BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan pada Provinsi Jawa Barat 2007 dijumpai dari balita yang. terancam bergizi buruk sebanyak bayi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita

BAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Dinkes Sumut,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang. perkembangan seorang individu, pada masa ini anak mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dijelaskan dan diuraikan tentang latar belakang,

KERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Dinkes Propsu, 2006).

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun

PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dengan segala hasil yang ingin dicapai, di setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. (Departemen Kesehatan, 2009). Di Indonesia tahun 2012 tercatat jumlah bayi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya paling besar mengalami masalah gizi. Secara umum di Indonesia

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anak usia bawah lima tahun (balita) adalah anak yang berusia 0 59 bulan.

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di bidang kesehatan (Temu Karya Kader Posyandu dan Kader PKK se

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak masih dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan ke 8 tahap mulai bayi (0-18 bulan), toddler (1,5 3 tahun), anakanak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat, cerdas, berpenampilan menarik, dan berakhlak mulia

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena konsumsi makanan yang tidak seimbang, mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini banyak terjadi pada balita terutama di negara-negara. makanan yang tidak cukup (Nelson, 1996). Rata-rata berat badannya

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan pertumbuhan dasar anak, selain itu juga terjadi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dari dalam kandungan hingga lanjut usia. Dalam siklus hidup manusia,

BAB I PENDAHULUAN. kecacingan dan telur dapat menyebabkan bisul bagi anak-anak, anggapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal sesuai usianya, baik sehat secara fisik, mental,

GAMBARAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DI DESA GASOL KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan anak dan menyebabkan rendahnya perkembangan kognitif. Jika

BAB IPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balita menjadi istilah umum bagi anak dengan usia dibawah 5 tahun (Sutomo

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya

Oleh : Suyanti ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris

BAB I PENDAHULUAN. rangka mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, terlebih pada

Lilis Suryani 1), Carudin 2) Program Studi D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Singaperbangsa Karawang emal:

BAB 1 PENDAHULUAN. makan dengan ciri makanannya. Pola makan ini dipengaruhi oleh beberapa hal,

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam Oktaviani,

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM UNTUK PEJABAT DINAS KESEHATAN DAN TPG PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode penting dalam masa tumbuh kembang seorang anak adalah masa

Repository.Unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan gizi terutama pada anak-anak akan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dipelajari serta dipahami. Hal tersebut berkaitan dengan adanya perubahan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Dikatakan masa kritis karena pada masa bayi sangat peka terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. rawat jalan klinik Tumbuh Kembang Rumah Sakit Dr.Soetomo Surabaya tahun

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masa bayi, lalu berkembang menjadi mandiri di akhir masa kanak-kanak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

BAB I PENDAHULUAN. kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perancangan sistem..., Septiawati, FKM UI, Univerasitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia masih belum terlepas dari masalah kurang gizi pada balita. Sebagaimana disampaikan oleh Antonius (2008), dari 4.100.000 balita yang mengalami malnutrisi terdapat 3.380.000 mengalami gizi kurang dan 755.000 balita mengalami risiko gizi buruk di Indonesia khususnya pada tahun 2007. Sedangkan pada Provinsi Jawa Barat 2007 dijumpai dari 3.536.981 balita yang ditimbang melalui kegiatan posyandu terdapat 380.673 termasuk dalam kategori gizi kurang, dan 38.760 divonis menderita gizi buruk. Sampai saat ini kasusnya mencapai 31 ribu anak dari lima juta lebih balita di Jawa Barat (Siswandi, 2010). Menurut Reniati (2010), Dinas Kesehatan kabupaten Tangerang mencatat sebanyak 2.274 dari 2.308.552 balita berstatus gizi buruk dengan berat badan di bawah garis merah, standar berat badan ideal yang diukur berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Sementara balita yang berada pada garis merah atau yang terancam bergizi buruk sebanyak 16.044 bayi. Menurut laporan Pemantauan Status Gizi balita (PSG) pada bulan Agustus 2010 di puskesmas Kelapa Dua kecamatan Kelapa Dua kabupaten Tangerang dijumpai fenomena bahwa dari 5742 balita yang ditimbang serentak dalam satu bulan dari posyandu-posyandu daerah Kelapa Dua dan Pakulonan Barat 1

