Hadis Tentang Posisi Tumit Nabi SAW Ketika Sujud HADIS TENTANG POSISI TUMIT KETIKA SUJUD. Pertanyaan Dari: PCM Bumiayu, Brebes

dokumen-dokumen yang mirip
Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

Adzan Awal, Shalawat dan Syafaatul Ujma ADZAN AWAL, MEMBACA SHALAWAT NABI SAW, DAN SYAFA ATUL- UZHMA

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Hadits yang Sangat Lemah Tentang Larangan Berpuasa Ketika Safar

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

KITAB KELENGKAPAN BAB DZIKIR DAN DO'A

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar

Hadits Lemah Tentang Keutamaan Surat Az-Zalzalah

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

HambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan :

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

MAHRAM. Pertanyaan: Jawaban:

Derajat Hadits Puasa TARWIYAH

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH TATA CARA SHALAT TAHAJUD DAN SHALAT DHUHA

Syarah Istighfar dan Taubat

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

Adat Kebiasaan Hari Raya, Pengobatan Memakai Kalung dan Tentang Bai'at ADAT KEBIASAAN DI HARI RAYA, PENGOBATAN MEMAKAI KALUNG DAN TENTANG BAI AT

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

Hukum Menyekolahkan Anak di Sekolah Non-Muslim

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

SIFAT WUDHU NABI. 2. Kemudian berkumur-kumur (memasukkan air ke mulut lalu memutarnya di dalam dan kemudian membuangnya)

NIKMAT DUNIA DAN AKHIRAT

Tatkala Menjenguk Orang Sakit

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

Berkahilah untuk ku dalam segala sesuatu yang Engkau keruniakan. Lindungilah aku dari keburukannya sesuatu yang telah Engkau pastikan.

TAHAJJUD (QIAMUL LAIL) & WITIRNYA. Oleh: Rasul bin Dahri

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Saudara Udi el Shin, Malang, Jawa Timur. Pertanyaan :

Bejana yang Dijilati Anjing MENGGANTI TANAH DENGAN SABUN KETIKA BERSUCI DARI JILATAN ANJING

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB VII. SUJUD SAHWI, SUJUD SYUKUR DAN SUJUD TILAWAH


KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

PETUNJUK NABI TENTANG MINUM

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BULUGHUL MARAM KITAB SHIYAM

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

Hutang Piutang Dalam Konsep Hadis Rasulullah saw

ADAB DAN DOA SAFAR YANG SHAHIH

Do a & Wirid Mengobati Guna-guna dan Sihir Menurut Al-Qur an dan As-Sunnah

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

DO'A-DO'A IFTITAH. Publication : 1436 H_2015 M DOA-DOA IFTITAH

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

MUZARA'AH dan MUSAQAH

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan

Mengharap Perbaikan AGAMA & DUNIA. Publication: 1434 H_2013 M MENGHARAP PERBAIKAN AGAMA DAN DUNIA *

Oleh: Shahmuzir bin Nordzahir

Hadits-hadits Shohih Tentang

BAB I PENDAHULUAN. sering dilakukan oleh banyak orang Islam, beberapa diantaranya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Berdzikir Dengan BIJI TASBIH حفظه هللا Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

KAIDAH FIQH. Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

BAB IV ANALISIS HADIS SUGUHAN KELUARGA MAYAT. sanad. Adapun kritik sanadnya, antara lain sebagai berikut:

UNTUK KALANGAN SENDIRI

Hadits Palsu Tentang Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

ISLAM IS THE BEST CHOICE

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis

KRITERIA MENJADI IMAM SHOLAT

Shahih dan Dha'if Hadits PUASA Enam Hari Bulan Syawwal

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

Puasa Mengajarkan Mencintai Orang Miskin

DOA dan DZIKIR Seputar MASJID

ع ا ت ش ي ش ج ع اى ث ي ص ق اه : ي غ ي اىص غ ي ش ع ي ا ىن ث ي ش و ا مل اس ع ي ا ىق اع ذ و ا ىق ي ي و ع ي ا ىن خ ي ش. اىثخاسي 727 7:

ISLAM dan DEMOKRASI (1)

