BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2013

RUMAH SUSUN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 26 TAHUN 2009 DISUSUN OLEH

RUMAH SUSUN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 26 TAHUN 2009 DISUSUN OLEH

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2005 T E N T A N G RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 14 Tahun : 2002 Seri : D Nomor : 13

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 07 TAHUN 2002 TENTANG RUMAH SUSUN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR : 1 TAHUN 1991 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPAEN BANDUNG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 110 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 30 TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 35 TAHUN2015

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN AKTA PEMISAHAN RUMAH SUSUN

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR : 942 TAHUN 1991 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN RIIL TAPAK

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 50 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PURWAKARTA PROPINSI JAWA BARAT

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH TENTANG RUMAH SUSUN MENTERI DALAM NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SUSUN (RUSUN)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 Tahun 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN BUPATI KARAWANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI KARAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 23 TAHUN 2013

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 72 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 7 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang

WALIKOTA BANJARMASIN

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011.

POKOK-POKOK PENGETAHUAN TENTANG RUMAH SUSUN. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR... TAHUN... TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 47

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN PERTIMBANGAN BUPATI DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TANAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 17 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 05 TAHUN 2008 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 52 Tahun : 2014

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

2 Bagian Hukum Setda Kab. Banjar

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

MEMUTUSKAN: 1. Ketentuan pasal 5 ayat (1) huruf f dan huruf i diubah, sehingga pasal 5 berbunyi sebagai berikut: Pasal 5

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 7 TAHUN 2012 T E N T A N G

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 40 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

Transkripsi:

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO: 15 2010 SERI: E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN PENGESAHAN AKTA PEMISAHAN DAN PERTELAAN ATAS SATUAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (7) Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Izin Mendirikan Bangunan, perlu menetapkan Peraturan Bupati Karawang tentang Tata Cara Permohonan Pengesahan Akta Pemisahan dan Pertelaan Atas Satuan Rumah Susun. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950, tentang pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang- Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat ; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria; 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun; 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman; 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan; 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang 1

Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung ; 11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan; 12. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi. 13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung; 14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan; 15. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun; 16. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1989 tentang Bentuk dan Tata Cara Pengisian serta Pendaftaran Akta Pemisahan Rumah Susun; 17. Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karawang; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Karawang; 19. Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 8 Tahun 2008 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah; 20. Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan; 21. Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor.9 Tahun 2009 tentang Penyerahan Prasarana, Sarana dan utilitas Perumahan dan Permukiman; 22. Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Izin Mendirikan Bangunan. MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PERMOHONAN PENGESAHAN AKTA PEMISAHAN DAN PERTELAAN ATAS SATUAN RUMAH SUSUN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Karawang. 2

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Bupati adalah Bupati Karawang. 4. Unit Kerja adalah unit kerja di lingkungan pemerintah daerah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang penyelenggaraan bangunan gedung. 5. Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada diatas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan budaya maupun kegiatan khusus. 6. Bangunan gedung bertingkat adalah bangunan yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang di strukturkan secara fungsional dalam arah harizonal maupun vertikal. 7. Izin Mendirikan Bangunan Gedung, yang selanjutnya disebut IMB, adalah izin yang diberikan oleh pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan untuk membangun dalam rangka pemanfaatan ruang dan sesuai sesuai dengan peruntukannya. 8. Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama; 9. Satuan Rumah Susun adalah rumah susun yang tujuan peruntukan utamanya digunakan secara terpisah sebagai tempat hunian yang mempunyai sarana penghubung ke jalan umum; 10. Lingkungan adalah sebidang tanah dengan batas-batas yang jelas yang diatasnya dibangun rumah susun termasuk prasarana dan fasilitasnya, yang secara keseluruhan merupakan kesatuan tempat pemukiman; 11. Pemilik adalah perseorangan atau badan yang memiliki satuan rumah susun yang memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 12. Bagian Bersama adalah bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan satuansatuan rumah susun. 13. Benda Bersama adalah benda yang bukan merupakan bagian rumah susun tetapi yang dimiliki bersama secara tidak terpisah serta digunakan untuk pemakaian bersama. 14. Tanah Bersama adalah sebidang tanah yang digunakan atas dasar hak bersama secara tidak terpisah yang diatasnya berdiri rumah susun dan ditetapkan batasnya dalam persyaratan Izin Mendirikan Bangunan. 15. Laik Fungsi,atau layak huni, adalah suatu kondisi bangunan gedung yang memenihi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung yang ditetapkan. 3