khususnya pada bulan Agustus terdapat 18 anak bergizi buruk dan terdapat 149 balita bergizi kurang. Menurut laporan Pemantauan Status Gizi Balita bulan Februari 2011, puskesmas Kelapa Dua kecamatan Kelapa Dua kabupaten Tangerang dari 15 posyandu yang ada di puskesmas Kelapa Dua terdapat dua posyandu yang memiliki jumlah balita berstatus gizi kurang dan buruk yang paling banyak yaitu posyandu Angrek I dari 195 balita terdapat 23 balita yang berstatus gizi dibawah normal yaitu 7 anak bergizi buruk dan 16 anak bergizi kurang sedangkan pada posyandu Angrek IV dari 170 balita yang ditimbang terdapat 19 balita berstatus gizi dibawah normal, satu diantaranya berstatus gizi buruk dan 18 berstatus gizi kurang. Data tersebut diatas menunjukkan bahwa sampai saat ini masih ada anak balita yang bergizi buruk dan masih banyak balita yang bergizi kurang. Padahal pada usia balita sangat menentukan keberhasilan pertumbuhan anak karena kecepatan pertumbuhan otak anak sangat pesat yaitu mencapai 50 persen dari keseluruhan perkembangan otak anak selama hidupnya. Di masa ini, seorang anak mampu menyerap ide dan pengetahuan jauh lebih kuat daripada orang dewasa. Berbagai penelitian membuktikan, usia dini (nol sampai lima tahun) merupakan periode atau masa keemasan (the golden age) yang sangat menentukan tahap pertumbuhan anak selanjutnya (Depdiknas, 2009). Budihardja (2010), mengatakan bahwa keterlambatan dan kelainan pada tumbuh kembang anak diakibatkan oleh kesalahan pola asuh baik dari segi pemenuhan gizi, mental psikologis, kemandirian, maupun interaksi sosialnya. Dari 397 anak usia nol sampai enam tahun yang telah mengikuti Stimulasi Deteksi 2

Intervensi Dini Tumbuh Kembang anak (SDIDTK) yang diselenggarakan Kementrian Kesehatan di Jakarta, sekitar 11,3 persen diantaranya mengalami keterlambatan dan kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Di tempat yang sama, Direktur Bina Kesehatan Anak Kementrian Kesehatan, Fatni Sulani (2010), mengatakan sekitar 11,3 persen atau 45 orang anak itu, memiliki lima kelainan yang paling besar yakni perkembangannya tidak sesuai dengan umur, kurang simulasi, gizi kurang, berat badan yang tidak naik selama dua bulan berturut-turut, dan gangguan pertumbuhan (Depkominfo, 2010). Menurut Notoatmodjo (2010), terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam melakukan pemenuhan gizi pada balita. Salah satunya adalah faktor predisposisi, yang antara lain adalah pendidikan, pengetahuan, sikap, dan persepsi. Persepsi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku ibu tentang gizi. Persepsi adalah informasi yang diperoleh melalui indera dan pemberian arti terhadap rangsangan yang diterima sehingga menentukan bagaimana individu tersebut bersikap atau membuat keputusan untuk melakukan sesuatu hal atau tidak (Potter & Perry, 2005). Pengambilan sikap yang benar diawali dengan benarnya persepsi seseorang. Pengetahuan dan pendidikan yang baik belum tentu menentukan persepsi seseorang menjadi baik sebagai contoh seseorang mahasiswa senang mengkonsumsi mie instan padahal mahasiswa tersebut sudah mempunyai pendidikan yang baik dan sudah mengetahui dengan baik komponen dalam mie instan yang banyak mengandung pengawet dan tidak baik untuk kesehatan. Begitu pula dengan persepsi ibu tentang makanan yang sehat bagi balitanya. Pendidikan dan pengetahuan ibu yang baik belum tentu menentukan sikap yang 3

baik tentang makanan sehat bagi balitanya jika persepsi ibu belum benar tentang makanan sehat tersebut. 1.2 Masalah Penelitian Pengetahuan ibu tentang makanan empat sehat lima sempurna dan manfaatnya sudah didapatkan dari pertemuan kader- kader, iklan dan posterposter yang ada pada posyandu dan puskesmas Kelapa Dua tetapi persepsi ibu belum tentu baik sehingga mempengaruhi bagaimana ibu bersikap atau mengambil keputusan tentang makanan yang sehat. Dapat dilihat dari status gizi balita di daerah posyandu Angrek I Kelapa Dua masih ada beberapa anak yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk. Mengacu pada permasalahan diatas, rumusan masalah penelitian adalah apakah terdapat hubungan persepsi ibu tentang makanan yang sehat dengan status gizi balita di posyandu Anggrek I Kelapa Dua? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan persepsi ibu tentang makanan yang sehat dengan status gizi balita. Selain itu penelitian ini juga memiliki tujuan khusus yaitu: 1. Mengidentifikasi persepsi ibu tentang makanan sehat bagi balita di posyandu Anggrek I Kelapa Dua; manfaat; jenis; komposisi; kualitas dan kuantitas; cara memilih bahan baku makanan yang sehat; cara memasak makanan sehat; cara menyajikan makanan sehat. 2. Mengidentifikasi status gizi balita di posyandu Anggrek I Kelapa Dua 4

