II. TINJAUAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata

UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TINGKAT RUMAH TANGGA MELALUI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

PENCAPAIAN PROGRAM PHBS DI PUSKESMAS SWAKELOLA DEMPO PALEMBANG TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bersamaan dengan masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan. telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan kesehatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diupayakan pencapaiannya oleh pemerintah. Upaya ini sebagai langkah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

Kerangka Acuan Program Pemberdayaan Masyarakat

Oleh: Aulia Ihsani

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KERANGKA ACUAN PROMOSI KESEHATAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kedua adalah pelayanan kesehatan diantaranya adalah sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berkualitas. Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kemenkes, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313

Pendidikan & Promosi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS

a. Pengorganisasian masyarakat, peningkatan kesadaran masyarakat, peningkatan pemanfaatan potensi dan sumber daya, penggalangan kemitraan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

PROGRAM DOKTER KECIL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. penting agar masyarakat tahu dan mau serta mampu menerapkan pola perilaku hidup

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

KERANGKA ACUAN POS KESEHATAN PESANTREN (POSKESTREN) 2017 PUSKESMAS BREBES. Jl. Tritura No. 22 Telp. ( 0283 ) Brebes 52212

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES PUSKESMAS KARANG MULYA KECAMATAN PANGKALAN BANTENG

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal. masyarakat dan swasta (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan memandirikan masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

Suplemen. PHBS di Sekolah. Suplemen 2011

BUKU PEDOMAN DESA SIAGA AKTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) adalah suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi kesehatan sedunia World Health Oganization (WHO) tahun 1948 dan

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA PERCONTOHAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT ( PHBS ) PEMERINTAH PROPINSI SULAWESI SELATAN DINAS KESEHATAN

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa pengertian kaitannya dengan PHBS adalah

Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

Transkripsi:

II. TINJAUAN TEORITIS 2.1 Promosi Kesehatan (Health Promotion) Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan masyarakat (Blum, dalam Notoatmodjo, 2007). Dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis. Intervensi terhadap faktor perilaku secara garis besar dapat dilakukan melalui Promosi Kesehatan. Pengertian Promosi Kesehatan yang telah ditetapkan oleh Pusat Promkes Depkes RI ialah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dengan didukung oleh kebijakan publik yang responsif kesehatan. Dari konsep Promosi Kesehatan diatas, individu dan masyarakat bukanlah objek yang pasif (sasaran), melainkan sebagai subjek (pelaku), sehingga dalam proses pembelajaran tersebut peran pemberdayaan masyarakat sangat tepat untuk diterapkan demi terwujudnya perilaku masyarakat yang mencerninkan PHBS. Promosi Kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor faktor yang menentukan perilaku tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan Promosi Kesehatan harus disesuaikan dengan faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri. Menurut Green (1980), perilaku ini ditentukan oleh tiga faktor utama, yakni : 1. Faktor Predisposisi (predisposing factors). Faktor faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku pada individu dan masyarakat adalah pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. 2. Faktor Pemungkin (enabling factors). Faktor pemungkin atau pendukung terwujudnya perilaku adalah ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya ketersediaan air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban dan lain

8 sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Posyandu, Dokter atau Bidan. 3. Faktor Penguat (reinforcing factors). Faktor ini meliputi sikap dan perilaku dari tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga) dan petugas kesehatan. Selain itu undang-undang, peraturanperaturan, kebijakan-kebijakan yang dikeluarakan atau ditetapkan dari pusat maupun pemerintah daerah yang responsif terhadap kesehatan juga dapat memperkuat terwujudnya perilaku hidup sehat di masyarakat. 2.1.1 Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, strategi tersebut, antara lain : Advokasi (Advocacy), Bina Suasana dan Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment). Secara garis besar Strategi Promosi Kesehatan, sebagai berikut : 1. Advokasi (advocacy). Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor dan di berbagai tingkatan sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah dan lain sebagainya. 2. Bina Suasana Strategi ini adalah suatu kegiatan untuk mensosialisasikan program-program kesehatan agar masyarakat mau menerima dan berpartisipasi terhadap program tersebut. Strategi ini ditujukan untuk membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. 3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment) Strategi ini langsung ditujukan kepada masyarakat. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.

