XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM

dokumen-dokumen yang mirip
XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM

XIII. INSTRUKTUR A. DASAR HUKUM

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM

XX. TEKNISI LITKAYASA

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN

X. GURU A. Dasar Hukum

XV. PRANATA KOMPUTER

XVII. PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM

XXIII. PERENCANA A. DASAR HUKUM

XVI. AUDITOR A. DASAR HUKUM

III. PENGAWAS BENIH IKAN

XIV. WIDYAISWARA A. DASAR HUKUM

IX. PENGENDALI DAMPAK LINGKUNGAN

B. PENGERTIAN-PENGERTIAN

XII. PENGAWAS SEKOLAH

II. PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT IKAN

XVIII. PENELITI A. DASAR HUKUM

VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM

I. PENGAWAS PERIKANAN

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

XI. D O S E N A. DASAR HUKUM

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor

ADMINISTRASI JAB-FUNG PRANATA KOMPUTER

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.114, 2009 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan. Fungsional. Komputer. Angka Kredit.

-4- MEMUTUSKAN: Pasal 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara.

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2006 T E N T A N G JABATAN FUNGSIONAL PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

2014, No

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA,

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER-709/K/JF/2009

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN

JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent

ANGKA KREDIT ARSIPARIS : BEBERAPA PERBEDAAN ANTARA KEPMENPAN 09/KEP/M.PAN/2/2002 DENGAN PER/3/M.PAN/3/2009

PEMBINAAN TEKNIS TIM PENILAI PRANATA KOMPUTER - ADMINISTRASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 194, Tambaha

MEMUTUSKAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL.

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGANGKATAN, KENAIKAN PANGKAT/JABATAN, PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI, DAN PEMBERHENTIAN DALAM DAN DARI

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Setyanta Nugraha Ketua Tim Penyusun Jabatan Fungsional Analis APBN Sekretariat Jenderal DPR RI

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentan

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Dasar Hukum Jabatan Fungsional

-2- Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Un

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN WALIKOTA SURABAYA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

- 5 - (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1692).

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pengurus Yayasan Slamet Rijadi Yogyakarta

Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB

2014, No

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PERIKANAN WALIKOTA SURABAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman.

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Badan Pusat Statistik

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA,

- 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

Transkripsi:

XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1997 tentang Statistik; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian/ Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian PNS; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional PNS; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat PNS; 7. PEraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian PNS; 8. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional PNS; 9. Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Statistisi; 10. Keputusan MENPAN Nomor 37/KEP/M.PAN/4/2003 tanggal 7 April 2003 tentang Jabatan Fungsional Statistisi dan Angka Kreditnya; 11. Keputusan Bersama Kepala Badan Pusat Statistik dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 003/KS/2003 dan Nomor 25 Tahun 2003 tanggal 30 Juni 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Statistisi dan Angka Kreditnya; 12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.07/MEN/2005 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.13/MEN/2006; 13. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.07/MEN- KP/KP.430/2006 tentang Pemberian Kuasa menandatangani Keputusan tentang Pengangkatan, Pemindahan, Pemberhentian, dan Mutasi Kepegawaian Lainnya; B. PENGERTIAN - PENGERTIAN 1. Statistisi adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan statistik pada instansi pemerintah; 2. Statistisi Tingkat Terampil adalah Statistisi dengan kualifikasi teknis atau penunjang professional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan teknis dibidang statistik; 3. Statistisi Tingkat Ahli adalah Statistisi dengan kualifikasi profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang statistik; 4. Kegiatan statistik adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyusunan, penyajian, penyebarluasan dan analisis data, termasuk pula mengadakan studi guna penyempurnaan metodologi dari kegiatan statistik tersebut serta 243

