PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGELOLAAN DAS TERPADU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2014, No Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BITUNG PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH KOTA BITUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU KOTA BITUNG

DRAFT EMPAT GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 7 SERI E

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

Kerangka landasan pendekatan DAS: Merupakan ekologi bentang lahan (Landscape ecology), suatu subdisiplin ekologi yang mengamati sebab dan akibat

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PRT/M/2015 TENTANG RENCANA DAN RENCANA TEKNIS TATA PENGATURAN AIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BERSAMA GUBERNUR JAWA TIMUR DAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2013 NOMOR TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89 TAHUN 2007 TENTANG GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 15 Tahun : 2012 Seri : E

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 /PRT/M/2015 TENTANG KRITERIA DAN PENETAPAN STATUS DAERAH IRIGASI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENETAPAN KRITERIA WILAYAH SUNGAI DAN CEKUNGAN AIR TANAH 14 JULI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

Menimbang : a. Mengingat : 1. undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

1 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang : a. bahwa Daerah Aliran Sungai adalah merupakan kesatuan ekosistem yang terdiri dari unsur utama tanah, vegetasi, air maupun udara yang memiliki fungsi penting sebagai salah satu sumber kehidupan masyarakat yang perlu dilestarikan dan dikelola dengan sebaik-baiknya agar dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat; b. c. bahwa kondisi daerah aliran sungai di Sumatera Selatan dewasa ini sudah sangat memperihatinkan yang diindikasikan dengan semakin seringnya terjadinya banjir, tanah longsor, penurunan kualitas air, krisis air dan/atau kekeringan yang telah berdampak pada perekonomian dan tata kehidupan masyarakat; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indnesia Nomor 1814);

2 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Ruang (Lembaran Negara Republik Penataan Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Indonesia Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN dan GUBERNUR SUMATERA SELATAN

3 MEMU TUSKAN: Menetapkan : PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksudkan dengan: 1. Provinsi adalah Provinsi Sumatera Selatan. 2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. 3. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Sumatera Selatan. 4. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan. 5. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. 6. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara berkelanjutan. 7. Pemangku kepentingan (stakeholders) adalah pihakpihak terkait yang terdiri dari unsur pemerintah, non pemerintah, dan masyarakat yang berkepentingan dan perlu dilibatkan dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai di Sumatera Selatan.

4 8. Daerah Hulu DAS merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih besar dari 15%) bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase dan jenis vegetasi umumnya merupakan tegakan hutan. 9. Daerah Hilir DAS merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai dengan sangat kecil (kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir atau genangan, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi dan jenis vegetasi didominasi tanaman pertanian kecuali daerah estuaria yang didominasi hutan bakau/gambut. 10. Daerah Tengah DAS merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik biogeofisik DAS yang berbeda tersebut di atas. 11. DAS yang dipertahankan daya dukungnya adalah DAS yang kondisi lahan, kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, sosial ekonomi, investasi bangunan air, dan pemanfaatan ruang wilayah berfungsi sebagaimana mestinya. 12. DAS yang dipulihkan daya dukungnya adalah DAS yang kondisi lahan serta kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, sosial ekonomi, investasi bangunan air dan pemanfaatan ruang wilayah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. 13. Daya Dukung DAS adalah kemampuan DAS untuk mewujudkan kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia dan makhluk hidup lainnya secara berkelanjutan. 14. Forum Koordinasi Pengelolaan DAS Sumatera Selatan selanjutnya disebut Forum DAS adalah wadah koordinasi bagi para pemangku kepentingan dalam mengelola DAS Sumatera Selatan.

5 Pasal 2 Pengelolaan DAS dilakukan berdasarkan asas: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. manfaat dan lestari; kerakyatan dan keadilan; kebersamaan; keterpaduan; keberlanjutan; berbasis masyarakat; kesatuan wilayah dan ekosistem; keseimbangan; pemberdayaan masyarakat; akuntabel dan transparan; dan pengakuan terhadap kearifan lokal. Pasal 3 Pengelolaan DAS bertujuan untuk : a. terwujudnya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar berbagai pihak dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan DAS; b. terwujudnya kondisi tata air di DAS yang optimal, meliputi jumlah, kualitas dan distribusinya; c. terwujudnya kondisi lahan yang produktif sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan DAS; dan d. terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 4 Ruang lingkup pengaturan pengelolaan DAS dalam Peraturan Daerah ini adalah pengelolaan semua DAS di wilayah Provinsi.