STANDAR KOMPETENSI. Melaksanakan tatacara salat fardu dan sujud sahwi

Anak Yatim Status Anak Yatim Berbapak Tiri dan Santunannya

BAB III PANDANGAN DAN ANALISIS DESI SRI WULANDARI TERHADAP SANKSI ATAS KETERLAMBATAN PEMBAYARAN Al-AL-QARD{ AL-H{ASAN

BAB HUKUMAN PELAKU ZINA

ع ل ي ك م ب س ن ت ي و س ن ة ال خ ل ف اء الر اش د د الر د دي ي

Amalan-amalan Khusus KOTA MADINAH. خفظو هللا Ustadz Anas Burhanuddin,Lc,M.A. Publication: 1435 H_2014 M AMALAN-AMALAN KHUSUS KOTA MADINAH

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

Transkripsi:

Hadis Tentang Posisi Tumit Nabi SAW Ketika Sujud HADIS TENTANG POSISI TUMIT KETIKA SUJUD Pertanyaan Dari: PCM Bumiayu, Brebes Pertanyaan: 1. Di tempat kami, ada yang berfaham bahwa ketika sujud, posisi tumit dirapatkan. Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-hakim dalam kitab al-mustadrak. Bagaimana status hadis tersebut? 2. Bagaimana posisi kaki yang benar ketika sujud, merapat ataukah merenggang? Jawaban Terima kasih atas pertanyaan yang saudara ajukan. Jawaban kami adalah sebagai berikut. Untuk mengetahui tingkat kesahihan sebuah hadis, ada tiga langkah yang harus kita lakukan, yaitu: 1. Melakukan takhrij, yaitu melacak hadis pada sumber-sumber aslinya (al-mashadir al-ashliyyah), yaitu kitab-kitab hadis primer yang memiliki sanad. 2. Melakukan i tibar, yaitu menguraikan sanad untuk mengetahui kemungkinan adanya mutabi dan syahid. Mengetahui mutabi dan syahid diperlukan untuk mencari jalur penguat jika nanti ditemukan adanya perawi yang daif dalam sanad hadis tersebut. Mutabi adalah hadis yang memiliki kesamaan (baik redaksi maupun subtansinya) dengan hadis yang lain, disertai kesamaan perawi pada tingkatan sahabat. Syahid adalah hadis yang memiliki kesamaan (baik redaksi maupun subtansinya) dengan hadis yang lain, namun memiliki perbedaan perawi pada tingkatan sahabat. 3. Melakukan kritik hadis. Dalam tahap ini yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi tentang:,(اتصال السند) a. ketersambungan sanad,(عدالة الرواة) b. kredibilitas perawi,(ضبط الرواة) c. akurasi hafalan perawi,(عدم الشذوذ) d. koherensi dengan hadis lain e. keselamatan dari kecacatan tersembunyi )السالمة من العلة ) Berikut penelitian hadis riwayat al-hakim yang saudara tanyakan. Takhrij Hadis al-hakim dan I tibar Sanad Setelah dilakukan penelitian, hadis riwayat al-hakim tentang posisi kaki Rasulullah yang merapat ketika sujud, ternyata terdapat pula dalam Sunan al-baihaqi, Sahih Ibnu Hibban dan Sahih Ibnu Khuzaimah. Berikut redaksi hadisnya: ق ال ت ع ائ ش ة ز و ج الن ب -صلى اهلل عليه وسلم- : ف ق د ت ر س ول اهلل -صلى اهلل عليه وسلم- و ك ان م ع ى ع ل ى ف ر اش ى ف و ج د ت ه س اج د ا ر اص ا ع ق ب ي ه م س ت ق ب ال ب أ ط ر اف أ ص اب ع ه ال ق ب ل ة ف س م ع ت ه ي ق و ل : أ ع وذ

