SERAT KERAMIK CERAMICS FIBER 1. N a m a Golongan Serat aluminosilikat, alumina, atau silika. Sinonim / Nama Dagang Fiber ceramic; Mineral wool; Synthetic mineral fibre; Refractory fibre; Aluminosilicate refractory ceramic fibres; Aluminosilicate fiber (vitreous); Refractory ceramic fibre; Fiber FP ceramic fiber; Aluminum oxide fiber; Alphaalumina fiber; Fiber FP alumina fiber; Almax; Fiber FP. Nomor Identifikasi : Nomor CAS : 142844-00-6 Nomor OHS : 00751 2. Sifat Fisika Kimia Nama bahan Serat keramik Deskripsi Wol atau serat terkompresi berwarna atau putih, tidak berbau. Rumus molekul SiO 2, Al 2 O 3 ; Titik lebur 1760 o C (3200 0 F); Titik didih 2980 o C (5396 0 F); Titik beku 2040 o C (3704 0 F) ; Tekanan uap 1 mmhg pada 2148 o C; Berat jenis (air=1) 3,9; Gravitasi spesifik 2,5-2,7 g/cc; Tidak larut dalam air; Dapat larut dalam asam hidroflorat, asam fosforat, alkali pekat. Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat Bahaya Peringkat NFPA (Skala 0-4): Kesehatan 1 = Tingkat keparahan rendah Kebakaran 0 = Tidak dapat terbakar Reaktivitas 0 = Tidak reaktif Klasifikasi EC: Carc. Cat. 2 = Karsinogen kategori 2
T = Beracun Xi = Iritan R38 = Menyebabkan iritasi pada kulit R49 = Dapat menyebabkan kanker bila terhirup S22 = Awas berbahaya. Jangan menghirup debu S38 = Jika ventilasi tidak memadai, pakai peralatan pernafasan yang tepat S36/37/39 = Pakai/kenakan pakaian pelindung, sarung tangan, dan pelindung mata/wajah S40 = Untuk membersihkan lantai dan semua benda yang tercemar oleh bahan ini, gunakan... (dispesifikasi oleh produsen) S52 = Tidak direkomendasikan untuk penggunaan interior dalam ruangan yang besar 3. Penggunaan Bahan insulator suhu tinggi; penahan panas; adsorben; amplas/penggosok; bahan keramik; katalisator reaksi organik; isolasi listrik. 4. Identifikasi Bahaya Risiko utama dan sasaran organ Bahaya utama terhadap kesehatan: Dapat mengiritasi mata, kulit, dan saluran pernafasan bagian atas, serta dapat menimbulkan gangguan pada gastrointestinal. Organ sasaran: Paru, mata, kulit. Rute paparan Paparan jangka pendek Terhirup Merupakan jalur paparan yang utama. Menghirup bahan ini dapat menimbulkan iritasi saluran pernafasan bagian atas, termasuk iritasi pada tenggorokan.
Kontak dengan kulit Dapat mengiritasi kulit. Kontak dengan mata Dapat meniritasi mata. Tertelan Bukan merupakan jalur paparan yang lazim. Paparan jangka panjang Terhirup Iritasi saluran pernafasan bagian atas, termasuk iritasi pada tenggorokan. Bahan ini dapat menimbulkan mesotelioma jika terhirup dalam jangka waktu yang berkepanjangan. Paparan debu aluminosilikat yang berulang atau berkepanjangan dapat menyebabkan bronkitis, asma, dan emfisema. Kontak dengan kulit Paparan berkepanjangan dapat menimbulkan iritasi dan inflamasi pada kulit. Kontak dengan mata Paparan berkepanjangan dapat menimbulkan iritasi dan inflamasi pada mata. Tertelan Bukan merupakan jalur paparan yang lazim. Jika bahan tertelan dalam jumlah yang cukup, maka dapat timbul gangguan gastrointestinal. Gejalanya meliputi mual, muntah, nyeri perut. 5. Stabilitas dan reaktivitas Reaktivitas : Stabil pada kondisi penggunaan normal. Tancampurkan : Larut dalam asam hidroflorat, asam fosforat, alkali pekat, uap asam dan alkali kuat. Bahaya dekomposisi : Dapat melepaskan uap asap, karbon monoksida, produk karbon dioksida, oksida nitrogen, sejumlah kecil hidrokarbon aromatik dan alifatik. Polimerisasi : Tidak terpolimerisasi.
