BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari

dokumen-dokumen yang mirip
syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah yang baik agar masyarakat dapat merasa lebih aman dan terjamin dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Salah satu sumber bahan pangan berasal dari hewani, seperti

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan daging babi dan lemak babi yang dicampur dalam produk

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... ABSTRACT... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%

BAB I PENDAHULUAN. dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Ketatnya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Sebanyak 87,18 % dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. yang sekarang merupakan negara mayoritas muslim terbesar di dunia. Pada

I. PENDAHULUAN. mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut (Putra et. al., 2015). Usaha

BAB I PENDAHULUAN. - Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Daging ayam memiliki nilai gizi

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. permintaan atas penyedia makanan siap saji meningkat, disamping itu faktor

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

DAFTAR SIMBOL γ Besarnya pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen β Besarnya pengaruh variabel endogen terhadap variabel endogen...

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi makanan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketentraman. emosional, karena hal itu merupakan pengalaman subyektif.

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan, karena kepuasan pelanggan merupakan hal terpenting yang. satu faktor dalam memenangkan persaingan.

1. PENDAHULUAN Kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dari kegiatan pemenuhan

BAB IV ANALISIS STANDAR SERTIFIKASI PENYEMBELIHAN HALAL DAN URGENSINYA. A. Analisis Terhadap Standar dan Prosedur Sertifikasi Penyembelihan Halal

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I. PENDAHULUAN. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan

PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi Telur dan Daging Broiler pada Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Selain air, susu mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral dan enzim-enzim,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan semakin banyaknya produk pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi yang semakin cepat menimbulkan pesatnya

III. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang meliputi aspek

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan produk yang dihasilkan perusahaan. Suatu bisnis disebut sukses jika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Provinsi Jawa Barat Tahun (Ton) Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, 2010

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar dalam membantu perekonomian rakyat. UKM Menurut UU No. 20 tahun 2008 Usaha Kecil dan Menengah adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya

SERTIFIKASI HALAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DAERAH

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. pada adanya pertambahan penduduk (Smith Adam, 1776). Dengan penduduk

BAB I. PENDAHULUAN. gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengeni suatu produk tertentu yang ingin digunakannya. tentang produk yang tercetak pada kemasan. Dalam label, konsumen dapat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, dan pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka (Kotler dan Keller, 2009). Dari pengertian itulah dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan mereka. Bahan pangan merupakan barang yang sangat penting dan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Salah satu bahan pangan yang paling banyak dikonsumsi adalah produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari adalah jenis daging ayam yang berasal dari ayam pedaging (broiler). Daging merupakan salah satu sumber protein yang diperlukan oleh tubuh. Di Indonesia, berbagai macam daging telah dikonsumsi dan merupakan salah satu bahan pangan pokok untuk memenuhi kebutuhan gizi. Salah satu daging yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia adalah daging ayam. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah produksi daging secara nasional, daging ayam yang terbesar dibandingkan dengan jenis daging lainnya. Perbandingannya dapat dilihat dalam Gambar 1.1.

Produksi Daging Nasional Tahun 2012 Persentase Total Produksi 52,84 18,89 1,32 0,08 2,57 1,75 8,77 10,25 2,38 1,15 Sumber: Badan Pusat Statistik (2013). Gambar 1.1. Persentase Produksi Daging Nasional Tahun 2012 Selain sebagai sumber protein yang baik untuk tubuh, daging ayam sangat mudah diperoleh dan harganya yang lebih terjangkau dibandingkan dengan daging merah (sapi dan kambing). Tabel 1.1. Tabel Harga Daging Rata-rata Nasional Tahun 2012 Jenis Daging Harga Rata-rata Nasional Tahun 2012 (Rp/kg) Sapi 68.741 Kambing 58.215 Ayam Pedaging (Broiler) 35.333 Sumber: Badan Pusat Statistik (2012). Oleh karena alasan ekonomis itulah, dari waktu ke waktu jumlah konsumsi daging ayam di Indonesia terus meningkat. Permintaan pasar akan daging ayam terus bertambah seiring dengan waktu dan peningkatan

