BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

suplemen Informasi Jampersal

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PENGGUNAAN DANA JAMINAN PERSALINAN DI KABUPATEN KARANGASEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN PERSALINAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN

PANDANGAN PROFESI BIDAN SERTA REKOMENDASI PERBAIKAN KEBIJAKAN TERKAIT BELANJA STRATEGIS JKN

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 50 TAHUN 2014

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBAGIAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 42 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

TENTANG BUPATI SERANG,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26.A TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2017, No Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 200

BUPATIEMPAT LAWANG PROVINSI SUMATERA SELATAN. PERATURAN BUPATI EMPAT LAWANG NOMOR : 0i\ TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN TARIF KAPITASI

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.1 TAHUN 2015 TENTANG


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan meningkatkan

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan tempat bidan bekerja (Soepardan & Hadi, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB I PENDAHULUAN. dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan merupakan keadaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 19 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 24

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PANGANDARAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya baik pemerintah maupun swasta. Puskesmas merupakan upaya pelayanan

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

APOTEKER, FKTP DAN ERA JKN. Oleh Helen Widaya, S.Farm, Apt

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. penduduk Indonesia terlindungi dengan sistem asuransi. Negara Indonesia menuju

PERATURAN BUPATI BERAU

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PONDOK BERSALIN DESA DAN PONDOK KESEHATAN DESA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 29 TAHUN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

PERAN BIDAN DALAM PELAYANAN KIA - KB DI ERA JKN

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) mengacu pada jumlah wanita yang meninggal

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG HOME CARE SERVICES WALIKOTA YOGYAKARTA,

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT PERAN SERTA BIDAN PRAKTIK MANDIRI DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI KABUPATEN BANGLI TAHUN 2016

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dae

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 61 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Sistem pelayanan kesehatan yang semula berorientasi pada pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas.

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program pemerintah yang dilaksanakan pada awal tahun 2014 dengan harapan agar masyarakat dapat mengakses pelayanan kesehatan yang bermutu serta komprehensif yang terdiri dari pelayanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan kebidanan, pelayanan kesehatan darurat medis, dan pelayanan penunjang yang meliputi pemeriksaan laboratorium sederhana dan kefarmasian (Kementerian Sekretariat Negara RI, 2015). Berdasarkan peraturan badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan nomor 1 tahun 2014 tentang penyelenggaraan jaminan kesehatan menyebutkan bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan merupakan suatu badan hukum yang berperan sebagai penyelenggara jaminan sosial kesehatan yang selanjutnya disebut BPJS Kesehatan (BPJS Kesehatan, 2014). BPJS Kesehatan dalam penyelenggaraannya terdiri atas fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki perjanjian kerja sama dengan BPJS Kesehatan, baik dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) maupun Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan (FKTL). Salah satu FKTP adalah Bidan Praktik Mandiri atau yang selanjutnya disebut BPM (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). BPM merupakan praktik bidan secara mandiri yang memberikan pelayanan dalam lingkup kebidanan, dimana bidan praktik mandiri dengan kompetensi dan kewenangan yang dimiliki, dapat memberikan pelayanan kebidanan kepada pasien. xvii 1

2 Salah satu persyaratan untuk dapat menjalankan praktik secara mandiri, bidan harus memiliki Surat Ijin Praktek Bidan (SIPB) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu tolak ukur dalam menentukan kesehatan suatu bangsa. Dalam hal ini, diharapkan dengan bantuan bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan secara langsung kepada masyarakat khususnya dalam hal pelayanan kebidanan, dapat memberikan kontribusi terhadap penurunan AKI dan AKB (Helmizar, 2014). Dalam era JKN, sangat penting bagi bidan untuk bekerjasama dengan BPJS Kesehatan untuk memastikan bahwa seluruh masyarakat dapat mengakses pelayanan kesehatan terutama pelayanan kebidanan. Namun BPM tidak dapat bekerjasama secara langsung dengan BPJS Kesehatan. Berdasarkan pasal 8 ayat 3c dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan pada JKN menyebutkan bahwa praktik bidan dan atau perawat, harus memiliki perjanjian kerja sama dengan dokter atau puskesmas pembinanya. Jelas tercantum pada pasal 8 ayat 1 yang menyatakan bahwa BPJS Kesehatan dapat bekerjasama secara langsung dengan bidan dan atau perawat untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai dengan kewenangan yang ditentukan dalam undang-undang apabila di suatu kecamatan tidak terdapat praktik dokter sesuai dengan Ketetapan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Pelayanan kebidanan dan neonatal yang diberikan kepada pasien berdasarkan ketentuan BPJS Kesehatan terdiri dari pelayanan pemeriksaan