ب ر ض اك م ن س خ ط ك و ب ع ف و ك م ن ع ق وب ت ك و ب ك م ن ك أ ث ن ع ل ي ك ال أ ب ل غ ك ل م ا ف يك. ف ل م ا ان ص ر ف ق ال : ي ا ع ائ ش ة أ خ ذ ك ش ي ط ان ك. ف ق ل ت : أ م ا ل ك ش ي ط ان ق ا ل : م ا م ن آد م ى إ ال ل ه ش ي ط ان ف أ س ل م. ]رواه ابن خزمية و ابن حبان و البيهقي «. ف ق ل ت : و أ ن ت ي ا ر س ول اهلل ق ال :» و أ ن ا ل ك ن د ع و ت اهلل ع ل ي ه و احلاكم[ Artinya: Aisyah istri Rasulullah berkata: Saya merasa kehilangan Rasullalah saw, padahal beliau beserta saya di tempat tidur saya, (kemudian saya mencari beliau) dan saya temukan Rasulullah sedang sujud dalam keadaan merapatkan dua tumitnya sambil menghadapkan ujungujung dua telapak kakinya ke arah kiblat. Aku mendengar beliau berdoa: A udzu biridlaka min sakhatika, wa afwika min uqubatika, wa bika minka, utsnia alaika la ablughu kulla ma fika. Setelah selesai, beliau berkata kepadaku: Wahai Aisyah, syaitan yang ada pada dirimu telah memperdayaimu. Syaitan apa yang engkau maksud (wahai Rasulullah)? Beliau menjawab: Tidaklah setiap anak Adam, kecuali ia memiliki syaitan (yang berada bersamanya). Aku mengatakan: Apakah engkau juga, ya Rasulullah? beliau menjawab: Aku juga, tetapi aku berdoa kepada Allah, maka aku selamat. [HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, al-baihaqi dan al-hakim] Keterangan: Jaringan sanad di atas menunjukkan bahwa hadis tersebut tidak mempunyai syahid, sedangkan mutabi terdapat pada perawi setelah Said bin Abi Maryam. Kritik Hadis :

Penelitian terhadap hadis di atas langsung dilakukan dengan melihat aspek kredibilitas dan akurasi perawi serta melihat kemungkinan terjadinya pertentangan dengan hadis lain yang lebih sahih. Untuk mempersingkat penelitian, faktor ketersambungan sanad dan keselamatan dari cacat yang tersembunyi tidak dilakukan. a. Kredibilitas dan Akurasi Hafalan Perawi Setelah memperhatikan sanad (rantaian perawi) di atas, ditemukan seorang perawi yang lemah (dlaif) dalam aspek akurasi hafalan (dhabt), yaitu sosok yang bernama Yahya bin Ayyub. Berikut ini kami kutipkan data tentang perawi tersebut dari kitab Tahdzibu al-tahdzib (vol. 11, hal. 163) karya Ibnu Hajar al-asqalani (w. 852 H/1448 M). Nama : Yahya bin Ayyub al-ghafiqi Abul Abbas al-mishri (dijuluki Bapaknya Abbas, berasal dari Mesir). Guru-gurunya: Humaid, Yahya bin Said, Abdullah bin Abi Bakar, Abdullah bin Dinar, Rabi ah bin Ja far, Ismail bin Umayyah, Bakir bin Asyaj, Ibnu Juraij, Ubaidullah bin Abi Ja far, Ubaidullah bin Jahr, Umarah bin Ghaziah, Abul Aswad, Muhammad bin Ajlan, Yazid bin Abi Habib, Yazud bin al-had, Malik bin Anas dan Khalaq. Murid-muridnya: Ibnu Juraij, al-laits, Juraij bin Hazim, Ibnu Wahab, Ibnu Mubarak, Asyhab, Zaid bin Habba, Yahya bin Ishq, al-maqbari, Abu Shalil, Said bin Abi Maryam, Said bin Afir, Ishaq bin al-farat, Musa bin A yun, Amru bin Rabi, dll. Penilaian ulama terhadapnya: a. Imam Ahmad : hafalannya lemah, b. Ibnu Main : salih, tsiqah (kredibel) c. Ibnu Abi Hatim : jujur, hadisnya dapat ditulis tetapi tidak dapat dijadikan hujjah (dalil) d. Abu Dawud : tsiqah (kredibel) e. Nasai : Ia tidak apa-apa, di lain kesempatan ia menilai Yahya tidak kuat f. Ibnu Hibban : tsiqah (kredibel) g. Ibnu Saad: munkarul hadis h. Daruquthni : di sebagian hadisnya ada ketumpangtindihan i. Tirmidzi mengutip Bukhari : tsiqah (kredibel) j. Ismaili: tidak dapat dijadikan hujah k. Abu Zar ah: ada kecacatan dalam hafalannya l. Ibnu Adi : jika ia menerima hadisnya dari orang yang tsiqah (kredibel), hadisnya tidak munkar. Ia jujur. m. Uqaili : memasukkannya ke dalam al-dlu afa (orang-orang yang lemah) Keterangan : Melihat penilaian para kritikus hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa Yahya bin Ayyub adalah pribadi yang dipermasalahkan oleh para ulama. Sekalipun banyak ulama yang menganggapnya memiliki kredibilitas yang baik, namun ia adalah sosok yang memiliki hafalan yang lemah. Kelemahan hafalan tersebut juga tidak dapat dikuatkan oleh hadis yang lain karena tidak terdapat mutabi dan syahid untuknya. Kelemahan dalam faktor hafalan inilah yang membuat hadis di atas menjadi bernilai daif.

b. Meneliti Koherensi Hadis Langkah selanjutnya dalam menguji kesahihan hadis ini, adalah melihat apakah ia bertentangan (inkoheren) dengan hadis lain atau tidak. Setelah dilakukan penelitian, ternyata hadis ini bertentangan dengan hadis lain yang bernilai sahih, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dan an-nasai. Di mana dalam hadis tersebut tidak disebutkan kisah Aisyah melihat kaki Rasulullah yang berdempet ketika salat. Hadis yang bertentangan dengan hadis yang lebih sahih disebut hadis syadz dan dikategorikan sebagai hadis daif. ع ن ع ائ ش ة ق ال ت ف ق د ت ر س ول اهلل -صلى اهلل عليه وسلم- ل ي ل ة م ن ال ف ر اش ف ال ت م س ت ه ف و ق ع ت ي د ى ع ل ى ب ط ن ق د م ي ه و ه و ف ال م س ج د و ه ا م ن ص وب ت ان و ه و ي ق و ل : الل ه م أ ع وذ ب ر ض اك م ن س خ ط ك و ب ع اف ات ك م ن ع ق وب ت ك و أ ع وذ ب ك م ن ك ال أ ح ص ى ث ن اء ع ل ي ك أ ن ت ك م ا أ ث ن ي ت ع ل ى ن ف س ك. مسلم و النسائي[ ]رواه Artinya: Diriwayatkan dari Aisyah r.a. dia berkata, Aku merasa kehilangan Rasulullah saw suatu malam dari tempat tidur, maka aku cari-cari beliau, selanjutnya kenalah satu telapak tanganku pada dua telapak kaki Rasulullah saw ketika beliau berada di masjid. Dua telapak kaki beliau tegak. Beliau berdo a: Ya Allah aku berlindung dari kemarahan-mu dengan keridaan- Mu, berlindung dengan ampunan-mu dari siksaan-mu, saya berlindung pada-mu dari siksaan- Mu, aku berlindung pada-mu dari-mu, aku tidak bisa menghitung pujian bagi-mu, yakni Engkau seperti Engkau memuji pada diri-mu. [HR Muslim dan an-nasai] Keterangan : Tampak dalam hadis ini, ada bagian cerita yang sama dan ada bagian yang berbeda dengan hadis riwayat al-hakim di atas. Bagian yang sama adalah laporan bahwa Aisyah dalam suatu malam kehilangan Rasulullah dari sisinya dan kemudian berusaha mencari beliau. Kesamaan ini menunjukkan bahwa kejadian yang dilaporkan oleh al-hakim dan Muslim dalam hadis masingmasing adalah peristiwa yang sama. Adapun bagian yang berbeda dalam dua hadis ini adalah hadis Muslim menceritakan Aisyah sempat memegang kaki Rasulullah ketika sujud dan hadis al- Hakim tidak. Hadis Muslim tidak menyebutkan Aisyah melihat posisi kaki Rasulullah ketika sujud yang merapat, sedangkan hadis al-hakim menyebutkannya. Terakhir, hadis al-hakim menyebutkan terjadinya dialog antara Rasulullah dan Aisyah setelah beliau selesai salat, sedangkan hadis Muslim tidak. Hadis Abu Dawud dapat dijadikan penguat? Setelah diteliti, hadis al-hakim, ad-daruquthni, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah yang disebutkan di atas ternyata memiliki pendukung dari hadis lain, yaitu hadis riwayat Abu Dawud, yang secara substansi senada dengan hadis di atas. Dalam hadis Abu Dawud ini, Rasulullah saw diriwayatkan memerintahkan untuk merapatkan kedua paha ketika salat. Jika kita perhatikan, merapatkan paha sama memang artinya dengan merapatkan kedua kaki. Namun demikian, sayang sekali setelah diteliti, hadis Abu Dawud tidak dapat dijadikan penguat, karena hadis ini sendiri juga bernilai lemah. Terdapat seorang perawi yang bernama Darraj yang ditolak oleh para kritikus hadis. Ibnu Abi Hatim menilainya lemah dan Imam Ahmad menilainya munkarul hadis