9 2.1.2 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa cakupan promosi kesehatan, baik sebagai ilmu maupun sebagai seni sangat luas. Ruang lingkup tersebut dibatasi berdasarkan dua dimensi, yakni : 1) Ruang Lingkup Promosi Kesehatan berdasarkan aspek kesehatan. Secara garis besar bahwa kesehatan masyarakat mencakup empat aspek pokok, yaitu aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang kemudian dibagi lagi menjadi dua aspek, yakni : a) Aspek promotif dan preventif (pencegahan). Sasaran pada aspek ini adalah kelompok masyarakat yang sehat dan kelompok masyarakat yang beresiko tinggi (kelompok ibu hamil dan kelompok perokok), agar kelompok ini tidak menjadi jatuh sakit atau tetap sehat dan bahkan meningkat status kesehatannya. b) Aspek kuratif (penyembuhan) dan rehabilitatif. Sedangkan sasaran pada aspek ini adalah kelompok masyarakat yang sakit dan kelompok pasien yang baru sembuh (masa recovery) dari suatu penyakit, agar kelompok ini sembuh dari sakitnya dan menjadi pulih kesehatannya. 2) Ruang Lingkup Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan. a) Promosi kesehatan pada tingkat keluarga (rumah tangga), Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat dan sebagai tempat pendidikan pertama kali oleh anak, maka promosi kesehatan sangat penting dalam menumbuhkan perilaku sehat. Sasaran intervensi adalah ibu, karena ibu sangat berperan dalam keluarga untuk meletakkan dasar perilaku sehat bagi seorang anak. Secara garis besar sasaran Promosi Kesehatan pada tingkat rumah tangga, sebagai berikut : Sasaran Primer : Ibu rumah tangga dan anggota keluarga Sasaran Sekunder : Kepala keluarga dan kel yang berpengaruh Sasaran Tersier : Kader kesehatan, anggota TP-PKK tingkat Desa, Toma, Toga dan LSM.

10 b) Promosi kesehatan pada institusi pendidikan (sekolah), Sekolah sebagai perpanjangan tangan dari keluarga yang artinya sekolah sebagai tempat lanjutan dalam meletakkan dasar perilaku bagi anak termasuk perilaku kesehatan dan peran guru di sekolah sangat penting dalam memberikan pengetahuan kesehatan sehingga guru perlu diberikan pelatihan-pelatihan tentang kesehatan sehingga dapat menerapkannya kepada anak muridnya. Secara garis besar sasaran Promosi Kesehatan pada institusi pendidikan (sekolah), sebagai berikut : Sasaran Primer : Siswa-siswi Sasaran Sekunder : Guru Sasaran Tersier : Kepala Sekolah c) Promosi kesehatan pada tempat kerja, Tempat kerja sebagai tempat dimana orang mencari nafkah untuk kehidupan keluarganya, sehingga promosi kesehatan di tempat kerja harus dilakukan dengan menyediakan unit K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Tujuan diselenggarakannya Promosi Kesehatan di Tempat Kerja adalah untuk memberdayakan karyawan di tempat kerja untuk mengenali masalah dan tingkat kesehatannya serta mampu mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatannya sendiri dan juga memelihara dan meningkatkan tempat kerja yang sehat. Secara garis besar sasaran Promosi Kesehatan pada tempat kerja, sebagai berikut : Sasaran Primer : Seluruh karyawan Sasaran Sekunder : Organisasi Pekerja (SPSI) Sasaran Tersier : Pimpinan Perusahaan d) Promosi kesehatan pada tempat umum, Di tempat umum perlu dilakukan promosi kesehatan dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung perilaku sehat, seperti tempat sampah, tempat cuci tangan dan pemasangan poster atau leaflet. Secara garis besar sasaran Promosi Kesehatan pada tempat umum, sebagai berikut : Sasaran Primer : Pengunjung dan pengguna jasa Sasaran Sekunder : Pengelola fasilitas umum Sasaran Tersier : Kepala Daerah