6. Penyimpanan Simpan dan tangani sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan standard yang berlaku. Simpan dalam wadahnya yang asli. Simpan dalam keadaan tertutup jika tidak digunakan. Hindarkan terbentuknya debu. 7. Toksikologi Karsinogenik IARC : Group 2B Kemungkinan karsinogenik bagi manusia (berdasarkan bukti yang memadai pada hewan, tetapi bukti pada manusia tidak memadai). ACGIH : A2 Dicurigai sebagai karsinogen untuk manusia. EPA: Group B2 Kemungkinan karsinogen bagi manusia (bukti yang memadai pada hewan dan tidak memadai atau tidak ada bukti pada manusia). Bukti yang memadai pada uji fibrogenisitas. NTP: Mungkin cukup diantisipasi sebagai suatu karsinogen (berdasarkan bukti yang memadai pada hewan). Informasi Ekologi Bahan bersifat inert sehingga bersifat stabil. Tidak ada antisipasi akan adanya efek berat bahan ini terhadap lingkungan. 8. Efek Klinis Keracunan akut Terhirup Menghirup debu bahan dapat menyebabkan batuk atau bersin, iritasi hidung, tenggorokan dan saluran pernafasan. Kontak dengan kulit Debu bahan dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
Kontak dengan mata Debu bahan dapat menyebabkan iritasi pada mata. Tertelan Bukan merupakan jalur paparan yang lazim. Keracunan kronik Terhirup Jika terhirup dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan iritasi sedang pada saluran pernafasan. Gejala dapat berupa goresan pada hidung atau tenggorokan, batuk atau rasa tidak nyaman di dada. Kontak dengan kulit Dapat menimbulkan iritasi sedang pada kulit. Paparan dengan bahan dapat menimbulkan inflamasi, ruam, atau gatal. Kontak dengan mata Dapat menimbulkan iritasi sedang pada mata. Serat dapat bersifat abrasif; paparan berkepanjangan dapat menimbulkan kerusakan pada permukaan mata. Tertelan Bukan merupakan jalur paparan yang lazim. 9. Pertolongan Pertama Terhirup Bila aman memasuki area, segera pindahkan dari area pemaparan. Bila perlu, gunakan kantong masker berkatup atau pernafasan penyelamatan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Kontak dengan kulit Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci dengan sabun atau detergen ringan dan air dalam jumlah yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal (selama 15-20 menit). Gunakan krim atau lotion untuk kulit setelah kulit dicuci. Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
Kontak dengan mata Segera cuci mata dengan air yang banyak atau dengan larutan garam normal (NaCl 0,9%), selama 30 menit, atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata dan dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Hindarkan menggosok mata yang terpapar bahan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Tertelan Paparan oral bukan merupakan jalur yang lazim. Segera hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter setempat. Jangan sekali-kali merangsang muntah atau memberi minum bagi pasien yang tidak sadar/pingsan. Bila terjadi muntah, jaga agar kepala lebih rendah daripada panggul untuk mencegah aspirasi. Bila korban pingsan, miringkan kepala menghadap ke samping. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. 10. Penatalaksanaan Stabilisasi a) Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara. b) Penatalaksanaan fungsi pernafasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. c) Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah. d) Jika ada kejang, beri diazepam dengan dosis: a. Dewasa: 10-20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik atau 0,5 ml/30 menit, jika perlu dosis ini dapat diulang setelah 30-60 menit. Mungkin diperlukan infus kontinyu sampai maksimal 3 mg/kg BB/24 jam. b. Anak-anak: 200-300 µg/kg BB. Dekontaminasi a) Dekontaminasi mata Dilakukan sebelum membersihkan kulit:
- Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya. - Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 30 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata. - Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya. - Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit. - Jangan biarkan pasien menggosok matanya. - Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata. b) Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku) - Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat. - Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit. - Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok. - Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup. - Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya. - Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut. c) Dekontaminasi saluran cerna Bila pasien sadar dapat diberikan arang aktif. Dapat dipertimbangkan kumbah lambung jika bahan tertelan dalam jumlah sedang sampai banyak. Namun, karena kemungkinan terjadi kejang atau perubahan status mental yang cepat, kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan setelah intubasi.