(dikutip dari Tahdzibu al-tahdzib Ibnu Hajar, vol. 3, hal. 180). Dengan demikian ia tidak dapat dijadikan penguat untuk hadis al-hakim, ad-daruquthni, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah di atas. Berikut ini adalah jaringan sanad dan hadisnya: : ع ن أ ب ه ر ي ر ة أ ن الن ب ال ك ل ب و ل ي ض م ف خ ذ ي ه. -صلى اهلل عليه وسلم- ق ال إ ذ ا س ج د أ ح د ك م ف ال ي ف ت ش ي د ي ه اف ت اش Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Jika salah seorang di antara kalian sujud, janganlah ia menempelkan kedua tangannya ke lantai (iftirasy), seperti perilaku anjing (yang sedang duduk) dan hendaklah ia merapatkan kedua pahanya. Hadis tentang Merenggangkan Kaki Di sisi lain, terdapat pula hadis riwayat Abu Dawud yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. salat dengan merenggangkan kedua pahanya. Berikut adalah jaringan sanad beserta hadisnya. ع ن أ ب ح ي د ب ذ ا احل د يث ق ال و إ ذ ا س ج د ف ر ج ب ي ف خ ذ ي ه غ ي ر ح ام ل ب ط ن ه ع ل ى ش ى ء م ن ف خ ذ ي ه

Artinya: Dari Abu Humaid, (ia meriwayatkan sifat salat nabi), bahwa beliau apabila sujud merenggangkan kedua pahanya dan tidak membebankan perutnya pada kedua pahanya. Namun, setelah dilakukan penelitian ditemukan data bahwa menurut Nashiruddin Albani dalam Irwaul Ghalil, jilid 2 hal. 80, perawi yang bernama Utbah dalam jaringan sanad di atas bernama lengkap Utbah bin Abi Hakim al-hamdani. Jika memang nama lengkap Utbah menurut Albani tersebut benar, maka berarti ia adalah sosok yang lemah (daif). Karena dalam Taqribu al- Tahdzib, jilid 2, hal. 380, Ibnu Hajar menyebut Utbah bin Abi Hakim al-hamdani sebagai shaduq yukhtik katsiran (perawi yang jujur, namun sering melakukan kesalahan). Kesimpulan: 1. Hadis Aisyah dari Muslim dan an-nasai sahih, tetapi tidak ada di dalamnya dilalah (keterangan yang menunjukkan) tentang posisi kaki yang merapat ataupun merenggang. 2. Baik hadis yang menyebutkan kaki Rasulullah saw merapat dan merenggang ketika sujud, kedua-duanya adalah daif, sehingga keduanya tidak bisa dijadikan hujah. 3. Karena tidak ada satupun informasi yang sahih mengenai hal ini, maka dapat dipilih posisi manapun yang nyaman untuk dilakukan. Wallahu a lam bish-shawab. *M-Rf) Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah E-mail: tarjih_ppmuh@yahoo.com dan ppmuh_tarjih@yahoo.com