3 kehamilan atau Antenatal Care (ANC), Persalinan, Pemeriksaan bayi baru lahir, pemeriksaan pasca persalinan atau Postnatal Care (PNC), dan pelayanan KB (BPJS Kesehatan, 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Niko dan Chalidyanto (2014) masih terdapat beberapa bidan yang merasa tidak ada kejelasan informasi mengenai JKN. Hal ini disebabkan karena tidak diperolehnya sosialisasi langsung dan belum adanya edaran/petunjuk teknis. Hal ini menyebabkan sebagian bidan merasa kurang jelas terhadap prosedur pelaksanaan kerjasama, penyelesaian kendala seperti ketertundaan pembayaran jasa, pembayaran penggantian pelayanan seperti adanya pemotongan tarif dan besar kompensasi pelayanan non kapitasi, sistem dan fasilitas perujukan, pelaksanaan pemantauan, serta pelaporan khusus peserta Jaminan Kesehatan. Perubahan yang dirasakan oleh bidan diantaranya adalah perubahan persyaratan klaim, informasi biaya dan sistem rujukan yang kurang jelas. Ketentuan BPJS Kesehatan menyatakan bahwa prosedur klaim pelayanan kebidanan dan neonatal oleh bidan jejaring dokter keluarga yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, dilaksanakan melalui perantara dokter keluarga yang merupakan fasilitas pelayanan kesehatan induknya dimana, klaim akan masuk ke rekening dokter, setelah itu baru akan didistribusikan kepada BPM sesuai dengan pelayanan yang telah diberikan. Jasa klaim yang akan diterima oleh BPM akan dipotong maksimal 10% dari seluruh total pengklaiman oleh dokter keluarga sebagai jasa pembinaan dan pengurusan administrasi (BPJS Kesehatan, 2014). BPJS Kesehatan Cabang Klungkung membawahi empat Kabupaten di Bali yang terdiri dari Kabupaten Klungkung, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli. Berdasarkan data BPJS Kesehatan tahun 2015, jumlah tenaga

4 kesehatan khususnya BPM yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan di masingmasing wilayah kerja BPJS Kesehatan cabang Klungkung, berjumlah kurang lebih 22 orang untuk wilayah Klungkung, 41 orang untuk wilayah Karangasem, dan 44 orang untuk wilayah Gianyar. Sedangkan jumlah tenaga kesehatan khususnya bidan, berdasarkan data IBI Kabupaten Bangli, menyatakan bahwa total keseluruhan jumlah bidan di Kabupaten Bangli yaitu 293 orang. Jumlah bidan yang memiliki praktik mandiri atau BPM yaitu 64 orang. Berdasarkan keterangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli serta BPJS Kesehatan Cabang Klungkung, di Kabupaten Bangli belum terdapat bidan praktik mandiri yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa BPM di Kabupaten Bangli belum berpartisipasi dalam Jaminan Kesehatan Nasional. Berdasarkan hasil wawancara pendahuluan kepada beberapa BPM diperoleh informasi bahwa prosedur kerjasama merepotkan BPM sehingga mereka enggan untuk berpartisipasi dalam JKN. Dengan demikian, peneliti ingin meneliti tentang faktor-faktor yang menghambat peran serta bidan praktik mandiri dalam Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Bangli. 1.2 Rumusan Masalah Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan secara langsung kepada masyarakat khususnya dalam hal pelayanan kebidanan, dapat memberikan kontribusi terhadap penurunan AKI dan AKB. Berdasarkan pasal 8 ayat 3c dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan pada JKN menyebutkan bahwa praktik bidan dan atau perawat, harus memiliki perjanjian kerja sama dengan dokter atau puskesmas pembinanya. Kurangnya informasi terkait prosedur kerja sama dengan BPJS Kesehatan serta ketentuan terkait tarif pelayanan kebidanan dan neonatal menjadi

5 kendala bagi BPM untuk bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya partisipasi BPM dalam JKN khususnya di Kabupaten Bangli. Sehingga dengan memperoleh gambaran peran serta BPM dalam JKN di Kabupaten Bangli pada penelitian ini, diharapkan adanya masukan-masukan yang dapat dimanfaatkan sebagai pedoman bagi pemegang kebijakan agar kedepannya dapat menyempurnakan kebijakan terkait peran serta BPM dalan JKN. 1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana gambaran faktor-faktor yang menghambat peran serta bidan praktik mandiri dalam Jaminan Kesehatan Nasional? 1.4 Tujuan 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat peran serta bidan praktik mandiri dalam JKN. 1.4.2 Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang menghambat peran serta bidan praktik mandiri dalam JKN dari perspektif BPM. 2) Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang menghambat peran serta bidan praktik mandiri dalam JKN dari perspektif dokter keluarga. 3) Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang menghambat peran serta bidan praktik mandiri dalam JKN dari perspektif Dinas Kesehatan.

6 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi untuk memperkuat hasil studi yang berkaitan dengan faktor-faktor yang menghambat peran serta bidan praktik mandiri dalam JKN. 1.5.2 Manfaat Praktis 1) Bagi Bidan Dapat menjadi informasi tambahan dalam upaya mengoptimalkan pelayanan yang akan diberikan kepada pasien serta sebagai acuan peran serta bidan dalam JKN. 2) Bagi Masyarakat Dapat mengetahui lebih banyak mengenai peran serta bidan dalam era JKN sehingga kedepannya masyarakat dapat memberikan dukungan bagi program yang berlangsung terkait pelayanan kebidanan. 3) Bagi Pemerintah Dapat memberikan informasi kepada pemerintah terkait peran serta bidan pada era JKN sehingga nantinya dapat mempertimbangkan kesejahteraan bidan. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang keilmuan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan khususnya mengenai Faktor-Faktor yang Menghambat Peran Serta BPM dalam JKN.