11. Batas Paparan dan Alat Pelindung Diri Batas paparan serat keramik: 410 mg/m 3 (100 ppm) OSHA PEL 205 mg/m 3 (50 ppm) ACGIH TLV 307 mg/m 3 (75 ppm) ACGIH STEL 0,5 fiber/cc (8 jam TWA) 0,2 fiber/cc ACGIH TWA 5 mg/m 3 (respirable) (15 mg/m 3 ) (total dust) TWA OSHA PEL Jerman: 0,5 fiber/ml 8 jam TWA (Sumber: TRGS 900) Perancis: 0,6 fiber/ml 8 jam TWA (Sumber: Circulaire DRT No. 95-4 du 12.01.95) Inggris: 2,0 fiber/ml (5 mg/m 3 ) 8 jam TWA (Sumber: HSE EH40 Maximum Exposure Limit) Australia: 0,5 fiber/cc Austria: 0,5 fiber/cc Kanada: 0,5-1 fiber/cc Denmark: 1 fiber/cc Belanda: 1 fiber/cc Selandia Baru: 1 fiber/cc Norwegia: 2 fiber/cc Polandia: 2 fiber/cc Swedia: 1 fiber/cc Metode pengukuran: Gravimetrik; Metode membran filter konvensional. Ventilasi: Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat. Ventilasi harus tahan ledakan jika terjadi konsentrasi bahan yang akan meledak. Pastikan dipatuhinya batas paparan yang sudah ditentukan. Proteksi mata: Gunakan kaca mata pengaman tahan percikan. Jangan gunakan lensa kontak. Sediakan kran pencuci mata untuk keadaan darurat serta semprotan air deras dekat dengan area kerja. Pakaian: Gunakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia. Sarung tangan: Gunakan sarung tangan pelindung yang tahan bahan kimia.
Respirator: Jika paparan kurang dari 5 fiber/cc, perlengkapan perlindungan pernafasan bersifat pilihan. Namun, jika paparan lebih dari 5 fiber/cc, direkomendasikan penggunaan respirator pemurni udara dengan masker wajah penuh atau sebagian, yang dilengkapi cartridge filter partikel P100 bersertifikat NIOSH atau PAPR. 12. Manajemen Pemadam Kebakaran Bahaya ledakan dan kebakaran: Bahan tidak terbakar dan tidak bersifat eksplosif. Media pemadam kebakaran: Air, kabut air, karbon dioksida, busa, atau bahan kimia kering. Gunakan media pemadam kebakaran yang memadai di daerah kebakaran. 13. Manajemen Tumpahan Bersihkan tumpahan secara hati-hati lalu tempatkan pada wadah tertutup yang memadai agar tidak menghasilkan debu. Jika tersedia, gunakan HEPA filtered vacuum equipment, tetapi jika tidak tersedia, dapat dilakukan penyapuan tumpahan dalam keadaan basah; jangan gunakan udara bertekanan dan jangan lakukan penyapuan tumpahan bahan dalam keadaan kering. Tumpahan bahan jangan sampai tertiup angin. Tumpahan bahan jangan dibuang ke saluran air dan hindarkan dari sumber air alami. Petugas pembersih harus menggunakan perlengkapan pelindung pernafasan, sarung tangan, dan pelindung mata yang memadai untuk mencegah iritasi akibat kontak atau menghirup bahan. 14. Daftar Pustaka http://echa.europa.eu (Diunduh Oktober 2010) http://msds.chem.ox.ac.uk (Diunduh Oktober 2010) http://nutecfibratec.com (Diunduh Oktober 2010) http://www.ceramaterials.com (Diunduh Oktober 2010) http://www.ceramicfiber.net (Diunduh Oktober 2010) http://www.heatshieldproducts.com (Diunduh Oktober 2010)
http://www.lydallfiltration.com (Diunduh November 2010) http://www.lloyd-ris.co.uk (Diunduh Oktober 2010) http://www.lookchem.com (Diunduh November 2010) http://www.ohcow.on.ca (Diunduh Oktober 2010) http://www.unifrax.com.au (Diunduh Oktober 2010) www.nehc.med.navy.mil (Diunduh November 2010) ------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Disusun oleh: Sentra Informasi Keracunan Nasional (SiKer Nas) Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI Tahun 2010 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------