BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. dengan kuota jemaah haji dan umrah terbanyak yang diberikan oleh

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

BAB I PENDAHULUAN. patut, dinyatakan sebagai penyalahgunaan hak. 1 Salah satu bidang hukum

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

METODE PENELITIAN. menjawab permasalahan sesuai dengan fakta atau data yang ada dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

Pemanfaatan pembangkit tenaga listrik, baru dikembangkan setelah Perang Dunia I, yakni dengan mengisi baterai untuk menghidupkan lampu, radio, dan ala

BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Terhadap Perjanjian Pada Umumnya. hukum perdata adalah sama penyebutannya secara berturut-turut seperti

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya sesuai dengan prinsip ekonomi.

TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

III. METODE PENELITIAN. dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN BESARNYA SUKU BUNGA PINJAMAN DALAM SENGKETA HUTANG PIUTANG (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mencapai dan mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera. 1 Kestabilan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara dengan penduduk yang mayoritas beragama

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

III. METODE PENELITIAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA LAUNDRY DI KELURAHAN KADIPIRO KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 19 Jenis penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut para pelaku bisnis melakukan banyak penyesuaian yang salah satu

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam menjalankan aktivitas bisnisnya tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus. AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL DARI KELALAIAN DEBITUR DALAM JUAL BELI TANAH 1 Oleh : Rael Wongkar 2

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. batasan usia dewasa. Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

III. METODE PENELITIAN

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

METODE PENELITIAN. yuridis normatif dan yuridis empiris. Untuk itu diperlukan penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa memiliki mobil sebagai barang milik pribadi. Rental mobil (persewaan mobil) yang dapat membantu seseorang yang tidak

BAB I. mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh. merek, pembeli harus memesan lebih dahulu ( indent ).

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. berproduksi. Tapi dalam kenyataannya daya beli masyarakat belum bisa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Untuk menghadapi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perjanjian sewa menyewa. Perjanjian sewa menyewa banyak di. sewa yang telah diberikan oleh pihak penyewa.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dengan banyaknya industri rokok tersebut, membuat para produsen

BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu harta yang mempunyai sifat permanent dan dapat. dicadangkan untuk kehidupan pada masa datang.

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

METODE PENELITIAN. cara melakukan penelitian hukum dengan teratur (sistematis). 39 Dengan

I. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG DALAM PENGANGKUTAN DI DARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat bertahan hidup sendiri,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena jumlah jemaah haji dan umroh Indonesia yang sangat besar, melibatkan berbagai instansi dan lembaga, baik dalam negeri maupun luar negeri, dan berkaitan dengan berbagai aspek, antara lain bimbingan, transportasi, kesehatan, akomodasi, dan keamanan. 1) Untuk meningkatkan tugas nasional tersebut maka diperlukan adanya peningkatan kualitas dalam penyelenggaraan ibadah haji dan umroh yang merupakan suatu tuntutan reformasi untuk mencapai pemerintahan yang bersih dan tata kelola pemerintahan yang baik. Untuk itu diperlukan adanya lembaga pengawas yang bertugas melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap penyelenggaraan ibadah umroh serta memberikan pertimbangan untuk penyempurnaan penyelenggaraan ibadah umroh Indonesia. Di satu sisi, penyelenggaraan ibadah umroh khususnya yang dilaksanakan oleh pihak swasta banyak menuai permasalahan, salah satunya yaitu gagalnya pemberangkatan calon jemaah umroh, yang menimbulkan kerugian bagi para calon jamaah umroh. 2) 1) Anonim, Dinamika Perhajian, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Departemen Agama RI Jakarta, 2007. 2) Wahyu, "Solusi Kisruh Batalnya Umroh oleh Pihak Swasta," http://www.indomedia.com, diakses tanggal 10 Agustus 2014, Jam 20.00 WIB.

