. MARET 2016 45 Besarnya frekuensi PWM yang dihasilkan oleh mikrokontroller ditentukan oleh persamaan: penggunaan MOSFET tunggal sebagai kontrol rangkaian sehingga digunakan jenis MOSFET yang mempunyai tegangan V ds relatif besar. atau dapat dituliskan sebagai dimana T osc merupakan periode dari osilator kristal yang digunakan dan 2 2 adalah nilai 2 bit Q internal clock dari Timer2 dan PR2 sebagai register pembanding untuk Timer2, nilainya antara 0 sampai dengan 255. Beberapa nilai frekuensi PWM yang mampu dihasilkan oleh mikrokontroller berdasarkan resolusi dan kristal osilator yang digunakan ditabelkan seperti pada Tabel 4.3, dimana nilai frekuensi maksimum dari kristal osilator yang diizinkan adalah sebesar 20 MHz. Pengujian PLD sebagai kontrol rangkaian Flyback untuk konverter DC-DC Pengujian rangkaian konverter dilakukan dengan memberikan input tegangan DC sebagai tegangan sumber dan sinyal PWM dengan variasi nilai duty cycle yang berasal dari komponen PLD (Gambar 8). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya tegangan keluaran dari rangkain konverter dengan variasi nilai duty cycle. Nilai duty maksimum dari sinyal PWM yang dibutuhkan agar konverter mampu menghasilkan tegangan keluaran sebesar 400 V hampir sama dengan nilai yang diharapkan dari teori yang telah ditentukan, tegangan keluaran yang sama bisa jadi dapat diperoleh untuk nilai duty lebih dari duty maksimum namun secara efisiensi tentu akan berkurang karena dapat menyebabkan peningkatan temperatur pada komponen MOSFET hingga terjadi disipasi daya pada komponen tersebut. Untuk mengurangi disipasi daya pada MOSFET akibat dari pemasangan tunggal komponen tersebut pada konverter maka digunakan media pendingin dengan ukuran yang lebih besar. Disamping itu, salah satu kelemaham dari rangkaian konverter adalah Gambar 8. Tegangan keluaran Flyback V Simpulan Berdasarkan dari pengujian alat, pengambilan data dan pengolahan data, maka dapat disimpulkan bahwa high frequency PWM telah berhasil dirancang secara digital pada komponen PLD. Sinyal PWM yang dihasilkan tegangan DC dari 12V ke 400V dengan rangkaian konverter yang dikontrol dengan PLD. Daftar Pustaka [1] AS. PABLA. Distribusi Tenaga Listrik. Jakarta, 1994. [2] Gonen, Turan. Electric Power Distribution System Engineering. Singapore: McGraw-Hill Book Company, 1986. [3] Ion Grout, Digital systems design with FPGAs and PLDs, Elsiever, Oxford, 2008 [4] Moelyono, Nono. Pengantar Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Surabaya: Jurusan Teknik Elektro, ITS, 1999. [5] Rahim N.A. and Islam Z., Field Programmable Gate Array-Based Pulse- Width Modulation for Single Phase Active Power Filter ; American Journal of Applied Sciences, Vol.6 (2009): pp. 1742-1747 [6] Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000.