3. Menentukan hubungan persepsi ibu tentang makanan sehat dengan status gizi balita di posyandu Anggrek I Kelapa Dua. 1.4 Identifikasi Kerangka Kerja Teoritis Input Proses Output Outcome faktor predisposisi perilaku ibu tentang pemenuhan gizi Pendidikan Pengetahuan Sikap Persepsi Keterangan: Persepsi ibu tentang makanan yang sehat untuk balita dalam; arti makanan sehat; manfaat makanan sehat; jenis dan komposisi makanan sehat; kuantitas dan kualitas; cara memilih bahan baku; tehnik memasak; menyajikan - Baik - Cukup - Kurang Status gizi balita - lebih - baik - Kurang - Buruk Ada hubungan -Lemah -Sedang -Kuat -Sempurna hubungan persepsi ibu tentang makanan yang sehat dengan status gizi balita Tidak ada hubungan = variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti Gambar 1.1 Modifikasi dari teori Notoatmodjo 2010 1.5 Pertanyaan Penelitian dan Hipothesis 1.5.1 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran persepsi ibu tentang makanan sehat untuk balita di posyandu Anggek I Kelapa Dua? 5

2. Bagaimana gambaran status gizi balita di posyandu Anggek I Kelapa Dua? 3. Adakah hubungan persepsi ibu tentang makanan yang sehat dengan status gizi balita? 1.5.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis pada penelitian ini adalah adanya hubungan antara persepsi ibu tentang makanan yang sehat dengan status gizi balita. 1.6 Definisi Kerangka Konseptual & Definisi Operasional Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah persepsi ibu tentang makanan sehat. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah status gizi balita. Definisi konseptual dari penelitian ini adalah mengenai persepsi ibu tentang makanan sehat untuk balita dan status gizi balita. Definisi konseptual dari persepsi ibu tentang makanan sehat untuk balita adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsangan yang diterima oleh ibu yang akan menentukan bagaimana ibu akan bersikap atau mengambil keputusan tentang makanan yang sehat untuk balitanya. Sedangkan definisi konseptual dari status gizi balita adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan untuk memantau pertumbuhan fisik balita. 6

Tabel1.1 Definisi Operasional dari Persepsi Ibu dan Status Gizi Balita Variable Persepsi ibu tentang makanan sehat untuk balita Status gizi balita Definisi operasional Alat ukur Kategori Skala Pengukuran cara pandang ibu tentang makanan sehat balita pada ibu yang memiliki anak 1-5 tahun di posyandu Anggrek I Kelapa Dua pada bulan Juli 2011dengan cara mengukur cara pandang ibu mengenai arti; manfaat; jenis; komposisi; kuantitas dan kualitas; cara memilih bahan baku; memasak; menyajikan makanan yang sehat untuk balita untuk mengetahui persepsi ibu tentang makanan sehat bagi balitanya Pengukuran status gizi balita pada anak 1-5 tahun di posyandu Anggrek I Kelapa Dua pada bulan Juli 2011 diukur dengan cara pengukuran berat badan berdasarkan umur untuk mengetahui status gizi balita lebih, baik, kurang atau buruk Kuesioner skala likert 25 pertanyaan. Timbangan berat badan dan tabel penilaian status gizi balita berat badan per umur WHO 2002 Baik;100-76 Cukup; 75-51 Kurang;50-25 Lebih Baik Kurang Buruk disesuaikan dengan tabel WHO 2002. Ordinal Ordinal 1.7 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Bagi institusi, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan dalam ilmu keperawatan dan khususnya dalam bidang pertumbuhan anak. Selain 7

itu penelitian ini juga bermanfaat untuk mengembangkan teori tentang status balita dan persepsi ibu tentang makanan sehat yang sudah ada. 2. Manfaat praktis Bagi profesi keperawatan, penelitian ini memberikan masukan dan saran kepada profesi keperawatan tentang hubungan persepsi orang tua tentang makanan yang sehat dengan status gizi balita sehingga profesi keperawatan dapat memberikan pengertian kepada masyarakat persepsi yang benar tentang makanan yang sehat. Manfaat penelitian bagi puskesmas dan posyandu adalah sebagai masukan dalam memantau pertumbuhan balita dan dapat dijadikan informasi bahwa usia balita merupakan usia yang perlu diperhatikan khususnya dalam hal makanan yang sehat dan merupakan usia rentang terhadap berbagai penyakit yang mempengaruhi pertumbuhan balita. Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini dapat menjadi data acuan dan atau sebagai inspirasi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan persepsi ibu tentang makanan yang sehat dengan status gizi balita 8