BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA SWASTA DALAM PENGELOLAAN POTENSI DAERAH DAN PEMBANGUNAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA SWASTA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1 TAHUN 2011

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 4 TAHUN 2011 T E N T A N G SUMBANGAN PIHAK KETIGA KEPADA DAERAH KABUPATEN KAPUAS

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR : 7 TAHUN 2011 T E N T A N G

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KEMITRAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 7 TAHUN TENTANG KERJASAMA DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

WALI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAERAH

SALINAN NO : 14 / LD/2009

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2007

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA

BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOALEMO,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH PUSAKA DARANANTE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIANTAN SELATAN

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara

PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 27 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2015

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 70 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN WEWENANG BUPATI KEPADA CAMAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 82 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 8 TAHUN 2015

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)

Transkripsi:

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA SWASTA DALAM PENGELOLAAN POTENSI DAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan masyarakat di wilayah Kabupaten Kapuas merupakan tujuan yang ingin dicapai melalui upaya peningkatan kualitas pelayanan umum; b. bahwa dengan memperhatikan keterbatasan kemampuan keuangan Pemerintah Daerah dalam upaya untuk terus meningkatkan pengelolaan potensi dan pembangunan daerah guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kabupaten Kapuas, meningkatkan daya saing ekonomi dan pertumbuhan ekonomi daerah sebagai wujud pelaksanaan otonomi daerah, diperlukan langkah-langkah tepat yang dapat mendorong keikutsertaan Badan Usaha Swasta dalam pengelolaan potensi dan pembangunan daerah melalui kerjasama yang efektif dan efisien antara Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha Swasta; c. bahwa untuk memberikan arah, landasan, dan kepastian hukum kepada semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan potensi dan pembangunan daerah, maka diperlukan pengaturan tentang kerjasama pemerintah daerah dengan badan usaha swasta dalam pengelolaan potensi dan pembangunan daerah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas tentang Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha Swasta dalam Pengelolaan Potensi dan Pembangunan Daerah

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761); 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5104); 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2009 Tentang Pedoman Peningkatan Kapasitas Pelaksana Kerjasama Daerah; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah; 2

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Kerjasama Daerah; 12. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Kapuas (Lembaran Daerah Kabupaten Kapuas Tahun 2008 Nomor 2); 13. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kapuas Nomor : 188.3 / 01 / DPRD.2011 tentang Tata Tertib DPRD Kabupaten Kapuas Periode 2009 2014. Dengan Persetujuan Bersama: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KAPUAS dan BUPATI KAPUAS MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA SWASTA DALAM PENGELOLAAN POTENSI DAN PEMBANGUNAN DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kapuas. 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan Tugas Pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan Perangkat Daerah sebagai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 4. Kepala Daerah adalah Bupati Kapuas. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kapuas. 6. Perangkat Daerah adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah yang mempunyai tugas Pembantu dan bertanggungjawab kepada Bupati dalam Penyelenggaraan Pemerintah. 7. Badan Usaha Milik Daerah yang Selanjutnya disebut BUMD adalah Perusahaan Milik Pemerintah Daerah yang sebagian besar sahamnya dimiliki langsung atau tidak langsung oleh Pemerintah Daerah. 8. Badan Usaha Swasta adalah badan usaha yang berbadan hukum di Indonesia atau Perusahaan asing atau Kerjasama dari Keduanya. 3

