Sambutan Presiden RI - Pencanangan Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan..., Jakarta, 14 April 2016 Kamis, 14 April 2016 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENCANANGAN GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN TUMBUHAN DAN SATWA LIAR KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA 14 APRIL 2016
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh, Selamat pagi, Salam sejahtera bagi kita semuanya, Bapak-Ibu dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati, Ada dua hal penting Sekretariat Negara Republik Indonesia
yang perlu kita wariskan kepada anak cucu kita. Yang pertama adalah ilmu pengetahuan. Yang kedua adalah kelestarian alam. Ini penting sekali, kita perlu ingat. Apalagi Indonesia di mata dunia dikenal sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Kita dipandang sebagai negara yang megabiodiversity.
Kita juga dikenal sebagai negara paru-paru dunia. Harapan dunia dan masa depan alam tergantung pada kelestarian alam Indonesia. Hadirin sekalian yang saya hormati, Menjaga kelestarian alam bukanlah sebatas tanam-menanam pohon. Menjaga kelestarian alam harus dipandang keseluruhan ekosistemnya. Artinya perlu diperhatikan seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang terikat dalam lingkaran kehidupan itu. Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar adalah jawaban Indonesia atas permintaan dunia. Tugas kita untuk menjaga paru-paru dunia.
Saat ini, tercatat 93 jenis burung yang merupakan bagian dari 236 jenis satwa yang dilindungi di Indonesia. Dan pencanangan gerakan hari ini kita tandai dengan pelepasan 200 ekor penyu sisik, 4 ekor penyu sisik dewasa, 4 ekor elang bondol, 200 ekor burung tekukur, serujuk, dan kutilang. Semua burung yang akan dilepaskan telah melalui prosedur pelestarian, termasuk cek kesehatan oleh tim dokter hewan. Ini sering ditanyakan kepada saya karena saya kan sering melepas-lepas burung di Bogor, di Kebon Raya. â œitu sudah melalui karantina belum? Itu sudah dicek oleh dokter hewan atau belum?â Saya sampaikan, â œsudah.â Meskipun belinya sekarang, melepasnya besok, tapi yang saya lepas bukan yang dibeli sekarang gitu lo, melainkan yang sudah dibeli sebulan atau dua bulan yang lalu, Saya belajar itu tiga semester, kalau enggak keliru, masalah burung-memburung. Jadi jangan lagi ada yang sangsi gitu lo. Kalau masih ada yang sangsi, bagaimana sih? Karena kesenangan saja.
Hari ini juga akan dilakukan penanaman atau transplantasi karang dan lamun sebanyak 1.000 spesimen oleh masyarakat, dan restorasi hutan bakau (mangrove) dengan penanaman 5.000 bibit mangrove. Nah ini, kalau nanam-nanam seperti ini, sudahlah. Kalau 5.000, nanti saya hitung, juga 5.000, benar. Enggak usah 1 juta bibit mangrove. Siapa yang mau hitung 1 juta? Sudahlah, 5.000 di sini, 5.000 mungkin di Jawa Tengah, 5.000 atau 2.000 di Papua, tapi nanam betul, dirawat betul, dan hidup benar. Enggak usah banyak-banyak dan bombastis: satu juta atau satu miliar. Hitungnya gimana?
Hadirin sekalian yang saya hormati, Kunci keberhasilan Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar ada di komitmen, ada di komitmen, dan ada di kerja keras kita, dan ada di keberlanjutan dari gerakan itu. Percuma kita mencanangkan, kita luncurkan, tapi seperti kembang api: melihat sebentar, lalu hilang dan padam. Jangan seperti itu. Ini perlu saya ingatkan betul ke semua kementerian, ke semua lembaga bahwa tidak boleh lagi ada gerakan-gerakan yang seremonial, gerakan-gerakan nasional model kembang api: meriah, setelah itu hilang. Ini harus terus-menerus. Gerakan nasional harus jadi solusi berkelanjutan, terukur hasilnya, dan tidak boleh lagi hanya melaporkan, apalagi hanya melaporkan output kegiatan. Saya tidak lagi mau terima laporan: sudah dilaksanakan misalnya 1.000 seminar atau 200 sosialisasi yang dihadiri oleh sekian ribu orang. Enggak. Kita sekarang harus
mulai betul-betul melaksanakan, mengimplementasikan setiap apa yang kita rencanakan. Yang saya ingin lihat adalah impact-nya, dampaknya dari Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar: berapa jenis tumbuhan yang bertambah, berapa satwa liar yang diselamatkan, berapa kadar polusi yang berkurang. Konkret, nyata, jelas. Tadi saya bisikin Ibu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, â œkemarin kan sudah moratorium lahan gambut, sudah. Sekarang siapkan lagi moratorium kelapa sawit. Siapkan lagi nanti moratorium untuk wilayah pertambangan.â Harus berani seperti itu: konkret, nyata, jelas, dan tertulis regulasinya. Hasil-hasil yang benar, hasil-hasil yang ada manfaatnya itu yang saya ingin lihat, yang rakyat ingin lihat. Kalau tidak, ya udah potong saja anggarannya. Nah itu juga konkret.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap â Bismillahirrahmanirrahimâ, saya canangkan Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar. Terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. ***** Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden