BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan melakukan kegiatan usahanya dengan tujuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai indikator utama perekonomian (leading indicator of economy) mengurangi beban negara (Samsul, 2006: 43).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

AKTIVA TUNGGAL. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut Indeks harga saham. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

DWI NURDIYANTO B

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. akan datang (Tandelilin, 2010:2). Menurut Hartono (2013:7) tipe-tipe investasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4). Dalam

RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM.

BAB II TIMJAUAN PUSTAKA

OVERVIEW 1/20

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam pasar modal tidaklah terpisah dari stabilitas perekonomian suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

sejarah perusahaan. untuk melanjutkan operasi Teknik-Teknik Analisis Laporan Keuangan teknik yang lazim dipakai yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa bersifat tarif tetap (fixed rate), tarif mengambang (floating rate) maupun

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Pasar modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode waktu yang tertentu. Adanya aktiva produktif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham dikenal memiliki karakteristik high risk-high retum. Artinya

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS FUNDAMENTAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Tandelilin, 2010: 2). Menurut bentuknya investasi

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam kegiatan untuk melakukan investasi di Indonesia

menyebabkan harga saham tinggi (Dharmastuti, 2004:17-18). sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham.

BAB II LANDASAN TEORI. secara global. Salah satu jenis investasi adalah investasi saham. Investasi

BAB I PENDAHULUAN. bursa saham (stock market) adalah mekanisme surat surat berharga yang

BAB I PENDAHULUAN. uang dan pengaruhnya terhadap aset investasi. penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi (Husnan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan seiring dengan berkembangnya ekonomi Indonesia.

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. ukuran perusahaan, dan Return On Asset (ROA) terhadap return saham (studi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sinyal tersebut efektif, maka harus dapat ditangkap pasar dan dipersepsikan baik serta

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA. Seasoned equity offerings (SEO) merupakan penawaran saham tambahan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh melalui pasar uang dan pasar modal. Pasar modal memiliki peran besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik negara-negara di dunia termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. mendorong pembentukan modal dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi. harga saham (Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2008).

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA S AHAM S EKTOR PROPERTI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. ikut serta dalam kepemilikan saham suatu perusahaan. Pasar modal merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB I PENDAHULUAN. pesat yang merupakan salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan para pemodal (investor) untuk melakukan diversifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi dimana persaingan

BAB I PENDAHULUAN. akan semakin besar juga seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan

BAB II URAIAN TEORITIS. Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal. sebagai pemilik modal (investor) kepada perusahaan yang listed di pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. modal (IDX, 2016). Dibandingkan dengan investasi surat berharga lainnya di

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. Para pelaku bisnis harus

yang efisien selama periode waktu tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. dipertimbangkan yaitu return dan risiko. Return adalah tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Proses penghimpunan dan pengalokasian dana masyarakat terutama dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal (capital market) adalah suatu pasar dimana dana-dana jangka

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penawaran asset keuangan jangka panjang (Long-term financial asset).

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembangnya perekonomian Indonesia. Pengerahan dana dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perusahaan dimana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder

BAB I PENDAHULUAN. daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan

BAB I PENDAHULUAN. merosotnya sendi-sendi perekonomian termasuk perbankan yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang dialami sebagian besar emiten, penurunan aktivitas dan nilai transaksi, serta kesulitan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian saham Saham merupakan salah satu sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal. Saham juga merupakan sekuritas yang paling dikenal masyarakat Indonesia sehingga pasar ekuitas pada pasar modal sering disebut dengan pasar saham oleh masyarakat Indonesia. Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder) (Samsul, 2006:45). Menurut Wiagustini (2010:210) saham merupakan tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Seseorang atau suatu pihak dikatakan sah menjadi pemegang saham apabila dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) orang atau pihak tersebut telah terdaftar sebagai pemegang saham. Saham dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock) Saham biasa merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (Husnan, 2003:275). Saham biasa (common stock) adalah sertifikat yang menunjukan kepemilikan suatu perusahaan. Sebagai pemilik, pemegang saham memiliki hak proposional dalam berbagai pengambilan keputusan perusahaan seperti persetujuan dalam pengambilan keputusan pada rapat umum pemegang saham (RUPS) (Tandelilin, 2010:32). Menurut Samsul (2006:45) saham biasa adalah jenis saham yang akan menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Harga saham biasa merupakan dasar 11