6 Pasal 5 (1) Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi tahapan kegiatan sebagai berikut : a. perencanaan; b. pelaksanaan; c. monitoring dan evaluasi; dan d. pembinaan dan pengawasan. (2) Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan rencana tata ruang dan pola pengelolaan sumber daya air berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ketentuan berlaku. (3) Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diselenggarakan secara terkoordinasi dan terpadu dengan melibatkan dinas instansi terkait dan peran serta masyarakat. (4) Penyusunan rencana pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi. BAB III PERENCANAAN Bagian Kesatu Umum Pasal 6 Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, dilakukan dengan tahapan kegiatan: a. inventarisasi DAS; b. penyusunan rencana pengelolaan DAS; dan c. penetapan rencana pengelolaan DAS.

7 Pasal 7 Inventarisasi DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a meliputi: a. proses penetapan batas DAS; dan b. penyusunan klasifikasi DAS. Pasal 8 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan batas DAS diatur dengan Peraturan Gubernur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Penyusunan Klasifikasi DAS Pasal 9 (1) Berdasarkan hasil proses penetapan batas DAS yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dilakukan penyusunan Klasifikasi DAS. (2) Penyusunan Klasifikasi DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menentukan: a. DAS yang dipulihkan; dan b. DAS yang dipertahankan daya dukungnya. (3) Penentuan Klasifikasi DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan kriteria: a. kondisi lahan; b. kualitas, kuantitas dan kontinuitas air; c. sosial ekonomi; d. inventarisasi bangunan air; dan e. pemanfaatan ruang wilayah. (4) Penetapan Klasifikasi DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan.

8 Pasal 10 (1) Klasifikasi DAS dievaluasi sekali dalam 5 (lima) tahun sejak ditetapkan. (2) Dalam hal tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar Klasifikasi DAS dapat ditinjau kembali kurang dari 5 (lima) tahun. Pasal 11 (1) Berdasarkan penetapan Klasifikasi DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dilakukan penyusunan Rencana Pengelolaan DAS. (2) Penyusunan rencana pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Gubernur sesuai dengan kewenangannya. (3) Dalam menyusun rencana pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dibentuk Tim terkait dan dapat yang terdiri dari dinas instansi melibatkan perguruan tinggi. Pasal 12 Penyusunan rencana pengelolaan DAS meliputi: a. penyusunan rencana pengelolaan DAS yang dipulihkan daya dukungnya; dan b. penyusunan rencana pengelolaan DAS yang dipertahankan daya dukungnya. Pasal 13 Penyusunan rencana pengelolaan DAS yang dipulihkan daya dukungnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, dilakukan dengan perumusan: a. permasalahan DAS ; b. tujuan pemulihan daya dukung DAS; c. strategi pemulihan daya dukung DAS; dan d. monitoring dan evaluasi DAS.

9 Pasal 14 Perumusan permasalahan DAS yang dipulihkan daya dukungnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a, dilakukan melalui: a. identifikasi dan analisis masalah; dan b. rumusan masalah. Pasal 15 (1) Perumusan tujuan pemulihan daya dukung DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b, dilakukan dengan mengacu pada hasil perumusan masalah. (2) Perumusan tujuan pemulihan daya dukung DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara mengedepankan keterpaduan kepentingan antar dan di dalam sektor serta wilayah administrasi. Pasal 16 (1) Hasil perumusan tujuan pemulihan daya dukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 DAS dasar dalam perumusan strategi dijadikan Pengelolaan DAS yang dipulihkan daya dukungnya. (2) Perumusan strategi pemulihan daya dukung DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perumusan kebijakan, program dan kegiatan. Pasal 17 (1) Berdasarkan hasil perumusan strategi pemulihan daya dukung DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dilakukan perumusan monitoring dan evaluasi pengelolaan DAS.

10 (2) Monitoring dan evaluasi Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan faktor-faktor antara lain: a. b. c. d. sistem analisis; indikator kinerja; pelaksana; dan capaian hasil. Bagian Ketiga Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS Pasal 18 Penyusunan rencana pengelolaan DAS yang dipertahankan daya dukungnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b, dilakukan dengan perumusan: a. permasalahan DAS ; b. tujuan mempertahankan daya dukung DAS ; c. strategi mempertahankan daya dukung DAS ; dan d. monitoring dan evaluasi DAS. Pasal 19 Perumusan permasalahan DAS yang dipertahankan daya dukungnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a, dilakukan melalui: a. identifikasi dan analisis masalah; dan b. rumusan masalah. Pasal 20 (1) Perumusan tujuan mempertahankan daya dukung DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b, dilakukan dengan mengacu pada hasil perumusan masalah.

11 (2) Perumusan tujuan mempertahankan daya dukung DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara mengedepankan keterpaduan kepentingan berbagai sektor dan wilayah. Pasal 21 (1) Hasil perumusan tujuan mempertahankan daya dukung DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dijadikan dasar dalam perumusan strategi pengelolaan dukungnya. DAS yang dipertahankan daya (2) Perumusan strategi mempertahankan daya dukung DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perumusan kebijakan, program dan kegiatan. Pasal 22 (1) Berdasarkan hasil perumusan strategi sebagaimana mempertahankan daya dukung DAS c, dilakukan dimaksud dalam Pasal 18 huruf perumusan monitoring dan evaluasi pengelolaan DAS. (2) Monitoring dan evaluasi pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan faktor-faktor antara lain: a. b. c. d. sistem analisis; indikator kinerja; pelaksana; dan capaian hasil. Bagian Keempat Penetapan Rencana Pengelolaan DAS Pasal 23 (1) Berdasarkan rencana pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dilakukan penetapan rencana pengelolaan DAS untuk yang dipulihkan

12 daya dukungnya dan/atau DAS yang dipertahankan daya dukungnya. (2) Rencana pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Rencana pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menjadi salah satu dasar dalam rencana pembangunan sektor dan penyusunan wilayah. Pasal 24 (1) Rencana pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ditetapkan untuk jangka waktu 15 (lima belas) tahun. (2) Rencana pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dievaluasi dan ditinjau kembali tiap 5 (lima) tahun sekali. (3) Dalam hal tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar rencana pengelolaan DAS dapat ditinjau kembali kurang dari 5 (lima) tahun. Pasal 25 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan rencana pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 diatur dengan Peraturan Gubernur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB IV PELAKSANAAN Pasal 26 Kegiatan pengelolaan DAS dilaksanakan berdasarkan rencana pengelolaan DAS yang telah ditetapkan dan menjadi acuan dalam menyusun rencana pembangunan sektor dan rencana pembangunan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3).

13 Pasal 27 Kegiatan pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dilaksanakan pada: a. DAS yang dipulihkan daya dukungnya; dan b. DAS yang dipertahankan daya dukungnya. Pasal 28 (1) Pelaksanaan kegiatan pengelolaan DAS yang dipulihkan daya dukungnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf a, meliputi: a. optimalisasi penggunaan lahan sesuai dengan fungsi dan daya dukung wilayah; b. penerapan teknik konservasi tanah dan air dalam rangka pemeliharaan dilakukan daerah tangkapan air, menjaga kelangsungan kualitas, kuantitas, kontinuitas dan distribusi air; c. pengelolaan vegetasi dilakukan dalam rangka pelestarian keanekaragaman hayati, peningkatan produktivitas lahan, restorasi ekosistem, rehabilitasi dan reklamasi lahan; d. optimalisasi peran serta instansi terkait dalam pengelolaan DAS ; dan e. pengembangan kelembagaan pengelolaan DAS untuk meningkatkan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi lintas sektor dan wilayah administrasi. (2) Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai persyaratan teknis masingmasing kegiatan. Pasal 29 (1) Pelaksanaan kegiatan pengelolaan DAS yang dipertahankan daya dukungnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf b, meliputi:

14 a. menjaga dan memelihara produktivitas dan keutuhan ekosistem dalam DAS secara berkelanjutan; b. bimbingan teknis dan fasilitasi dalam rangka penerapan teknik konservasi tanah dan air demi kelangsungan daerah tangkapan air, untuk menjaga kualitas, kuantitas, kontinuitas dan distribusi air; c. peningkatan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar sektor dan wilayah administrasi dalam rangka mempertahankan kelestarian vegetasi, keanekaragaman hayati dan produktivitas lahan; dan d. peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan DAS untuk meningkatkan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi lintas sektor dan wilayah administrasi. (2) Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai persyaratan teknis masingmasing kegiatan. Pasal 30 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pengelolaan DAS yang dipulihkan dan DAS yang dipertahankan diatur dengan Peraturan Gubernur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB V MONITORING DAN EVALUASI Pasal 31 Dalam pengelolaan DAS yang dipulihkan dan dipertahankan daya dukungnya harus diadakan monitoring dan evaluasi secara berkala.