pembentukan model-model statistik guna keperluan perencanaan dan kebijakan berbagai bidang; 5. Angka kredit adalah suatu angka yang diberikan berdasarkan penilaian atas prestasi yang telah dicapai oleh seorang statistisi dalam mengerjakan butir kegiatan yang digunakan sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan dan kenaikan pangkat/jabatan. 6. Tim Penilai angka kredit adalah Tim Penilai yang dibentuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang untuk membantu dalam penetapan angka kredit statistisi; C. TUGAS POKOK, UNSUR DAN SUB UNSUR KEGIATAN 1. Tugas Pokok Statistisi adalah melakukan pengumpulan, pengolahan, penyajian, penyebarluasan dan analisis data serta pengembangan metode statistik; 2. Unsur dan sub unsur kegiatan yang dinilai angka kreditnya : a. Pendidikan, meliputi : 1) Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar 2) Pendidikan dan pelatihan fungsional bidang statistik serta memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP). b. Penyediaan data dan informasi statistik, meliputi: 1) Sensus/survei; 2) Kompilasi administrasi, dan; 3) Observasi/pengamatan c. Analisis dan pengembangan statistisi, meliputi: 1) Analisis statistik; 2) Pengembangan statistik d. Pengembangan profesi Statistisi, meliputi: 1) Pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang statistik; 2) Penyusunan juknis pelaksanaan pengelolaaan kegiatan statistik; 3) Penerjemahan/penyaduran buku atau karya ilmiah di bidang statistik e. Penunjang kegiatan Statistisi, meliputi: 1) Pengajar/pelatih di bidang statistik; 2) Peran serta dalam seminar/lokakarya/konferensi; 3) Keanggotaan dalam Tim Penilai Jabatan fungsional Statistisi; 4) Keanggotaan dalam organisasi profesi; 5) Perolehan piagam kehormatan dan 6) Perolehan gelar kesarjanaan lainnya; 244

D. JENJANG JABATAN, GOLONGAN, ANGKA KREDIT, TUNJANGAN DAN BUP NO JENJANG JABATAN GOL ANGKA KREDIT TUNJANGAN (Rp) Tingkat Terampil 1. Statistisi Pelaksana Pemula II/a 25 183.000,- II/b 40 2. Statistisi Pelaksana II/c 60 197.000,- II/d 80 3. Statistisi Pelaksana Lanjutan III/a 100 III/b 150 220.000,- 4. Statistisi Penyelia III/c 200 III/d 300 385.000,- Tingkat Ahli 1. Statistisi Pertama III/a 100 III/b 150 275.000,- 2. Statistisi Muda III/c 200 III/d 300 523.000,- IV/a 400 3. Statistisi Madya IV/b 550 798.000,- IV/c 700 BUP (THN) 56 E. PENGANGKATAN PERTAMA KALI 1. Pejabat yang berwenang a. Sekretaris Jenderal a.n Menteri Kelautan dan Perikanan bagi Statistisi Madya. b. Kepala Biro Kepegawaian a.n Menteri Kelautan dan Perikanan bagi Statistisi Pelaksana Lanjutan s/d Statistisi Penyelia dan Statistisi Pertama s/d Statistisi Muda. c. Kepala Bagian Jabatan Fungsional a.n Menteri Kelautan dan Perikanan bagi Statistisi Pelaksana Pemula dan Statistisi Pelaksana. 2. Persyaratan PNS yang diangkat pertama kali harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Statistisi Terampil 1) Berijazah serendah-rendahnya SLTA sesuai kualifikasi yang ditentukan. 2) Serendah-rendahnya berpangkat Pengatur Muda, II/a. 3) Lulus diklat fungsional statistik kecuali bagi yang memiliki diploma bidang statistik. 4) Setiap unsur dalam DP3 tahun terakhir sekurang-kurangnnya bernilai baik. b. Statistisi Ahli 1) Berijazah serendah-rendahnya S1 dengan kualifikasi yang ditentukan. 2) Serendah-rendahnya berpangkat Penata Muda, III/a. 245