penghitungan indeks harga saham di pasar modal. Selain itu, suara dalam RUPS hanya dapat dimiliki oleh pemegang saham biasa. Menurut Bodie (2009:45) saham biasa memilliki dua karakteristik penting sebagai alat investasi yaitu klaim sisa (residual claim) dan kewajiban terbatas (limited liabillity). Klaim sisa memiliki arti bahwa pemegang saham biasa berada pada barisan terakhir dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas aset dan pendapatan perusahaan. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, pemegang saham biasa memiliki klaim setelah klaim dari pihak-pihak kantor pajak, karyawan, pemasok, pemegang obligasi, dan kreditor. Saham preferen (preferred stock) adalah jenis saham yang memiliki hak lebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak dimana pemegang saham preferen mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada tahun perusahaan mengalami kerugian, tetapi dibayarkan pada tahun berikutnya ketika perusahaan mengalami keuntungan sehingga besar laba yang diterima pemegang saham preferen tersebut adalah dua kali lipat. Hak ini diberikan kepada pemegang saham preferen karena ketika perusahan mengalami kesulitan keuangan, merekalah yang memasok dana ke perusahaan tersebut (Samsul, 2006:45). Saham preferen memliki persamaan seperti halnya obligasi dimana pemegang saham preferen akan mendapatkan laba tetap setiap tahun tanpa jatuh tempo. Perusahan tidak memiliki kewajiban tertulis untuk membayar deviden yang berarti perusahaan dapat menahan pembayaran deviden yang ditujukan kepada pemegang saham preferen (Bodie, dkk., 2009:45). 12

2.1.2 Pengertian return saham Tujuan utama investor melakukan invetasi adalah untuk memaksimalkan return. Return adalah sejumlah imbalan yang didapatkan investor atas keberanian menanggung risiko dalam melakukan suatu investasi. Sumber return terdiri dari dua komponen yaitu yield dan capital gain (loss). Yield adalah komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi berupa deviden. Capital gain (loss) adalah komponen kedua dari return yang merupakan kenaikan atau penurunan harga saham yang dapat memberikan keuntungan maupun kerugian bagi investor. Return total suatu investasi dapat dihitung dengan menjumlahkan yield dan capital gain (Tandelilin, 2010:102). Return dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu realized return dan expected return. Realized return merupakan return yang telah terjadi. Expected return dihitung menggunakan data historis dan merupakan salah satu pengukur kinerja suatu perusahaan. Expected return merupakan return harapan yang akan diperoleh investor dimasa yang akan datang. Kedua return tersebut memliki perbedaan dimana realized return bersifat sudah terjadi sedangkan expected return bersifat belum terjadi (Hartono, 2009:199). 2.1.3 Estimasi return saham Return investasi dimasa yang akan datang merupakan return harapan yang hanya dapat diperkirakan melalui estimasi. Return harapan dapat menghasilkan return yang berbeda dari return aktual yang diterima. Secara umum mengestimasi 13

return harapan dapat dihitung menggunakan metode-metode berikut ini (Tandelilin, 2010:106) 1) metode rata-rata tertimbang Return harapan atas suatu sekuritas dapat diestimasi dengan cara mencari nilai rata-rata tertimbang dari semua return yang mungkin terjadi. Untuk mengestimasi return sekuritas sebagai aset tunggal investor harus memperhitungkan kemungkinan terwujudnya tingkat return tertentu yaitu probabilitas kejadian. Hasil dari perkiraan return harapan dan probabilitas disebut dengan distribusi probabilitas dimana spesifikasi tingkat return harapan dan tingkat probabilitas terjadinya return tersebut ditunjukan pada distribusi probabilitas tersebut. Nilai return harapan dapat dihitung dengan menentukan nilai rata-rata tertimbang dari distribusi return tersebut. Rumus menghitung return harapan dituliskan dalam persamaan berikut: E(R) = Keterangan: n t=1 R i pr i (1) E(R) = return harapan dari suatu sekuritas Ri = return ke-i yang mungkin terjadi pri = probabilitas kejadian return ke-i n = banyaknya return yang mungkin terjadi 14