Kegagalan pemberangkatan calon jemaah umroh berkenaan dengan tidak dipenuhinya kewajiban untuk berprestasi dalam suatu akad sebagai salah satu bentuk dari wanprestasi, selain dari terlambat berprestasi dan berprestasi tapi keliru. 3) Beberapa tahun terakhir ini muncul jasa penyelenggaraan perjalanan umroh oleh pihak swasta, salah satunya, yaitu diselengarakan oleh PT. Muzdalifah yang berdiri sejak tahun 1989. Pada Tahun 2012 terjadi pergantian manajemen Muzdalifah. Dalam rangka promosi, manajemen baru mengadakan promosi paket perjalanan umroh untuk pemberangkatan Bulan Maret, April dan Mei 2013, tercatat + 700 jamaah umroh yang mendaftar. Dalam proses pengurusan pemberangkatan jamaah umroh tersebut mengalami kendala, diawali dengan dipailitkannya perusahaan Aviasi Batavia Air yang menyebabkan booking seat menjadi gagal. Manajemen berusaha membeli booking seat dari pihak lain, dan telah menyetorkan uang muka sebesar 70.000 USD, namun saat yang dijanjikan oleh pihak ketiga tersebut kembali gagal dan pengembalian uang muka 70.000 USD tersendat. Dari 700 calon jamaah umroh hanya sekitar 200 jamaah yang dapat diberangkatkan. Akibat kegagalan pemberangkatan calon jamaah berakibat pada hilangnyaa visa dan uang muka booking penginapan, sehingga PT. Muzdalifah menderita kerugian yang tidak sedikit. 4) 3) J. Satrio, Hukum Perikatan: Perikatan Pada Umumnya, Alumni, Bandung, 1993, hlm. 89-91. 4) Gagal Berangkat Umroh, Travel diadukan ke Polisi, www.google.com, diakses tanggal 28 Agustus 2014, Jam 20.00 WIB.

Pihak PT. Muzdalifah dan calon jamaah yang gagal berangkat kemudian melakukan beberapa kali pertemuan, dan dari hasil mediasi disepakati sekitar 160 talon jamaah meminta pengembalian uang yang akan dilakukan bertahap dan sisanya akan tetap menunggu untuk diberangkatkan umroh. Dalam kasus tersebut timbul permasalahan, dikarenakan perjanjian antara PT. Muzdalifah dan calon jemaah umroh tidak dibuat di dalam bentuk tertulis. Bukti adanya hubungan hukum antara PT. Muzdalifah dan calon jemaah umroh hanya kwitansi pembayaran biaya umroh. Beberapa calon jamaah yang gagal berangkat sempat melakukan pelaporan kepolisian dengan dugaan tindak pidana penipuan dan/atau penggelapan. Namun dari hasil penyidikan dugaan tersebut tidak terbukti, sehingga permasalahan tersebut masuk dalam ranah perdata. Berkenaan dengan kasus tersebut di atas, maka dihubungkan dengan Buku III BW, terdapat permasalahan dalam ruang lingkup hukum perjanjian, dalam hal ini terjadi wanprestasi oleh PT. Muzdalifah. Di satu sisi, perjanjian dibuat perjanjian dalam bentuk tertulis, sehingga untuk permasalahan mengarah pada pertanggungjawaban PT. Muzdalifah. Berdasarkan uraian di atas, terdapat permasalahan-permasalahan yang berkenaan dengan gagalnya pemberangkatan calon jemaah umroh, sehingga Penulis mencoba menganalisisnya dalam bentuk skripsi dengan judul: TANGGUNG JAWAB BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH PT. MUZDALIFAH TERHADAP CALON JEMAAH UMROH YANG GAGAL BERANGKAT BERDASARKAN BUKU III KUHPERDATA