3) Lulus diklat fungsional statistik kecuali bagi yang memiliki S1/D IV bidang statistik. 4) Setiap unsur dalam DP3 tahun terakhir sekurang kurangnya bernilai baik. 3. Ketentuan dalam Pengangkatan Pertama Kali a. Pengangkatan PNS ke dalam jabatan Statistisi harus memperhitungkan keseimbangan antara beban kerja dengan jumlah Statistisi sesuai jenjang jabatannya. b. Memenuhi jumlah angka kredit minimal yang ditetapkan untuk jenjang pangkat/jabatannya, setelah melalui penilaian Tim Penilai Angka Kredit. 4. Tata Cara Pengangkatan Pertama Kali a. PNS/calon Statistisi menyiapkan berkas usul pengangkatan, sebagai berikut : 1) Penetapan angka kredit yang ditetapkan oleh pejabat yang 2) Fotocopi keputusan pangkat terakhir yang dilegalisir pejabat yang 3) Fotocopi ijazah terakhir yang dilegalisir pejabat yang 4) Fotocopi STTPP yang dilegalisir pejabat yang 5) Fotocopi DP3 satu tahun terakhir. b. Berkas usul pengangkatan disampaikan kepada pimpinan unit kerjanya untuk diperiksa dan diteliti kebenaran dan kelengkapan persyaratannya. c. Pimpinan unit kerja yang bersangkutan mengusulkan calon Statistisi disertai kelengkapan berkas persyaratannya kepada pejabat yang berwenang sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku. d. Pejabat yang berwenang menerbitkan keputusan pengangkatan ke dalam jabatan fungsional Statistisi. e. Keputusan pengangkatan pertama kali tersebut tersebut disampaikan oleh pejabat yang berwenang kepada Statistisi yang bersangkutan melalui pimpinan unit kerjanya dengan tembusan kepada unit kerja/instansi terkait. F. PENGANGKATAN DARI JABATAN LAIN 1. Pejabat yang berwenang a. Sekretaris Jenderal a.n Menteri Kelautan dan Perikanan bagi Statistisi Madya. b. Kepala Biro Kepegawaian a.n Menteri Kelautan dan Perikanan bagi Statistisi Pelaksana Lanjutan s/d Statistisi Penyelia dan Statistisi Pertama s/d Statistisi Muda. c. Kepala Bagian Jabatan Fungsional a.n Menteri Kelautan dan Perikanan bagi Statistisi Pelaksana Pemula dan Statistisi Pelaksana. 2. Persyaratan a. Memenuhi syarat sebagaimana ketentuan pengangkatan pertama kali. b. Memiliki pengalaman di bidang statistik sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun. c. Usia setinggi-tingginya 5 (lima) tahun sebelum mencapai usia pensiun. 246

3. Ketentuan dalam pengangkatan dari jabatan lain a. Pangkat Statistisi ditetapkan sesuai dengan pangkat terakhir yang dimiliki PNS yang bersangkutan sedang jenjang jabatannya ditetapkan sesuai jumlah angka kredit yang diperoleh dari kegiatan unsur utama berdasarkan penilaian Tim Penilai dan ditetapkan oleh pejabat yang b. Pengangkatan dalam jabatan Statistisi harus memperhitungkan kebutuhan jumlah Statistisi pada unit kerja yang bersangkutan. 4. Tata cara pengangkatan dari jabatan lain Tata cara pengangkatan PNS dari jabatan lain ke dalam jabatan Statistisi, mengikuti tata cara pengangkatan pertama kali sebagaimana tersebut pada huruf E butir 4. G. PENETAPAN ANGKA KREDIT 1. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit Mengingat untuk saat ini di lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan belum memungkinkan dibentuk Tim Penilai Instansi maka penilaian dan penetapan angka kredit Statistisi untuk sementara adalah sebagai berikut : a. Pejabat Pembina Pusat adalah Badan Pusat Statistik atau Pejabat Eselon I yang ditunjuk bagi Statistisi Madya. b. Pejabat Eselon II yang membidangi Data dan Informasi statistik, bagi Statisitisi Pelaksana Pemula s/d Statistisi Penyelia dan Statistisi Pertama s/d Statistisi Muda. 2. Jadwal waktu penetapan angka kredit Penetapan angka kredit selambat-lambatnya akhir bulan Januari untuk kenaikan pangkat bulan April dan akhir bulan Juli untuk kenaikan pangkat periode bulan Oktober tahun berjalan. H. PENGUSULAN ANGKA KREDIT 1. Pejabat pengusul a. Statistisi Madya mengajukan DUPAK kepada Kepala Badan Pusat Statistik melalui Sekretaris Jenderal Cq. Biro Kepegawaian; b. Statistisi Pelaksana Pemula s/d Statistisi Penyelia dan Statistisi Pertama s/d Statistisi Muda menyampaikan DUPAK kepada Menteri Pertanian Cq. Kepala Pusat Data dan Informasi Pertanian melalui pimpinan unit kerja yang bersangkutan, dengan tembusan Biro Kepegawaian Departemen Kelautan dan Perikanan. 2. Ketentuan dalam pengangkatan dari jabatan lain a. DUPAK disampaikan setelah menurut perhitungan yang bersangkutan memenuhi jumlah angka kredit untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi. b. DUPAK beserta lampirannya harus sudah diterima oleh Sekretariat Tim Penilai selambat-lambatnya awal Januari untuk kenaikan pangkat periode April dan awal Juli untuk kenaikan pangkat periode Oktober tahun berjalan. c. 247