2) metode rata-rata aritmatik (arithmetic mean) Disamping cara menghitung return harapan dengan metode nilai rata-rata tertimbang, perhitungan return harapan dapat dihitung menggunakan metode rata-rata aritmatik (arithmetic mean). Metode arithmetic mean adalah metode perhitungan statistik untuk menghitung nilai rata-rata. Metode ini sesuai apabila digunakan dalam perhitungan suatu rangkaian aliran return dalam suatu periode tertentu. Secara matematis rumus arithmetic mean dapat ditulis sebagai berikut: x = X n (2) Keterangan: x = return harapan X = penjumlahan nilai return selama suatu periode n = total jumlah periode 3) metode rata-rata geometrik (geometric mean) Metode rata-rata geometrik dapat mengatasi kekurangan pada metode ratarata aritmatik dimana metode rata-rata geometrik dapat menunjukan nilai rata-rata yang sebenarnya dari suatu distribusi return dalam periode waktu tertentu. Perhitungan geometric mean memiliki sifat compounding atau pelipatgandaan aliran return selama periode tertentu. Metode rata-rata geometrik sangat tepat digunakan ketika menghitung tingkat perubahan aliran 15

return pada periode yang bersifat serial dan kumulatif. Rumus menghitung dengan metode rata-rata geometrik adalah sebagai berikut: G=[(1+R1) (1+R2) (1+Rn)] 1 / n 1.(3) Keterangan: G = nilai return harapan Rn = return relative pada periode n 2.1.4 Faktor faktor yang mempengaruhi return saham Investor perlu memperhatikan deviden dan earning perusahaan dalam menentukan nilai saham perusahaan yang sangat tergantung pada keuntungan yang dihasilkan suatu perusahaan. Menurut Tandelilin (2010:338) prospek perusahaan sangat tergantung pada kondisi ekonomi makro dan kondisi internal perusahaan itu sendiri. Ini berarti tingkat return yang dihasilkan perusahaan dipengaruhi oleh faktor ekonomi makro dan faktor internal perusahaan. Menurut Tandelilin (2010:363) kondisi internal perusahaan dapat mempengaruhi return saham suatu perusahaan. Analisis perusahan digunakan investor untuk mengetahui kondisi internal suatu perusahan.beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalamanalisis perusahaan antara lain : earning per share, price earning ratio, profitabilitas perusahaan dan informasi laporan keuangan berupa neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas (Tandelilin, 2010:378). 16

Tandelilin (2010:339) menyebutkan bahwa analisis makro ekonomi perlu dilakukan investor karena adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan makro terhadap kinerja pasar modal. Ketika perekonomian suatu negara mengalami pertumbuhan maka pasar modal negara tersebut juga mengalami pertumbuhan. Pasar modal mencerminkan kondisi ekonomi makro dimana nilai investasi ditentukan oleh aliran kas dan tingkat return yang di pengaruhi oleh perubahan lingkungan ekonomi makro. Samsul (2006:200) menyebutkan bahwa faktor makro ekonomi merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, tetapi memiliki pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti bahwa dalam mengestimasi aliran kas, bunga, premi risiko, atau return suatu sekuritas, investor perlu mempertimbangkan analisis ekonomi. Investor perlu memperhatikan beberapa indikator dalam menganalisis faktor makro ekonomi yaitu variabel ekonomi makro yang mempengaruhi keuntungan perusahaan. Variabel makro ekonomi yang perlu diperhatikan investor antara lain adalah tingkat suku bunga, tingkat inflasi, kurs rupiah, produk domestik bruto (PDB), anggaran defisit, investasi swasta, dan neraca perdagangan dan pembayaran (Tandelilin, 2010:343). Faktor makro ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan antara lain: tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, peraturan perpajakan, kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu, kurs valuta asing, tingkat bunga pinjaman luar negeri, kondisi perekonomian international, siklus ekonomi, faham ekonomi, peredaran uang (Samsul, 2006:200). Penelitian ini membatasi 17

