BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 2001) dan menurut infomasi tahun 2007 laju pertumbuhan penduduk sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah ,68 KM 2. menekan tingkat laju pertumbuhan penduduk adalah dengan menekan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Population Data Sheet (2014), Indonesia merupakan

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riki Ahmad Taufik, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi (Sugiri, 2009), yakni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Henny Natalya Sari, 2014

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. tingginya dapat mencapai 30 meter sesuai dengan kondisi lingkungan. Batang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Tanaman sambiloto telah lama terkenal digunakan sebagai obat, menurut Widyawati (2007) sambil oto dapat memberikan efek hepatoprotektif, efek

BAB 1 PEBDAHULUAN. kalangan usia <18 tahun dan persentasenya sebesar 51,4%. Sementara itu, insiden

I. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon

BAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007)

POTENSI EKSTRAK DAUN DAN TANGKAI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) PADA PENURUNAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus muscullus)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

kontrasepsi untuk kaum pria supaya kaum pria memiliki alternatif penggunaan alat kontrasepsi sesuai dengan pilihannya. Berdasarkan fakta di atas,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

LAMA PEMULIHAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

I. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan industri menghasilkan banyak manfaat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi alkohol telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama

BAB I PENDAHULUAN. Pinang (Areca catechu L.) atau jambe dalam Bahasa Sunda merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia. Menurut WHO, lebih dari 4,2 juta orang di seluruh

ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN. makanan tersebut menghasilkan rasa yang lezat dan membuat orang yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari pengamatan kualitas sperma mencit (konsentrasi sperma,

KONTRASEPSI HORMONAL PADA PRIA

I. PENDAHULUAN. disfungsi ereksi, dan ejakulasi dini. Pada tahun 2025, diduga terdapat 322 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al.

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005).

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan

I. PENDAHULUAN. Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia

Infertilitas pada pria di Indonesia merupakan masalah yang perlu perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan zat psikotropika dengan penggunaan yang paling luas.

BAB V PEMBAHASAN. untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Etanol Pegagan terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Jumlah Sel-sel Spermatogenik. Hasil penelitian pemberian ekstrak buah pare (Momordica charantia)

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk dewasa ini merupakan masalah yang. cukup pelik bagi suatu negara, terutama pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia saat ini, banyak sekali pasangan suami istri yang kehidupan

Tanaman Obat Alami Indonesia Sebagai Alternatif Antifertilitas Laki-Laki

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam komponen yang diantaranya merupakan zat-zat kimia yang

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamat (MSG) yang lebih dikenal dengan merk dagang. Ajinomoto telah lama digunakan sebagai tambahan penyedap masakan.

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk,

PENGARUH PEMBERIAN SARI TOMAT

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan peningkatan produksi dan pemakaian pestisida telah

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius Linn.) TERHADAP FERTILITAS MENCIT (Mus musculus L. Swiss Webster) JANTAN ARTIKEL ILMIAH

HORMONAL PRIA. dr. Yandri Naldi


BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah salah satu masalah kesehatan utama dalam hidup, dan

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

FISIOLOGI FUNGSI ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI. Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes., AIFO

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP KEMAMPUAN KAWIN MENCIT JANTAN (Mus musculus L.

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

... karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (al-insyirah : 5) dengan penuh rasa kasih. kupersembahkan kepada ibu, bapak

ABSTRAK. Antonius Budi Santoso, Pembimbing I: Sylvia Soeng, dr. M.Kes. Pembimbing II: Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes.

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai Endocrine Disrupts Chemical (EDC) atau dalam bahasa awamnya disebut

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik

BAB I PENDAHULUAN. keganasan yang umum dijumpai laki-laki usia muda di banyak negara. Keganasan

HORMON REPRODUKSI JANTAN

PENGARUH PENYUNTIKAN KOMBINASI TESTOSTERON UNDEKANOAT DAN DEPOT MEDROKSI PROGESTERON ASETAT TERHADAP KONSENTRASI SPERMATOZOA TESTIS TIKUS (Rattus sp.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Blustru/Mentimun Aceh (Luffa aegyptica Roxb.)

OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan bahkan menyebabkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Natalia, 2011; Pembimbing I : Teresa Liliana W., S. Si., M. Kes Pembimbing II : Djaja Rusmana, dr., M. Si

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh umat manusia, meliputi lahir, masa kanak-kanak, remaja, dewasa

EFEK ANTIFERTILITAS FRAKSI N-HEKSANA, FRAKSI KLOROFORM DAN FRAKSI METANOL BIJI SAGA

Jumlah Sel Spermiogenesis Tikus Putih yang Diberi Tanin Daun Beluntas (Pluchea indica) sebagai Sumber Belajar

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) TERHADAP SPERMATOGENESIS MENCIT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L) DAN KUALITAS SPERMATOZOA PADA MENCIT (Mus musculus)