B. Identifikasi Masalah 1. Bagaimanakah tanggung jawab biro perjalanan umroh PT. Muzdalifah terhadap calon jemaah umroh yang gagal berangkat berdasarkan Buku III KUHPerdata? 2. Bagaimanakah penyelesaian sengketa yang timbul dari kegagalan keberangkatan perjalanan umroh? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tanggung jawab biro perjalanan umroh PT. Muzdalifah terhadap calon jemaah umroh yang gagal berangkat berdasarkan Buku III KUHPerdata. 2. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa yang timbul dari kegagalan keberangkatan perjalanan umroh. D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dalam ruang lingkup ilmu hukum pada umumnya dan khususnya di bidang hukum perjanjian, terutama yang berkenaan dengan akad dalam ruang lingkup penyelenggaraan ibadah umroh. 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai pegangan dan sumbangan pemikiran bagi para penyelenggara perjalanan ibadah umroh

agar lebih mengoptimalkan penyelenggaran ibadah umroh, baik dari aspek prosedural maupun pengawasan dan dapat dijadikan acuan bagi masyarakat, khususnya calon jemaah umroh, agar lebih teliti dan berhatihati dalam proses pendaftaran dan adminstrasi pemberangkatan calon jemaah umroh. E. Kerangka Pemikiran Akad (perjanjian) pemberangkatan umroh antara calon jemaah umroh dengan pihak swatsa merupakan suatu bentuk perjanjian, sehingga harus ditinjau berdasarkan hukum perjanjian. Berdasarkan Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata: Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih Selanjutnya berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata terdapat empat syarat sahnya perjanjian, yang terdiri dari: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu; 4. Suatu sebab yang halal Berdasarkan Pasal 1338 ayat (1) dan ayat (2) KUHPerdata, bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, maka perjanjian tersebut berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya dan perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undangundang dinyatakan cukup untuk itu.

Berkenaan dengan perjanjian dalam penyelenggaraan ibadah umroh, PT. Muzdalifah yang tidak memberangkatkan calon jemaah umrohnya, maka dapat dikatakan wanprestasi. Untuk menentukan PT. Muzdalifah selaku debitur melakukan wanprestasi, maka perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana debitur dikatakan sengaja atau lalai tidak memenuhi prestasi. Ada tiga keadaan, yaitu: 5) 1. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali; 2. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru; 3. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktunya atau terlambat. Dalam hal debitur tidak lagi mampu memenuhi prestasinya, maka dikatakan debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali. Sedangkan jika prestasi debitur masih dapat diharapkan pemenuhannya, maka digolongkan ke dalam terlambat memenuhi prestasi. Jika debitur memenuhi prestasi secara tidak baik, ia dianggap terlambat memenuhi prestasi jika prestasinya masih dapat diperbaiki dan jika tidak, maka dianggap tidak memenuhi prestasi sama sekali. 6) Gagalnya pemberangkatan calon jemaah umroh oleh PT. Muzdalifah mengakibatkan kerugian bagi calon jemaah umroh, sehingga berlaku ketentuan tentang ganti rugi wanprestasi, yaitu berikut: 7) 1. Debitur diwajibkan membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh kreditur (Pasal 1243 KUH Perdata); 5) Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm.204. 6) R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Putra Abardin, Bandung, 1999, hlm. 49, hlm. 18. 7) Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hlm. 204.

2. Apabila perikatan itu timbal balik, kreditur dapat menuntut pemutusan/pembatalan perikatan melalui Hakim (Pasal 1266 KUHPerdata); 3. Dalam perikatan untuk memberikan sesuatu, resiko beralih kepada debitur sejak terjadi wanprestasi (Pasal 1237 KUH Perdata); 4. Debitur diwajibkan memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan atau pembatalan disertai pembayaran ganti kerugian (Pasal 1267 KUHPerdata); 5. Debitur wajib membayar biaya perkara jika diperkarakan di muka Pengadilan Negeri dan debitur dinyatakan bersalah. Demikian juga menurut kaidah fiqhiyyah, bahwa bila seseorang tidak menjalankan sepenuhnya apa yang diwajibkan atasnya oleh syari'at atau oleh sesuatu kontrak, kemudian ternyata kelalaian itu menimbulkan kerugian pada jiwa atau harta, maka orang itu harus membayar ganti rugi atas apa yang telah hilang atau rusak itu. 8) Berdasar ketentuan tersebut, pada dasarnya PT. Muzdalifah bisa digugat secara perdata untuk membayar ganti rugi atas kerugian yang diderita calon jemaah umroh, baik ganti rugi materiil, yang meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan dari mulai pendaftaran umroh sampai dengan mengikuti bimbingan manasik umroh, serta segala macam persiapan yang kemungkinan telah disiapkan pada saat itu, seperti pakaian ihram, alat-alat kebutuhan hidup yang dipersiapkan untuk digunakan selama melaksanakan ibadah umroh dan ganti rugi imateriil, yaitu perasaan kecewa dan malu atas gagalnya pemberangkatan umroh. 8) Syekh Mahmoud Syaltout, al-islam: 'Aqīdah wa Syarī'ah, Bulan Bintang, Jakarta, 1970, hlm.112.