Rata-rata Pertumbuhan (%) taraf hidup masyarakat yang sadar akan kesehatan, khususnya untuk pemenuhan zat protein. Peningkatan konsumsi daging ayam akan dijelaskan dalam Gambar 1.2. 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Grafik Pertumbuhan Konsumsi Rata-rata 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber : Badan Pusat Statistik (2013). Daging Sapi Daging Ayam Ras / Broiler Meat Daging Ayam Kampung Gambar 1.2. Grafik Pertumbuhan Konsumsi Rata-rata Meningkatnya permintaan akan daging ayam ini membuat para produsen terus melakukan segala cara untuk dapat memenuhi permintaan pasar akan daging ayam. Hal ini selain berdampak positif juga menimbulkan dampak negatif yaitu munculnya daging ayam yang tidak sehat serta tidak memenuhi syarat keamanan dan kehalalan pangan. Munculnya daging ayam yang tidak sehat dan halal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kemampuan produsen dalam memroses produk daging ayam yang sehat, benar, dan aman. Banyak daging ayam yang beredar di pasar modern atau pasar swalayan tak bersertifikat halal. Menurut Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) persentasenya mencapai 90 persen. Menurut Himpuli, kondisi ayam tersebut tidak sesuai UU Nomor 18 Tahun 2009

tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dari temuan itu daging ayam dinyatakan tak halal dan sehat. Mestinya produk-produk ini sesuai standar agama dan undang-undang. Dari segi agama harus disembelih dengan cara halal dan bersertifikat halal. Dari sisi undang-undang, produk pun mesti mendapatkan sertifikat sehat. Tapi kenyataan di lapangan menunjukkan hal yang sangat berbeda. Karena sebagian besar daging ayam di pasar modern tidak bersertifikat halal dan sehat (Anonim, 2014). Salah satu produk olahan daging ayam yang sangat populer di tengah masyarakat adalah produk ayam goring tepung. Karena permintaan akan produk ini terus meningkat dan banyak peminatnya, memunculkan banyak produsen yang mengeluarkan produk sejenis sehingga produk ayam goreng tepung dapat ditemui dengan mudah di berbagai tempat. Selain praktis, produk ayam goreng tepung yang dijual oleh produsen lokal memiliki harga yang relatif terjangkau sehingga masyarakat banyak yang menggemari produk ini. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, seharusnya produsen makanan memperhatikan kehalalan dari produk yang mereka jual. Menurut sensus penduduk tahun 2010, sebesar 87,2% dari jumlah penduduk Indonesia yaitu 237.641.326 penduduk adalah pemeluk agama Islam (Badan Pusat Statistik, 2013). Oleh karena itulah, pengawasan terhadap makanan yang beredar di masyarakat menjadi hal yang sangat penting mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim. Pemerintah khususnya Departemen Agama dengan Majelis

Ulama Indonesia memiliki wewenang dan merupakan lembaga yang kompeten untuk melakukan penilaian kehalalan produk, baik produk makanan jadi, setengah jadi, atau bahan mentah mengikuti hukum syariah agama Islam. Produk yang telah lolos uji kehalalan akan diberikan Sertifikat Halal dan memiliki label halal di kemasan produknya. Dalam Kordnaeij et.al (2013), Lada et.al menyatakan bahwa sebagai agama terakhir dan paling lengkap dengan budayanya yang berkembang, Islam di kehidupan sosial juga dalam bidang politik dan ekonomi adalah penting untuk menghormati Halal di segala aspek. Halal adalah istilah Bahasa Arab dan berdasarkan Al-Qur an; mengacu pada sebuah produk yang dikonsumsi adalah sah dalam istilah untuk Muslim. Label halal pada suatu produk makanan merupakan sumber informasi yang paling mudah terlihat oleh konsumen sehingga konsumen tidak merasa kuatir dengan kehalalan produk yang akan dikonsumsi. Produsen harus memiliki sertifikat halal terlebih dahulu agar dapat mencantumkan label halal pada kemasan produknya, sehingga memudahkan konsumen untuk memilih produk halal. Meski antusiasme masyarakat terhadap produk halal meningkat, kesadaran masyarakat akan produk halal belum meluas. Penyebabnya, kurangnya kesiapan infrastruktur yang menunjang Indonesia dalam menggeliatkan produk halal. Meski mayoritas penduduk Indonesia Muslim, kita belum bisa mengalahkan Malaysia dalam soal produk halal. Di Malaysia, pemerintah Malaysia mewajibkan kepada setiap pemilik