untuk mencari pengaruh tingkat suku bunga, tingkat inflasi, nilai kurs rupiah dan produk domestik bruto terhadap return saham. 2.1.5 Tingkat suku bunga Tandelilin (2010:343) menyatakan bahwa perubahan tingkat suku bunga menyebabkan perubahan pada tingkat suku bunga yang diisyaratkan pada suatu sekuritas. Tingkat suku bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang pada aliran kas perusahaan yang dapat menyebabkan kesempatankesempatan investasi yang ada menjadi tidak menarik bagi investor. Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung oleh perusahaan. Selain itu suku bunga yang tinggi akan menyebabkan return yang diisyaratkan investor akan meningkat. Meningkatnya tingkat suku bunga juga mengakibatkan investor dapat menarik investasinya di pasar modal dan memindahkan investasinya pada tabungan atau deposito. Bodie dkk (2009:178) mengatakan bahwa tingkat suku bunga yang tinggi mengurangi nilai kas sekarang dari arus kas masa depan, sehingga mengurangi daya tarik peluang investasi. Menurut Samsul (2006:201) kenaikan tingkat bunga pinjaman memiliki dampak yang negatif terhadap setiap emiten, karena meningkatkan beban bunga kredit serta menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan menurunnya harga saham di pasar. Naiknya tingkat suku bunga deposito akan mengakibatkan investor menjual sahamnya di pasar modal, dan menabung hasil penjualan saham tersebut dalam deposito. Penjualan saham secara besar-besaran mengakibatkan jatuhnya harga saham di pasar modal. 18

2.1.6 Tingkat inflasi Inflasi adalah kecendrungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi perokonomian yang panas dimana kondisi perekonomian mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya yang mengakibatkan harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang tinggi juga mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat. Disamping itu inflasi yang terlalu tinggi juga dapat mengakibatkan penurunan pendapatan riil investor dari investasinya. Peningkatan inflasi berdampak pada peningkatan harga jual dan biaya produksi perusahaan. Apabila biaya produksi mengalami peningkatan lebih tinggi daripada peningkatan penjualan perusahan, maka profitabilitas perusahaan mengalami penurunan yang berakibat terhadap penurunan tingkat return saham. Sebaliknya apabila penjualan perusahaan mengalami peningkatan yang lebih tinggi daripada biaya produksi perusahaan maka profitabilitas perusahan mengalami peningkatan. Secara relatif penigkatan inflasi merupakan sinyal negatif bagi para investor (Tandelilin, 2010:343). Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap return saham tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kerugian perekonomian secara keseluruhan, dimana banyak perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Inflasi yang sangat rendah dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi sangat lamban yang menyebabkan harga saham bergerak dengan lamban (Samsul, 2006:201). 19

2.1.7 Nilai kurs rupiah Kurs merupakan tingkat dimana nilai mata uang domestik dikonversi menjadi nilai mata uang asing (Bodie, dkk. 2009:175). Depresiasi kurs mata uang domestik dapat memberi dampak negatif terhadap emiten yang memiliki hutang dalam mata uang asing sedangkan produk emiten tersebut dijual didalam negeri. Hal ini mengakibatkan penurunan harga saham emiten tersebut di bursa efek. Penurunan harga saham berarti terjadi penurunan terhadap return saham (Samsul, 2006:202). Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang sedang mengalami inflasi. Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku (Tandelilin, 2010:344). 2.1.8 Produk domestik bruto Produk domestik bruto (PDB) adalah ukuran produksi barang dan jasa total dari suatu negara. Bodie, dkk. (2009:177) mengatakan PDB termasuk faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham dan PDB yang bertumbuh dengan cepat menunjukan bahwa perekonomian mengalami pertumbuhan. Tandelilin (2010:343) menjelaskan bahwa pertumbuhan PDB mengindikasikan terjadinya pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan mengakibatkan peningkatan daya beli masyarakat yang merupakan peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualan produk yang dihasilkan. Adanya peningkatan penjualan perusahaan maka peluang keuntungan yang akan diperoleh 20

perusahaan meningkat. Ini berarti peningkatan PDB merupakan sinyal yang baik bagi para investor untuk berinvestasi. 2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh tingkat suku bunga terhadap return saham Samsul (2006:201) mengatakan bahwa kenaikan tingkat bunga pinjaman memiliki dampak yang negatif terhadap setiap emiten, karena meningkatkan beban bunga kredit serta menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan menurunnya harga saham di pasar. Tandelilin (2010:343) menyatakan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap return saham. Perubahan tingkat suku bunga menyebabkan perubahan pada tingkat suku bunga yang diisyaratkan pada suatu sekuritas. Meningkatnya tingkat suku bunga mengakibatkan investor dapat menarik investasinya di pasar modal dan memindahkan investasinya pada tabungan atau deposito. Nazwar (2008) meneliti mengenai analisis pengaruh variabel makroekonomi terhadap return saham syariah di Indonesia menemukan bahwa tingkat suku bunga (interest rate) berpengaruh signifikan terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan Uddin et al (2007) mengenai pengaruh pertumbuhan tingkat suku bunga terhadap harga saham, menemukan bahwa pertumbuhan tingkat suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Sodikin (2007) dalam penelitiannya mengenai variable makro ekonomi yang mempengaruhi return saham di BEJ menemukan tingkat suku bunga berpengaruf terhadap return saham. Kajian empiris inilah yang 21