16. Nilai perbandingan proporsional adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara satuan rumah susun terhadap hak atas tanah bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama, dihitung berdarkan luas atau nilai satuan rumah susun yang bersangkutan terhadap jumlah luas bangunan atau nilai rumah susun secara keseluruhan pada waktu penyelenggara pembangunan untuk pertamakali memperhitungkan biaya pembangunannya secara keseluruhan untuk menentukan harga jual. 17. Pertelaan adalah rincian batas yang jelas dari masing-masing satuan rumah susun, bagian bersama dan tanah bersama yang diwujudkan dalam bentuk gambar dan uraian. 18. Pengesahan Pertelaan adalah pengesahan oleh Pemerintah Daerah atas pertelaan yang telah jelas dan benar menerangkan tentang pemisahan rumah susun atas satuan-satuan rumah susun yang meliputi bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama dalam bentuk gambar, uraian dan batas-batas dalam arah vertikal; 19. Izin Layak Huni adalah izin yang diberikan Pemerintah daerah setelah diadakan pemeriksaan terhadap rumah susun yang telah selesai dibangun berdasarkan persyaratan dan ketentuan perizinan yang telah diterbitkan, dan Izin Layak Huni tersebut dapat diberikan secara bertahap; 20. Akta pemisahan Satuan Rumah Susun adalah akta pemisahan satuan rumah susun yang harus di daftar oleh penyelenggara pembangunan pada kantor Pertanahan setempat dengan melampirkan sertifikat Hak Atas Tanah, Izin Layak Huni beserta warkah-warkah lainnya; 21. Akta Pemisahan adalah tanda bukti pemisahan rumah susun atas satuansatuan rumah susun, bagian bersama, benda bersama, atau tanah bersama dengan pertelaan yang jelas dalam bentuk gambar, uraian dan batas-batasnya dalam arah vertikal dan horizontal yang mengandung nilai perbandingan yang proporsional. 22. Penghuni Rumah Susun adalah perseorangan yang bertempat tinggal dalam satuan rumah susun, dan selanjutnya disebut penghuni; 23. Perhimpunan Penghuni Rumah Susun yaitu perhimpunan yang anggotanya adalah kepala keluarga penghuni satuan rumah susun yang bersangkutan dan selanjutnya disebut Perhimpunan. BAB II PEMILIKAN BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT Pasal 2 (1) Pemilikan bangunan gedung bertingkat dibuktikan dengan bukti hak pemilikan. (2) Pemilikan bangunan gedung bertingkat dapat berupa pemilikan tunggal atau pemilikan yang terpisah dalam satu kesatuan. (3) Tanda bukti hak pemilikan bangunan gedung bertingkat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Bangunan gedung bertingkat dengan pemilikan terpisah dalam satuan-satuan sebagaimana dimaksud ayat (2) adalah rumah susun sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun. 4