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Keterbatasan sumber daya alam dan pertambahan penduduk yang pesat merupakan masalah negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Pertambahan penduduk yang cepat tidak saja mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat di bidang pangan, lapangan, kerja, pendidikan, kesehatan, dan perumahan, tetapi juga pembangunan menjadi kurang berarti (Susetyarini, 2003). Untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk sejak tahun 1970 pemerintah telah melakukan program Keluarga Berencana. Makin melembaga dan berakarnya Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera membawa serta tuntutan baru tentang metode dan media KB yang terjangkau oleh masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan aspirasi setiap warga masyarakat. Pergeseran pola pikir masyarakat juga terlihat dalam penggunaan metode KB. Dahulu lebih ditekankan pada wanita, sedang kini masyarakat telah dapat menerima penggunaan metode untuk pria (Lastari, 1987). Metode kontrasepsi hormonal pada pria belum banyak dikenal dan belum memasyarakat sebagai salah satu metode kontrasepsi, dibandingkan metode kontrasepsi pada wanita yang sudah dikenal dan diterima secara luas. Walaupun penelitian-penelitian sudah banyak dilakukan tentang kontrasepsi

2 hormonal pada pria, di samping kontrasepsi dengan memakai kondom atau dengan melakukan vasektomi (Baziad, 2002). Pria merupakan fokus baru untuk program KB yang selama ini belum banyak diperhatikan. Kontrasepsi pria mempunyai harapan perkembangan yang cukup luas di masa datang, dengan ditemukannya hasil penelitian baru. WHO sebagai badan kesehatan dunia telah membentuk suatu Task Force untuk mencari atau mengembangkan metode pengaturan kesuburan pria yang aman, efektif, reversibel dan dapat diterima, serta memonitor keamanan dan efektifitas metode yang ada (Baziad, 2002). Dalam upaya meningkatkan keikutsertaan kaum pria dalam keluarga berencana perlu dilakukan penelitian obat anti fertilitas yang dapat digunakan oleh kaum pria. Menurut Kretser (1979), obat-obatan anti fertilitas pria dapat dikelompokan menjadi 3 berdasarkan aktivitasnya, yaitu (Susetyarini, 2003): 1. Mempengaruhi sistem hormonal yang mempengaruhi fungsi testis 2. Menghambat spermatogenesis dengan cara mempengaruhi secara langsung fungsi testis. 3. Mempengaruhi daya fertilisasi spermatozoa. Secara garis besar cara kontrasepsi pria dapat dibagi menjadi cara mekanis dan cara medikamentosa. Secara mekanis dengan pemakaian kondom dan secara operatif dengan vasektomi. Salah satu cara pengaturan kesuburan pria dengan cara medikamentosa adalah dengan hormon. Sampai saat ini telah diketahui beberapa hormon yang dapat menekan produksi spermatozoa, antara

3 lain analog gonadotropin releasing hormon (GnRH), hormon steroid seperti androgen, progestin dan estrogen (Baziad, 2002). Kadar testosteron yang normal dalam darah berfungsi memelihara dan mempertahankan spermatogenesis. Sebaliknya kadar testosteron yang tinggi di atas kadar fisiologis akan menghambat spermatogenesis. Akibatnya terjadi oligozoospermia atau azoospermia. Hal ini menjadi dasar pemikiran perkembangan kontrasepsi pada pria (Partodihardjo & Soebandi, 1992). Testis memproduksi sejumlah hormon jantan yang kesemuanya disebut androgen. Hormon yang paling penting adalah hormon androgen dan testosteron. Fungsi testosteron adalah merangsang pendewasaan spermatozoa yang terbentuk dalam tubuli seminiferi, merangsang pertumbuhan kelenjarkelenjar asesori (prostata, vesikularis dan bulbouthrealis) dan merangsang pertumbuhan sifat jantan. LH merangsang sel Leydig untuk memproduksi androgen. Suatu reaksi yang menyebabkan meningkatnya kadar testosteron dalam tubuh. Proses pendewasaan spermatozoa dalam tubuli seminiferi dan kegiatan metabolism dalam kelenjar-kelenjar kelamin (Partodihardjo & Soebandi, 1992). Sel-sel leydig atau sel-sel interstisial yang terletak antara tubulus semineferus adalah tempat utama sintesis steroid dalam testis yang dipercepat dengan LH. Testosteron dan dehidrotestosteron adalah hormon androgen yang paling penting memicu pertumbuhan penis, vas deferen, vesikula seminalis, kelenjar prostat epidedimis dan sifat kelamin sekunder pada jantan (Soewolo,2000).