11 e) Promosi kesehatan tingkat institusi pelayanan kesehatan, Tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, poliklinik dan tempat praktek dokter) adalah tempat yang strategis untuk promosi kesehatan dengan tujuan supaya masyarakat yang sakit akan lebih peka terhadap kesehatan. Secara garis besar sasaran Promosi Kesehatan pada institusi pelayanan kesehatan, sebagai berikut : Sasaran Primer : Petugas Kesehatan Sasaran Sekunder : Organisasi Profesi Kesehatan Sasaran Tersier : Kepala Dinas Kesehatan/ Direktur Rumah Sakit Gambar 1 Hubungan Promosi Kesehatan, Tempat Pelaksanaan dengan Determinan Perilaku Promosi Kesehatan Rumah Tangga Institusi Institusi Pendidikan Kesehatan Tempat Kerja Tempat Umum Perilaku Faktor Predisposisi Faktor Pemungkin Faktor Penguat Sumber : Diolah dari Notoatmodjo, 2007 2.2 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Untuk mendukung pencapaian Visi Indonesia Sehat 2010 dalam mewujudkan perilaku sehat maka Kebijakan Nasional Promosi kesehatan telah menetapkan Visi Nasional Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/MENKES /SK/X/2004 yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 (PHBS 2010).

12 PHBS sendiri adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya (Pusat Promosi Kesehatan Depkes 2006). Merujuk definisi tersebut dan visi Nasional Promosi Kesehatan maka dapat dikatakan bahwa PHBS adalah produk dan hasil akhir (goals) dari Promosi Kesehatan. PHBS tingkat rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Dinkes. Prov. Jawa Tengah 2006). 2.2.1 Sasaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tingkat Rumah Tangga Sasaran PHBS tingkat rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keseluruhan dan terbagi dalam : 1) Sasaran primer Adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan diubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam keluarga yang bermasalah) 2) Sasaran sekunder Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga yang bermasalah misalnya, Kepala Keluarga, Ibu, Orang Tua, Kader Kesehatan/ Ibu-Ibu TP-PKK, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Petugas Kesehatan dan lintas sektor terkait. 3) Sasaran tersier Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, Kepala Desa, Lurah, Camat, Kepala Puskesmas, dll. Pengkaji lebih menitik beratkan pada peningkatan strata PHBS tingkat rumah tangga, dikarenakan hanya PHBS tingkat rumah tangga yang mempunyai daya

13 ungkit paling besar dalam membudayakan individu, keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat. Kenapa harus tingkat rumah tangga? Hal tersebut dikarenakan keluarga adalah unit terkecil masyarakat. untuk mencapai perilaku sehat di masyarakat, maka harus dimulai masing-masing di tingkat rumah tangga. Dapat dikatakan bahwa keluarga adalah tempat persemaian manusia sebagai bagian dari anggota masyarakat. Bila persemaian tersebut hasilnya jelek maka akan berpengaruh pada masyarakat. Sasaran utama Promosi Kesehatan dalam terciptanya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tingkat rumah tangga adalah orang tua terutama ibu rumah tangga, karena ibu rumah tangga sangat berperan dalam peletakan dasar (pondasi) perilaku sehat pada anak-anak mereka sejak dari lahir. 2.2.2 Pengkajian PHBS Tingkat Rumah Tangga Untuk mengetahui kondisi strata PHBS tingkat rumah tangga, maka langkah pada tahap ini adalah melakukan Pengkajian PHBS tingkat rumah tangga dengan 16 indikator, sebagai berikut : a) Indikator Perilaku, yang terdiri : 1. Tidak merokok 2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 3. ASI Eksklusif 4. Tidak mengkonsumsi miras/ narkoba 5. Penimbangan balita 6. Gizi Keluarga 7. Kepesertaan Askes/ JPK 8. Mencuci tangan pakai sabun 9. Menggosok gigi sebelum tidur 10. Olah Raga teratur 11. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) b) Indikator Lingkungan, yang terdiri : 1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah

14 4. Kepadatan penghuni 5. Lantai rumah 2.3 Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan merupakan upaya mentransformasikan kesadaran masyarakat, sehingga masyarakat mau dan mampu mengambil bagian secara aktif untuk mendorong terjadinya perubahan. Pemberdayaan harus didasarkan pada prinsip keberpihakan kepada masyarakat marjinal, karena mereka berada di lapisan sosial paling bawah, sehingga memiliki posisi yang mampu memecahkan masalah untuk merubah posisi mereka. Bank Dunia memberikan definisi pemberdayaan sebagai the process of increasing the capacity of individuals or groups to make choices and to transform those choices into desired actions and outcomes (http://web.worldbank.org). Dengan kata lain, pemberdayaan dapat dimaknai sebagai proses peningkatan kapasitas individual atau kelompok untuk membuat pilihan-pilihan dan untuk melaksanakan pilihan-pilihan tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan dan hasil yang diharapkan. Ife (1995) mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata empowerment, yang berarti memberi daya, memberi power (kuasa), kekuatan, kepada pihak yang kurang berdaya. Segala potensi yang dimiliki oleh pihak yang kurang berdaya itu ditumbuhkan, diaktifkan, dikembangkan sehingga mereka memiliki kekuatan untuk membangun dirinya. Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan masyarakat menekankan kemandirian masyarakat itu sebagai suatu sistem yang mampu mengorganisir dirinya. MacArdle (1989) mengartikan pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang secara konsekuen melaksanakan keputusan itu. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal.

15 Sulistiyani (2004) menjelaskan lebih rinci bahwa secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar "daya" yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau proses pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Berdasarkan beberapa pengertian pemberdayaan yang dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk memperoleh atau memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu dan masyarakat lemah agar dapat mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta masalah yang dihadapi dan sekaligus memilih alternatif pemecahannya dengan mengoptimalkan sumberdaya dan potensi yang dimiliki secara mandiri. 2.3.1 Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan Kesehatan adalah hak setiap orang; oleh karena itu, baik individu, kelompok maupun masyarakat mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan menjaga kesehatan dirinya sendiri dari segala ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Sebagai wujud dari kewajiban dan tanggung jawab dalam memelihara dan melindungi kesehatannya, individu dan masyarakat harus mempunyai kemampuan yang disebut dengan kemandirian (self reliance). Dengan perkataan lain, masyarakat yang berdaya sebagai hasil dari pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat yang mandiri dalam mengenali, melindungi, memelihara dan meningkatkan kesehatannya sendiri dan keluarganya. Konsep Pemberdayaan di bidang Kesehatan mengemuka sejak dicanangkannya Strategi Global WHO tahun 1984, yang ditindak lanjuti dengan rencana aksi dalam Piagam Ottawa tahun 1986. Setelah itu kemudian para peneliti kesehatan mengadopsi konsep pemberdayaan tersebut ke dalam Promosi Kesehatan, antara lain : 1. Wallerstein (1992) dalam Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa pemberdayaan diadopsi ke dalam promosi kesehatan sebagai upaya untuk