Pasal 3 Hak pemilikan bangunan gedung bertingkat dapat dipindahtangankan baik seluruhnya atau pertelaan atas namanya, sepanjang tidak berubah fungsi. Pasal 4 Pengaturan pemilikan atas bangunan gedung bertingkat dan satuan bangunan gedung bertingkat meliputi : a. batas pemilikan; b. peralihan, pembebanan, dan pendaftaran hak milik; c. perpanjangan, perubahan, dan penghapusan hak pemilikan. BAB III PERTELAAN DAN PEMINDAHTANGANAN HAK PEMILIKAN BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT Bagian Kesatu Pertelaan Pasal 5 (1) Untuk memindahtangankan hak pemilikan bangunan gedung bertingkat menjadi satuan bangunan gedung bertingkat, penyelenggara pembangunan wajib membuat pertelaan atas satuan-satuan bangunan gedung bertingkat meliputi bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama, dalam bentuk gambar, uraian, dan batas-batasnya dalam arah vertikal dan horizontal, dengan penyesuaian seperlunya sesuai kenyataan yang dilakukan dengan membuat akta pemisahan. (2) Pertelaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berkaitan dengan satuansatuan yang terjadi karena pemisahan menjadi hak milik atas satuan-satuan bangunan gedung bertingkat, mempunyai nilai perbandingan proposional yang sama, kecuali ditentukan lain sejak semula hingga mempunyai nilai perbandingan proposional yang lain, yang dipakai sebagai dasar untuk pemisahan dan penerbitan sertifikat hak milik atas satuan-satuan. (3) Permohonan Pertelaan dilampiri dengan : a. proposal pembangunan dan atau gambar rencana yang menunjukan dengan jelas bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. b. sertifikat hak atas tanah. c. izin lokasi. d. izin mendirikan bangunan. (4) Pengesahaan pertelaan sebagaimana dimaksud ayat (1), dilaksanakan oleh Bupati setelah mendapat pertimbangan dari dinas teknis dan Kepala Kantor Pertanahan yang memuat gambar, uraian dan batas-batas yang jelas. Pasal 6 5

Perubahan Nilai Perbandingan Proporsional (PNPP) satuan gedung bertingkat atau satuan bangunan gedung bertingkat dimintakan pengesahannya melalui permohonan pengesahaan perubahan pertelaan. Bagian Kedua Akta Pemisahan Pasal 7 (1) Untuk memisahkan gedung bertingkat menjadi satuan-satuan, penyelenggara pembangunan bangunan gedung bertingkat wajib menuangkannya dalam bentuk Akta Pemisahan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1989 tentang Bentuk dan Tata Cara Pengisian Serta Pendaftaran Akta Pemisahan Rumah Susun. (2) Untuk pengesahan Akta Pemisahan penyelenggara pembangunan wajib mengajukan permohonan kepada Bupati dengan melampirkan : a. Sertifikat Hak Atas Tanah; b. Rekomendasi Laik Fungsi; c. Izin lokasi; d. Izin mendirikan bangunan; e. Gambar, Uraian dan batas-batas yang jelas; f. Asli konsep Akta Pemisahan bangunan gedung bertingkat yang bersangkutan; g. Asli Pertelaan bangunan gedung bertingkat yang telah disahkan. Pasal 8 Akta Pemisahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 harus didaftar pada Kantor Pertanahan dengan melampirkan sertifikat hak atas tanah, rekomendasi laik fungsi, serta warkah-warkah lainnya. Bagian Ketiga Perubahan Bangunan Gedung Bertingkat Pemilikan Tunggal Menjadi Bangunan Gedung Bertingkat Pemilikan Terpisah Pasal 9 (1) Perubahan bangunan gedung bertingkat pemilik tunggal menjadi bangunan gedung bertingkat pemilikan terpisah diselenggarakan sesuai dengan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8. (2) Sepanjang fisik bangunan gedung bertingkat dibangun dan pemanfaatan bangunan gedung bertingkat sesuai Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang telah dikeluarkan, maka penyesuaian persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya mengenai pertelaan dan akta pemisahan satuan bangunan gedung bertingkat. 6

BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 11 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini, dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Karawang. Ditetapkan di K a r a w a n g pada tanggal BUPATI KARAWANG, ttd Diundangkan di K a r a w a n g pada tanggal Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN K A R A W A N G, DADANG S. MUCHTAR ttd I M A N S U M A N T R I BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2010 NOMOR : 14 SERI :E. 7