3. Tata Cara Pengajuan DUPAK A Calon Statistisi/ Pejabat Statistisi 1 B 2 C 3 Pimpinan Kepala Pusdatin 6 Unit Kerja 5 DKP 4 D Kepala BPS Keterangan : 1. DUPAK dari Statistisi (A) ke unit kerjanya, persetujuan DUPAK disahkan oleh Kepala unit kerja; 2. DUPAK dari unit kerja (B) kepada Kepala Pusdatin DKP (C) Penetapan Angka Kredit Statistisi Pemula sampai dengan Statistisi Penyelia dan Statistisi Pertama sampai dengan Statistisi Muda; 3. DUPAK dari Pimpinan unit kerja (B) ke Kepala Pusdatin DKP (D) diteruskan kepada Kepala BPS (E) untuk Penetapan Angka Kredit bagi Statistisi Madya; 4. Realisasi Penetapan angka kredit 4,5,6. I. KENAIKAN JABATAN 1. Pejabat yang berwenang menetapkan kenaikan jabatan. a. Sekretaris Jenderal a.n Menteri Kelautan dan Perikanan menetapkan kenaikan jabatan menjadi Statistisi Madya. b. Kepala Biro Kepegawaian a.n Menteri Kelautan dan Perikanan menetapkan kenaikan jabatan menjadi Statistisi Pelaksana Lanjutan s/d Statistisi Muda. c. Kepala Bagian Jabatan Fungsional a.n Menteri Kelautan dan Perikanan menetapkan kenaikan jabatan menjadi Statistisi Pelaksana. 2. Persyaratan Pengusulan kenaikan jabatan Statistisi dapat dilakukan apabila yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan sebagai berikut ; a. Memperoleh angka kredit minimal yang telah ditetapkan oleh pejabat penetap angka kredit untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi. b. Sekurang-kurangnya telah satu tahun dalam jabatan terakhir. c. Setiap unsur dalam DP3 bernilai baik dalam satu tahun terakhir. 3. Tata cara pengusulan kenaikan jabatan a. Statistisi yang telah memenuhi syarat untuk kenaikan jabatan, menyiapkan berkas yang terdiri dari : 1) Fotocopi keputusan pangkat terakhir yang dilegalisir pejabat yang 2) Fotocopi keputusan jabatan terakhir yang dilegalisir pejabat yang 3) Penetapan Angka Kredit. 4) Fotocopi DP3 tahun terakhir yang dilegalisir pejabat yang 248

b. Usul kenaikan jabatan Statistisi disampaikan oleh pimpinan unit kerja yang bersangkutan kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. c. Berdasarkan usul tersebut, pejabat yang berwenang menerbitkan keputusan kenaikan jabatan. d. Keputusan kenaikan jabatan tersebut disampaikan oleh pejabat yang berwenang kepada Statistisi yang bersangkutan melalui pimpinan unit kerjanya dengan tembusan kepada unit kerja/instansi terkait. J. KENAIKAN PANGKAT 1. Pejabat yang berwenang menetapkan kenaikan pangkat a. Presiden untuk kenaikan pangkat menjadi Pembina Utama Muda, IV/c setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala BKN. b. Menteri Kelautan dan Perikanan untuk kenaikan pangkat menjadi Pembina Tk. I, IV/b setelah mendapat persetujuan teknis Kepala BKN. c. Sekretaris Jenderal a.n Menteri Kelautan dan Perikanan untuk kenaikan pangkat menjadi Pembina, IV/a setelah mendapat persetujuan teknis Kepala BKN. d. Kepala Biro Kepegawaian a.n Menteri Kelautan dan Perikanan untuk kenaikan pangkat menjadi Penata, III/c s/d Penata Tk. I, III/d setelah mendapat persetujuan teknis Kepala BKN. e. Kepala Bagian Mutasi a.n Menteri Kelautan dan Perikanan untuk kenaikan pangkat menjadi Pengatur Muda Tk. I, II/b s/d Penata Muda Tk. I, III/b setelah mendapat persetujuan teknis Kepala BKN. 2. Persyaratan Statistisi yang telah memenuhi syarat untuk kenaikan pangkat, menyiapkan berkas yang terdiri dari : a. Fotocopi keputusan pangkat terakhir yang dilegalisir pejabat yang b. Fotocopi keputusan jabatan terakhir yang dilegalisir pejabat yang c. Asli Penetapan Angka Kredit. d. Fotocopi DP3, 2 (dua) tahun terakhir yang dilegalisir pejabat yang 3. Tata cara pengusulan kenaikan pangkat a. Berkas usul kenaikan pangkat Statistisi secara hirarki disampaikan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan c.q Kepala Biro Kepegawaian. b. Kepala Biro Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk memproses dan menyampaikan usulan kepada : 1) Presiden dengan tembusan Kepala Badan Kepegawaian Negara untuk usul kenaikan pangkat menjadi Pembina Utama Muda, IV/c. 2) Kepala Badan Kepegawaian Negara untuk usul kenaikan pangkat menjadi Pengatur Muda Tk. I, II/b sampai dengan Pembina Tk. I, IV/b. c. Kenaikan pangkat hanya dapat dilakukan pada periode kenaikan pangkat sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu periode 1 April atau 1 Oktober. 249