16 meningkatkan efektivitas program dan menjaga kelestarian (sustainability) program. 2. Deklarasi Jakarta (1997), berbunyi bahwa keberdayaan dari individu-individu sebagai tujuan dari promosi kesehatan. Sedangkan promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan individu untuk mengontrol tingkah laku/ perilaku dan lingkungan yang berpengaruh pada kesehatan. Jadi disini pemberdayaan dapat dilihat sebagai upaya promosi kesehatan. 3. Nutbeam (1998) dalam Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa pemberdayaan adalah inti dari promosi kesehatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan strategi utama Promosi Kesehatan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa masyarakat sebagai sasaran primer Promosi Kesehatan harus diberdayakan agar mereka mau dan mampu mengenali, menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Proses pemberdayaan tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2 Proses Pemberdayaan dalam Kesehatan Sarana & Pasarana Informasi Kesehatan Kesadaran Kesehatan Pengetahuan Kesehatan Kemauan Kesehatan Berdaya dalam Kesehatan Dana & Daya Lain Sumber : Notoatmodjo, 2007 2.4 Kerangka Pemikiran Promosi Kesehatan adalah suatu pendekatan yang kegiatannya beroerientasi pada perilaku dan tidak bisa lepas dari ruang lingkupnya, yaitu tempat pelaksanaannya (rumah tangga, institusi pendidikan, institusi kesehatan, tempat

17 kerja dan tempat umum). Implementasi Promosi Kesehatan di lima tempat pelaksanaan tersebut dipengaruhi oleh penerapan Strategi Promosi Kesehatan (advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat). Seperti yang telah dijelaskan pada BAB Pendahuluan bahwa PHBS adalah produk dari Promosi Kesehatan dan kenyataannya capaian PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan masih jauh dari capaian di Kabupaten Pemalang dan SPM-BK. Berdasarkan hasil Pengkajian PHBS tingkat rumah tangga pada Peta Sosial telah teridentifikasi bahwa capaiannya pada Strata Sehat Pratama, dalam klasifikasinya strata tersebut tergolong strata yang paling rendah. Hal tersebut dikarenakan masih dominannya masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Berdasarkan penjelasan tersebut, Pengkaji merasa sangat perlu untuk mengevaluasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaannya (rumah tangga, institusi pendidikan, institusi kesehatan, tempat kerja dan tempat umum). Dalam mengevaluasi Strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan tersebut dilakukan dengan menggunakan pemikiran Green (1980). Promosi Kesehatan sebagai pendekatan terhadap perilaku kesehatan, maka kegiatannya tidak lepas dari faktor-faktor yang menentukan sikap dan perilaku tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan Promosi Kesehatan harus disesuaikan dengan faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku itu sendiri. Menurut Green (1980), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku kesehatan, yakni : 1. Faktor Pemudah (predisposing factors). Faktor faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku pada individu dan masyarakat adalah pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. 2. Faktor Pemungkin (enabling factors). Faktor pemungkin atau pendukung terwujudnya perilaku adalah ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya ketersediaan air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban dan lain

18 sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Posyandu, Dokter atau Bidan. 3. Faktor Penguat (reinforcing factors). Faktor ini meliputi sikap dan perilaku dari tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga) dan petugas kesehatan. Selain itu kebijakan-kebijakan yang dikeluarakan atau ditetapkan dari pusat maupun pemerintah daerah yang responsif terhadap kesehatan juga dapat memperkuat terwujudnya perilaku hidup sehat di masyarakat.

19 Gambar 3 Kerangka Pemikiran Peningkatan Strata Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tingkat Rumah Tangga Implementasi Strategi Promkes 1 Advokasi 2 Bina Suasana 3 Pemberdayaan Tempat Pelaksanaan Promkes 1 Sekolah 2 Institusi Kesehatan 3 Tempat Kerja 4 Tempat Umum 5 Rumah Tangga Strata PHBS tingkat Rumah Tangga Desa Jebed Selatan Strata Sehat Pratama* Masalah Perilaku Kesehatan di Desa Jebed Selatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) KONSEP GREEN (1980) 1 Faktor Pemudah 2 Faktor Pemungkin 3 Faktor Penguat Evaluasi Implementasi Strategi Promkes pada lima tempat pelaksanaan di Desa Jebed Selatan Perumusan Strategi & Program Promkes yang sesuai dengan kondisi Desa Jebed Selatan Obyektif mikro (Sikap & Perilaku) Peningkatan Strata PHBS tingkat Rumah Tangga di Desa Jebed Selatan Keterangan : : Mempengaruhi : Menggunakan : Hasil Peta Sosial * : Strata paling rendah