9. Potensi Daerah adalah segala sesuatu yang dimiliki Daerah baik fisik maupun non fisik yang mungkin dan atau dapat dikembangkan dan dikerjasamakan Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha Swasta. 10.Penanggungjawab kegiatan adalah Pimpinan Instansi Daerah atau Badan Usaha Milik Daerah yang karena jabatanya menjadi penanggungjawab suatu kegiatan sesuai bidang tugasnya, atau sebagaimana ditentukan oleh Bupati. 11.Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha Swasta adalah suatu rangkaian kegiatan yang terjadi karena ikatan formal antara Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha Swasta dalam Pembangunan dan/atau Pengelolaan potensi daerah yang mencakup bidang-bidang yang merupakan kewenangan Daerah. Kerjasama yang dimaksud dalam Peraturan ini adalah Kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha Swasta. 12.Kemitraan adalah Kegiatan Kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha Swasta yang bersifat padat modal, dimana sektor swasta membiayai,membangun dan/atau mengelola prasarana dan sarana, sedangkan pemerintah sebagai partner dan tetap memiliki aset baik sebagian atau seluruhnya. 13.Hak atas Kekayaan Intelektual selanjutnya HAKI. 14.Perjanjian kerjasama adalah Kontrak antara penanggungjawab kegiatan dengan Badan Usaha Swasta dalam pembangunan dan/ atau pengelolaan potensi daerah sebagaimana dimaksud pada angka 9; 15.Kegiatan adalah rangkaian Pelaksanaan pembangunan dan/atau pengelolaan potensi daerah yang akan dilaksanakan melalui perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada angka 10. BAB II TUJUAN, SUBJEK DAN OBJEK KERJASAMA Pasal 2 Kerjasama Daerah dengan Badan Usaha Swasta dilaksanakan dengan tujuan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan dan/atau pengelolaan potensi daerah. Pasal 3 Para pihak yang menjadi subjek kerja sama dalam kerja sama daerah meliputi: a. Pemerintah Daerah; b. Badan Usaha Milik Daerah; c. Badan Usaha Swasta, dan; d. pihak ketiga. Pasal 4 Objek kerja sama daerah adalah seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah otonom dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik sesuai ketentuan yang berlaku 4

Pasal 5 Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha Swasta bertujuan untuk mempercepat pencapaian target Pemerintah Daerah dalam pembangunan dan peningkatan kualitas pelayanan umum kepada masyarakat, sehingga pelaksanaan pembangunan dan/atau pengelolaan potensi daerah akan lebih efiesien dan efektif. Pasal 6 (1) Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha Swasta dilaksanakan atas dasar prinsip sebagai berikut : a. Tetap seiring dengan asas, tujuan dan wawasan dalam penyelenggaraan pembangunan daerah; b. Saling membutuhkan, memperkuat dan menguntungkan baik Pemerintah Daerah, Badan Usaha Swasta, maupun masyarakat; c. Meningkatkan efisiensi, kendala dan kualitas pembangunan dan/ atau pengelolaan pembangunan potensi daerah; d. Mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan usaha baru dan lapangan kerja; e. Meningkatkan kualitas pelayanan dan member mafaat yang lebih besar kepada masyarakat; f. Penyertaan Badan Usaha Swasta dalam pembangunan dan/atau pengelolaan potensi daerah diselenggarakan melalui proses yang selektif dan kompetitif, sehingga mendorong dan merangsang iklim investasi yang sehat; g. Tidak merusak dan/atau menurunkan kualitas lingkungan hidup yang harus diperhatikan dengan melakukan Analisis (AMDAL) atau Usaha kelestarian Lingkungan Hidup (UKL) dan Usaha Pengelolaan Lingkungan (UPL); h. Tidak menyebabkan timbulnya dampak sosial yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat; dan i. Tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan Perundangundangan yang berlaku dan sepenuhnya tunduk pada hukum positif Indonesia. (2) Rencana kerja sama daerah yang membebani daerah dan masyarakat harus mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan ketentuan apabila biaya kerja sama belum teranggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran berjalan dan/atau menggunakan dan/atau memanfaatkan aset daerah dan pelaksanaannya dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Kerja sama daerah yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi dari satuan kerja perangkat daerah dan biayanya sudah teranggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran berjalan tidak perlu mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 5