4. Ketentuan kenaikan pangkat/jabatan a. Komposisi jumlah angka kredit kumulatif yang harus dipenuhi oleh Statistisi untuk kenaikan pangkat/jabatan, sekurang-kurangnya 80 % dari unsur utama dan sebanyak-banyaknya 20 % dari unsur penunjang; b. Statistis Terampil yang memperoleh ijazah serendah-rendahnya S1/D.IV dapat dipertimbangkan untuk diangkat dalam jabatan Statistisi Ahli apabila 1) Ijazah yang dimiliki sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan untuk jabatan Statistisi Ahli; 2) Lulus Diklat fungsional Statistisi Tingkat Keahlian; 3) Memehuni angka kredit untuk pangkat/jabatan yang akan diduduki. c. Kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi menjadi Statistisi Madya, pangkat Pembina Tk.I, IV/b sampai dengan pangkat Pembina Utama Muda, IV/c, wajib memperoleh sekurang-kurangnya 12 angka kredit dari kegiatan pengembangan profesi statistisi; d. Statistisi yang memiliki angka kredit melebihi angka kredit untuk kenaikan pangkat pada tahun pertama dalam masa pangkat/jabatan yang dimiliki, pada tahun berikutnya diwajibkan memperoleh angka kredit sekurangkurangnya 20 % dari jumlah angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi yang berasal dari kegiatan penyediaan data dan informasi statistik, analisis dan pengembangan statistik, analisis dan pengembangan statistik dan atau pengembangan profesi statistisi; e. Statistisi yang dibebaskan sementara karena tugas belajar, dapat dipertimbangkan kenaikan pangkatnya tanpa angka kredit dengan ketentuan : 1). Telah 4 (empat) tahun dalam pangkat terakhir; 2). Setiap unsur dalam DP3 bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. K. PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI, PEMBERHENTIAN 1. Pembebasan Sementara Statistisi dibebaskan sementara dari jabatannya apabila : a. Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diangkat dalam jabatan/pangkat terakhir tidak dapat memperoleh angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi; b. Dalam jangka waktu satu tahun sejak diangkat dalam jabatan/pangkat terakhir tidak dapat memperoleh angka kredit sekurang-kurangnya: 1). 10 (sepuluh) dari unsur utama bagi Statistisi Penyelia, pangkat III/d; 2). 20 (dua puluh) dari unsur utama bagi Statistisi Madya, pangkat IV/c. c. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat berupa penurunan pangkat sesuai PP Nomor 30 Tahun 1980; d. Diberhentikan sementara sebagai PNS berdasarkan PP Nomor 14 Tahun 1966; e. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan Statistisi, termasuk menduduki Jabatan Struktural; 250