menjadi dasar dalam perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu H1 : tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap return saham. 2.2.2 Pengaruh tingkat inflasi terhadap return saham Tandelilin (2010:343) mengatakan bahwa secara relatif inflasi berpengaruh negatif terhadap return saham. Inflasi yang tinggi mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat. Inflasi yang terlalu tinggi juga dapat mengakibatkan penurunan pendapatan riil investor dari investasinya. Peningkatan inflasi berdampak pada peningkatan harga jual dan biaya produksi perusahaan. Apabila biaya produksi mengalami peningkatan lebih tinggi daripada peningkatan penjualan perusahan, maka profitabilitas perusahaan mengalami penurunan yang berakibat terhadap penurunan tingkat return saham. Sebaliknya apabila penjualan perusahaan mengalami peningkatan yang lebih tinggi daripada biaya produksi perusahaan maka profitabilitas perusahan mengalami peningkatan. Sitinjak (2011) yang meneliti mengenai faktor makro ekonomi (variabel crr) pada return portofolio pasar saham di indonesia saat bullish dan bearish menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap return portofolio. Penelitian lain oleh Jana (2013) mengenai hubungan antara tingkat inflasi terhadap harga saham pada bursa efek india menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap harga saham. Karim (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Nasir (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini menjadi dasar pengembangan hipotesis yang diajukan yaitu: 22

H2 : tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap return saham 2.2.3 Pengaruh nilai kurs rupiah terhadap return saham Tandelilin (2010:344) mengatakan bahwa nilai kurs berdampak positif terhadap return saham. Menguatnya kurs mata uang domestik terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang sedang mengalami inflasi. Menguatnya kurs mata uang domestik terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku. Hal ini akan mengakibatkan investor untuk membeli saham yang berakibat pada peningkatan harga saham dan return saham. Penelitian yang dilakukan Ahmadi et al (2012) mengenai pengaruh kurs valuta asing terhadap return saham di pasar modal Teheran menemukan bahwa perubahan kurs valuta asing berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan Kamir (2015) menemukan bahwa nilai kurs rupiah berpengaruh positif terhadap return saham. Handiani (2014) menemukan bahwa nilai kurs rupiah berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Penelitian lain yang dilakukan Hadianto (2009) menemukan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini menjadi dasar perumusan hipotesis yang diajukan, yaitu: H3 : nilai kurs rupiah berpengaruh positif terhadap return saham 2.2.4 Pengaruh produk domestik bruto terhadap return saham Tandelilin (2010:343) mengatakan bahwa meningkatnya produk domestik bruto mempunyai pengaruh positif terhadap daya beli konsumen sehingga dapat meningkatkan return. Penelitian yang dilakukan oleh Signh (2011) menemukan 23

bahwa produk domestik bruto berpengaruh signifikan terhadap return saham. Penelitian lain yang dilakukan oleh Hsing (2011) menemukan bahwa produk domestik bruto mempengaruhi return saham dengan hubungan yang positif. Hal ini menjadi dasar dalam merumuskan hipotesis yang diajukan, yaitu: H4 : produk domestik bruto (PDB) berpengaruh positif terhadap return saham Berdasarkan hipotesis yang ada, maka dapat digambarkan kerangka konsepsual seperti pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Nilai Kurs Rupiah dan Produk Domestik Bruto terhadap Return Saham pada Perusahaan Food and Beverage Periode 2009-2013 Tingkat Suku Bunga H1 Sumber (X1) :Gambar diolah peneliti, 2013 H2 Tingkat Inflasi (X2) H3 Nilai Kurs Rupiah (X3) H4 Return Saham (Y) Produk Domestik Bruto (X4) Sumber : Data diolah peneliti, 2016 24