usaha makanan dan minuman untuk memperlihatkan sertifikasi halal. Kalaupun ada yang tidak memiliki sertifikasi halal, pemilik usaha tersebut akan memberitahukan kepada konsumen bahwa produk yang dijual tidak terkategori halal. Di Indonesia, restoran yang bersertifikat halal dapat dihitung dengan jari. Melihat kondisi ini, dukungan berbagai pihak merupakan solusi efektif (Sasongko, 2014). Banyaknya Muslim di Indonesia, tidak kemudian otomatis memiliki kesadaran untuk mengonsumsi produk halal. Nilai dan pengamalan ajaran agama, sampai pada batas tertentu, dibangun melalui pembelajaran secara individu dan sosialisasinya dalam kehidupan, yaitu melalui pendidikan formal dan informal. Pengalaman pendidikan beragama juga mampu menentukan tingkat kesadaran konsumen untuk berpihak pada produk halal. Menganalisa perilaku konsumen terhadap produk halal dan merumuskan strategi pasar yang tepat bagi pengusahanya menjadi penting. Jika Indonesia ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan berinvestasi dalam mengembangkan produk halal, maka harus mengetahui perilaku Muslim sebagai konsumen produk halal. Sejauh mana Muslim Indonesia peduli dengan produk halal memang belum diketahui secara pasti. Namun, mendesak untuk dipelajari apa saja kriteria untuk menilai produk halal dari sisi persepsi konsumen. Bagi para pengusaha, upaya menyediakan produk halal, mendekatkannya kepada konsumen, pengetahuan tentang perilaku konsumen yang mendalam dan terpenting

Jumlah Penduduk menjaga kepercayaan atas kehalalan produknya, mendesak untuk diwujudkan. Faktor-faktor tersebutlah yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk mengkonsumsi produk halal, disamping daya beli juga menentukan. Singkatnya, pengusaha harus senantiasa mengetahui perkembangan informasi guna merebut peluang yang tengah meledak di sektor halal ini (Syahruddin, 2014). Untuk produk ayam goreng yang banyak beredar di masyarakat, tidak sedikit yang telah memiliki label halal pada produknya. Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian untuk melihat apakah label halal pada produk ayam goreng dapat mempengaruhi seseorang untuk berniat membeli atau mengkonsumsi produk tersebut. Kabupaten Sleman dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan jumlah penduduknya terbanyak dibandingkan dengan kabupaten lain yang berada di Provinsi D.I. Yogyakarta. 1.200.000 1.100.000 1.000.000 900.000 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0 Jumlah Penduduk menurut Kab/Kota di DIY 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (2013).

Gambar 1.3. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di DIY 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan menjadi fokus dalam penelitian, yaitu untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian produk ayam goreng tepung berlabel halal MUI, mengetahui faktor yang berpengaruh paling signifikan, selain itu untuk mengetahui apakah keputusan pembelian dapat mempengaruhi loyalitas konsumen. Dari analisis yang telah dilakukan dapat dijadikan sebagai strategi pemasaran untuk dapat meningkatkan penjualan serta menarik minat konsumen untuk membeli. 1.3. Tujuan a. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen serta mengetahui faktor yang paling berpengaruh dalam keputusan pembelian produk ayam goreng tepung berlabel halal. b. Mengetahui apakah keputusan pembelian produk ayam goreng tepung berlabel halal mempengaruhi loyalitas konsumen. 1.4. Batasan Masalah 1. Sertifikat dan label halal outlet ayam goreng tepung dikeluarkan oleh MUI Yogyakarta.

2. Bahan baku ayam goreng tepung adalah ayam pedaging (broiler). 3. Outlet ayam goreng tepung yang ditetapkan sebagai objek penelitian merupakan chain lokal. Chain lokal merupakan produk berasal dari produsen lokal (Kabupaten Sleman). 4. Responden penelitian beragama Islam. 5. Hubungan korelasi dan resiprokal antar variabel laten tidak diukur. 6. Periode pengambilan data dilaksanakan pada Bulan September Oktober 2014. 1.5. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Manfaat penelitian bagi penulis adalah sebagai salah satu syarat untuk menempuh gelar sarjana di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada. Selain itu juga untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya di bidang pemasaran dalam hal yang berkaitan dengan sikap konsumen terhadap produk berlabel halal. 2. Bagi Pihak Produsen Bagi pihak produsen, penelitian ini bermanfaat sebagai informasi dalam upaya peningkatan mutu dan untuk mengetahui pentingnya mendapatkan sertifikasi halal untuk produknya. Serta dapat merumuskan strategi pemasaran sehingga dapat meningkatkan profit penjualan.

3. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti lain untuk memberikan pengetahuan dan sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya, khususnya mengenai sikap konsumen terhadap produk makanan berlabel halal.