4 Penggunaan jamu atau tumbuhan obat sebagai kontrasepsi telah lama dikenal masyarakat terutama di berbagai daerah di Indonesia. Kontrasepsi tradisional banyak ditemukan di daerah pedesaan, yang tradisi masyarakatnya masih memegang teguh kebiasaan nenek moyangnya(purwaningsih, 2003). Penggunaan kontrasepsi asal tanaman perlu diperhatikan sifat merusak atau pengaruhnya terhadap sistem reproduksi baik pada pria atau wanita, sebaiknya digunakan tanaman-tanaman yang pengaruhnya terhadap system reproduksi yang sifatnya sementara (reversible) yaitu bila obat tidak digunakan lagi sistem reproduksinya normal kembali (Agusta, 2008). Metode KB untuk pria yang efektif haruslah aman, reversible, bereaksi cepat, diterima oleh pemakai, dan tidak mempengaruhi kemampuan seksual atau libido. Bentuk pengaturannya harus mudah dan harganya terjangkau (Lastari, 1987). Salah satu bahan alam yang berkhasiat sebagai kandidat antifertilitas pria adalah buah pinang (Areca catechu). Bukti menunjukkan bahwa buah pinang telah lama digunakan secara luas sebagai obat tradisional. Diperkirakan sekitar 500 juta orang di dunia saat ini menggunakan buah pinang secara berkala dalam bentuk berbagai sediaan. Selain itu, diketahui bahwa sekitar 200-600 juta orang di dunia mengkonsumsi pinang selama hidup mereka (Giri et al., 2006). Di Taiwan terdapat sekitar 2 juta orang mengkonsumsi pinang secara aktif (Ko et al., 1992). Ada kekhawatiran dengan kebiasaan mengkonsumsi pinang berdampak terhadap fertilitas pria. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Kiong Er et al., (2006) yang menunjukkan bahwa terjadinya

5 penurunan motilitas spermatozoa manusia akibat paparan arecoline secara in vitro. Hasil penelitian Akmal et al., (2008) menunjukkan terjadinya penurunan motilitas spermatozoa tikus putih akibat paparan fraksi air dan crude alkaloid buah pinang. Paparan crude alkaloid buah pinang menyebabkan pula terjadinya penurunan konsentrasi spermatozoa tikus putih (Akmal et al., 2008). buah pinang mengandung arecoline, yaitu senyawa alkaloid aktif. Arecoline merupakan komponen utama yang terdapat di dalam buah pinang (Shyi-Wu et al., 2008). Menurut Wang et al., (1997), terdapat empat alkaloid utama di dalam buah pinang, yaitu arecoline (7,5 mg/g), arecaidine (1,5 mg/g), guvacoline (2,0 mg/g), dan guvacine (2,9 mg/g). Menurut Yang et al., (2001), penelitian tentang efek pemberian arecoline terhadap reproduksi manusia masih sangat jarang dilakukan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian arecoline dapat menyebabkan terjadinya sitotoksisitas pada berbagai sel mamalia (Jeng et al., 2001). Hasil penelitian (Susila, 2003) menunjukkan terjadinya nekrosis sel spermatogonia, spermatosit, spermatid, sel Sertoli, dan sel Leydig ayam jantan akibat paparan serbuk biji pinang. Selain itu, hasil penelitian Aulanni am et al., (2007) menunjukkan bahwa terjadinya apoptosis sejumlah besar sel spermatogenik dan sel Sertoli tikus putih akibat paparan ekstrak buah pinang.

6 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak buah pinang (Areca catechu) terhadap histologi testis mencit (Mus musculus)? C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, di jabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian dibawah ini. 1. Bagaimana bentuk histologi testis mencit (Mus musculus) antara kontrol dengan perlakuan setelah pemberian ekstrak pinang? 2. Berapakah diameter tubulus seminiferus antara kontrol dengan perlakuan setelah pemberian ekstrak pinang? D. Tujuan penelitian Tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah: Mengetahui pengaruh ekstrak buah pinang (Areca catechu) terhadap histologi testis mencit (Mus musculus). E. Batasan Masalah Dalam penelitian ini ada beberapa batasan masalah, yaitu: 1. Menggunakan jantan usia 4 bulan sebagai sampel penelitian.

7 2. Dosis jus biji pinang (Areca catechu) yang digunakan pada bahan adalah 0µg/ml, 0,1 µg/ml, 0,3 µg/ml, 0,5 µg/ml, 0,7 µg/ml, 1,0 µg/ml (Er et al, 2005) 3. Parameter yang diteliti adalah histologi Testis mencit (Mus musculus) dan mengukur Diameter tubulus seminiferus testis.. F. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat dan peneliti mengenai penggunaan ekstrak biji pinang (Areca catechu) terhadap bentuk histologi testis mencit (Mus musculus) 2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dan kalangan akademisi atau instansi yang berhubungan dengan histopatologi. 3. Memberikan bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan ekstrak buah Pinang (Areca catechu) terhadap histologi Testis G. Asumsi Penelitian 1. Ekstrak buah pinang memiliki aktifitas anti fertilitas (Winarno & Sundari, 1997) 2. Ektrak buah pinang dapat menurunkan Sperma (Akmal et al, 2010) 3. Biji buah pinang mengandung 15% tannin, As.Galic, Arecoline 0,87% dan arecanin 1% yang merupakan senyawa aktif yang menghambat Spermatozoa (Akmal et al, 2010).

8 H. Hipotesiss Konsentrasi ekstrak biji pinang (Areca catechu) berpengaruh terhadap Diameters testis.