F. Metode Penelitian adalah: Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini 1. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif analisis, 9) yaitu untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh dan sistematis tentang permasalahan tanggung jawab terhadap calon jemaah umroh yang gagal berangkat. 2. Metode Pendekatan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda pendekatan yuridis normatif, 10) yaitu dengan mengkaji dan menguji peraturan perundangundangan yang bekaitan dengan tanggung jawab terhadap calon jemaah umroh yang gagal berangkat 3. Tahap Penelitian Tahap penelitian terdiri dari : a. Studi kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian kepustakaan dilakukan berdasarkan: 1) Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan, seperti: Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Undang- 2005, hlm. 155. 9) Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2005, hlm. 32. 10) Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,

Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. 2) Bahan hukum sekunder, yaitu berupa buku-buku dan karya ilmiah para sarjana yang berkaitan dengan penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh. 3) Bahan hukum tersier, bahan hukum yang diperoleh dari kamus, internet, jurnal, artikel dan lain-lain untuk membantu melengkapi bahan hukum primer. b. Penelitian Lapangan, yaitu tahap penelitian yang bersifat penunjang terhadap data kepustakaan tersebut di atas, yaitu bahan hukum primer, sekunder dan tersier. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Studi dokumen, yaitu mengumpulkan dan menganalisis data-data sekunder mengenai objek penelitian. b. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab untuk memperoleh data primer secara langsung dengan responden (calon jemaah umroh) dan pengurus PT. Muzdalifah. 5. Metode Analisis Data Dalam menganalisis data dilakukan dengan mempergunakan metode yuridis normatif kualitatif, 11) yaitu untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas dengan melihat metoda normatif yang mengatur tentang masalah yang diteliti dan tidak menggunakan angka-angka dan rumus. 11) Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, hlm. 12.

G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasannya, maka penulis menguraikan secara sistematis sebagai berikut: Bab I berisi Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian, jadwal Penelitian, Sistematika Penulisan dan Daftar Pustaka Sementara. Bab II menerangkan dan memaparkan tentang Pengertian Perjanjian, Unsur-unsur Perjanjian, Asas-asas Perjanjian, Syarat Sahnya Perjanjian, Akibat Perjanjian, Wanprestasi, Overmacht dan Berakhirnya Perjanjian, Konsumen dan Pelaku Usaha, Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha, Prinsip-prinsip Tanggung Jawab dan Klausula Baku. Bab III memaparkan tentang Penyelenggaraan Ibadah Umroh Oleh PT. Muzdalifah, Pembatalan Umroh, Akibat Pembatalan Keberangkatan Umroh, Kerugian yang Diderita Jemaah Umroh dan Perjanjian Antara Travel dengan Calon Jemaah Umroh. Bab IV berisi mengenai analisis terhadap permasalahan Tanggung Jawab Biro Perjalanan Umroh PT. Muzdalifah Terhadap Calon Jemaah Umroh Yang Gagal Berangkat Berdasarkan Buku III KUHPerdata dan Penyelesaian Sengketa Yang Timbul Dari Kegagalan Keberangkatan Perjalanan Umroh. Bab V merupakan bab terakhir yang berisi simpulan dan saran.