f. Cuti di luar tanggungan Negara, kecuali cuti di luar tanggungan Negara untuk persalinan anak keempat dan seterusnya; g. Tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan. Statistisi yang dibebaskan sementara karena dijatuhi hukuman disiplin, maka selama yang bersangkutan menjalani masa hukuman tersebut tetap wajib melaksanakan tugas pokoknya sebagai Statistisi dan kegiatan tersebut dapat dinilaikan akan tetapi angka kreditnya tidak dapat ditetapkan selama menjalani hukuman disiplin. 2. Pengangkatan Kembali. a. Kriteria pengangkatan kembali 1) Statistisi yang telah selesai menjalani pembebasan sementara sebagaimana tersebut pada butir 1 di atas, dapat diangkat kembali dalam jabatan Statistisi, setelah memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku; 2) PNS yang diangkat kembali dalam jabatan Statistisi dapat menggunakan angka kredit terakhir yang dimiliki atau angka kredit terakhir ditambah angka kredit yang berasal dari prestasi di bidang statistik yang diperoleh selama pembebasan, setelah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit. b. Tata cara pengangkatan kembali 1) PNS yang telah selesai menjalani pembebasan sementara melaporkan secara tertulis kepada pimpinan unit kerjanya dengan melampirkan : a) Penetapan Angka Kredit terakhir yang telah dimiliki atau Penetapan Angka Kredit terakhir yang telah ditambah angka kredit yang berasal dari prestasi di bidang statistik yang diperoleh selama dibebaskan sementara; b) Fotocopi keputusan pangkat terakhir yang dilegalisir pejabat yang berwenang; c) Fotocopi keputusan pembebasan sementara sebagai Statistisi yang dilegalisir pejabat yang berwenang; d) Surat keterangan/keputusan/pernyataan telah selesai menjalani tugas diluar jabatan Statistisi; e) Fotocopi ijazah/sttpp yang diperoleh disertai pengangkatan/ penugasan kembali pada unit kerja semula bagi yang selesai belajar dan dilegalisir pejabat yang f) Surat keterangan telah selesai menjalani hukuman disiplin, bagi yang dibebaskan karena hukuman disiplin; g) Fotocopi keputusan pengangkatan kembali sebagai PNS bagi yang telah selesai menjalani cuti di luar tanggungan Negara yang dilegalisir pejabat yang 2) Berdasarkan laporan tersebut pimpinan unit kerja yang bersangkutan mengusulkan pengangkatan kembali sebagai Statistisi dengan melampirkan persyaratan sebagaimana butir 1). 3) Pejabat yang berwenang memproses penerbitan keputusan pengangkatan kembali sesuai usul dan ketentuan yang berlaku. 4) Keputusan pengangkatan kembali disampaikan kepada Statistisi yang bersangkutan melalui pimpinan unit kerjanya dengan tembusan kepada unit kerja/instansi terkait. 251

c. Ketentuan dalam pengangkatan kembali Prestasi kerja yang berkaitan dengan bidang statistik yang dikerjakan selama pembebasan sementara dihitung angka kreditnya, kecuali bagi yang dibebaskan karena dijatuhi hukuman disiplin. 3. Pemberhentian a. Alasan pemberhentian Statistisi diberhentikan dari jabatan fungsionalnya apabila : 1) Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat, kecuali jenis hukuman disiplin berat berupa penurunan pangkat. 2) Diberhentikan sebagai PNS berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979. 3) Dalam jangka waktu satu tahun sejak dibebaskan sementara dari jabatannya karena tidak dapat memperoleh angka kredit, yang bersangkutan tetap tidak dapat memperoleh angka kredit yang ditentukan. b. Tata cara pemberhentian 1) Pimpinan unit kerja mengusulkan pemberhentian sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, dengan melampirkan : a) Fotocopi keputusan pangkat terakhir yang dilegalisir pejabat yang berwenang; b) Fotocopi keputusan pengangkatan dan atau pembebasan sementara dari jabatan Statistisi; c) Surat keterangan dari Ketua Tim Penilai yang menerangkan bahwa yang bersangkutan tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang dipersyaratkan dalam jangka waktu yang ditentukan setelah pembebasan sementara; d) Fotocopi keputusan hukuman disiplin yang dilegalisir pejabat yang 2) Berdasarkan usulan tersebut pejabat yang berwenang memproses dan menetapkan keputusan pemberhentiannya dari jabatan Statistisi; 3) Keputusan pemberhentian disampaikan kepada Statistisi yang bersangkutan melalui pimpinan unit kerjanya dengan tembusan kepada unit kerja/instansi terkait. 252