15 Pasal 32 (1) Monitoring sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 diadakan dengan tujuan untuk mendapatkan data indikator kinerja DAS yang dilakukan secara berkala paling sedikit sekali dalam setahun. (2) Hasil monitoring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar untuk melakukan evaluasi kinerja pengelolaan DAS. Pasal 33 (1) Evaluasi kinerja pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) diadakan untuk memperoleh gambaran perubahan daya dukung DAS, yang dilakukan secara berkala paling sedikit 2 tahun sekali. (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup evaluasi sebelum, selama dan setelah kegiatan berjalan. (3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk : a. penyempurnaan perencanaan pengelolaan DAS; dan b. pelaksanaan pengelolaan DAS. Pasal 34 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara monitoring dan evaluasi pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 lebih lanjut diatur dengan Peraturan Gubernur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

16 BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 35 (1) Dalam penyelenggaraan pengelolaan DAS harus diadakan pembinaan dan pengawasan secara terpadu dengan tujuan agar penyelenggaraan pengelolaan DAS dilaksanakan secara efektif dan efisien. (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada tahapan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, maupun monitoring dan evaluasi. Pasal 36 (1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dilakukan secara terkoordinasi dan terpadu dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan instansi terkait dalam penyelenggaraan pengelolaan DAS. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dilakukan melalui kegiatan antara lain: a. koordinasi; b. pemberian pedoman, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis; c. pemberian bimbingan, supervisi dan konsultansi; d. pendidikan, pelatihan dan penyuluhan; e. pemberian bantuan teknis; f. fasilitasi; g. sosialisasi dan diseminasi; dan/atau h. penyediaan sarana dan prasarana. Pasal 37 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembinaan dan pengawasan kegiatan pengelolaan DAS diatur dengan

17 Peraturan Gubernur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VII PERAN SERTA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Bagian Kesatu Peran Serta Masyarakat Pasal 38 (1) Untuk membantu dan mendukung keterpaduan dalam penyelenggaraan pengelolaan DAS dapat melibatkan masyarakat untuk ikut berperan serta secara aktif. (2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan baik secara perseorangan maupun melalui forum koordinasi pengelolaan DAS. Pasal 39 (1) Peran serta masyarakat secara perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2), dapat berupa: a. menjaga, memelihara dan menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan ekosistem DAS; b. mendapatkan dan memberikan informasi, saran dan pertimbangan dalam pengelolaan DAS; dan/atau c. mengikuti pelatihan dan penyuluhan yang berkaitan dengan pengelolaan DAS. (2) Forum koordinasi pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) memiliki fungsi : a. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat terkait pengelolaan DAS; b. memberikan sumbangan pemikiran dalam pengelolaan DAS;

18 c. menumbuhkembangkan peran pengawasan masyarakat dalam pengelolaan DAS; dan d. sebagai fasilitator dalam penyelesaian permasalahan pengelolaan DAS. Pasal 40 Ketentuan lebih lanjut mengenai forum koordinasi pengelolaan DAS diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Bagian Kedua Pemberdayaan Masyarakat Pasal 41 Dalam upaya peningkatan kapasitas, kapabilitas, kepedulian dan peran serta masyarakat dalam pengelolaaan DAS, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya harus melakukan upaya pemberdayaan masyarakat. Pasal 42 Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 dapat pula dilakukan oleh atau bekerja sama dengan BUMN, BUMD, BUMS, Koperasi, dan organisasi masyarakat. Pasal 43 Upaya pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dilakukan melalui kegiatan antara lain : a. pendidikan, pelatihan dan penyuluhan; b. pendampingan; c. pemberian bantuan modal; d. sosialisasi dan diseminasi; dan e. penyediaan sarana dan prasarana.

19 BAB VIII SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN DAS Pasal 44 Untuk mendukung penyelenggaraan pengelolaan DAS dibangun Sistem Informasi Pengelolaan DAS yang dibangun dan dikelola oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi. Pasal 45 (1) Sistem informasi rencana pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44, paling sedikit memuat: a. data pokok rencana pengelolaan DAS baik spasial maupun non spasial; dan b. sistem pendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan pengelolaan DAS. (2) Sistem informasi rencana pengelolaan DAS dijabarkan secara makro dalam Pola Umum Kriteria dan Standar Pengelolaan DAS. (3) Sistem informasi rencana pengelolaan DAS dapat diakses oleh instansi terkait. harus BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 46 (1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, semua kebijakan yang diterbitkan Pemerintah Provinsi Pengelolaan DAS di Sumatera Selatan mengenai tidak bertentangan dengan Peraturan sepanjang Daerah ini dinyatakan masih tetap berlaku.

20 (2) Kebijakan pengelolaan DAS di Sumatera Selatan yang tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini harus disesuaikan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 47 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya Sumatera Selatan. dalam Lembaran Daerah Provinsi Ditetapkan di Palembang pada tanggal 17 April 2013 GUBERNUR SUMATERA SELATAN, H. ALEX NOERDIN Diundangkan di Palembang pada tanggal 18 April 2013 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN, YUSRI EFFENDI LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2013 NOMOR 5

21