Pasal 7 (1) Bentuk kerjasama yang dapat dipilih dalam pelaksanaan pembagunan dan atau pengelolaan potensi daerah adalah Kontrak Pelayanan, Kontrak bangun, kontrak Rehabilitasi, Kontrak Patungan dan Kontrak lainnya sesuai ketentuan yang berlaku : a. Kerjasama Operasi (Joint Operation); b. Kerjasama Patungan (joint Venture); c. Bentuk kerjasama lainnya dapat menguntungkan kedua belah pihak. (2) Bentuk kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disesuaikan dengan lingkup Pekerjaan yang akan dilaksanakan, kepemilikan atas aset dan kewenangan dalam manajemen kegiatan yang dikerjasamakan. BAB III KRITERIA BADAN USAHA SWASTA Pasal 8 Kriteria Badan Usaha Swasta minimal harus mencakup : a. Badan Usaha Swasta harus memiliki kualifikasi profesional dan teknis, kompetensi Sumber-sumber pendanaan, peralatan dan fasilitas fisik, kemampuan manejerial, keandalan, pengendalian, pengamalan dan reputasi serta kualifikasi personel yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang mencakup : 1. Pengalaman,prestasi dan kinerja melaksanaan kegiatan sejenis dimasa yang lalu, dengan reperensi yang ditanda tangani oleh penanggungjawab/pemilik Badan Usaha yang bersangkutan; 2. Jaminan untuk memperkerjakan tenaga ahli secara terus menerus sesuai dengan perkembangan proyek yang dievaluasi dari daftar riwayat hidup yang bersangkutan; 3. Jaminan ketersediaan peralatan yang dimiliki atau yang akan disewa sesuai dengan persyaratan teknis dalam bentuk dokumen tertulis; 4. Jaminan sumber pembiayaan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. b. Badan Usaha Swasta harus memahami semua peraturan perundangundangan yang berlaku; c. Badan Usaha Swasta harus dalam kondisi likuid, tidak dalam perkara yang dapat menghalangi pelaksanaan kegiatan, dan tidak dalam kondisi dibekukan oleh pihak yang berwenang; d. Badan Usaha Swasta telah memenuhi semua kewajibannya kepada Negara; e. Pimpinan dan/atau Staf Badan Usaha Swasta tidak dalam keadaan kondisi dihukum atas tindakan kriminal yang berhubungan dengan kegiatan professional, atau telah membuat persyaratan salah, mengenai kualifikasi mereka untuk pengadaan kerjasama. 6

BAB IV BIDANG BIDANG TUGAS YANG DIKERJASAMAKAN Pasal 9 (1) Pembangunan dan/atau pengelolaan potensi daerah yang dapat dikerjasamakan dengan Badan Usaha Swasta adalah semua potensi daerah yang dapat dikerjasamakan dengan Badan Usaha Swasta adalah semua potensi daerah yang menjadi kewenangan daerah meliputi bidang-bidang antara lain : a. Properti/Perumahan; b. Industri dan Niaga; c. Pendidikan dan latihan, Riset dan Teknologi; d. Pariwisata, Seni dan Budaya; e. Olahraga dan Kesehatan; f. Infrastruktur perkotaan seperti jalan, jembatan, air bersih, air limbah, sampah dan drainase; dan g. Pemungutan Retribusi. (2) Pengaturan mengenai penambahan atau pengurangan bidang dan jenis kegiatan serta mekanisme dan tata cara pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. (3) Pelaksanaan Kerjasama Pembangunan dan/atau pengelolaan potensi daerah dalam bidang-bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku. BAB V LINGKUP KERJASAMA Pasal 10 (1) Lingkup kerjasama dapat mencakup kegiatan pembangunan, rehabilitasi, perluasan, pemeliharaan, pengoperasian, dan pengelolaan explorasi bidang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung yang hasilnya dapat dinikmati Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat. (2) Pemerintah Daerah menetapkan kegiatan pembangunan infrastruktur dalam kegiatan pembangunan infrastruktur yang dapat dikerjasamakan dengan Badan Usaha Swasta. (3) Daftar kegiatan Pembangunan infrastruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan terbuka untuk umum dan disebarluaskan kepada masyarakat. 7

BAB VI PELAKSANAAN KERJASAMA Pasal 11 (1) Dalam Pelaksanaan kerjasama ini Pemerintah Daerah melimpahkan seluruh dan/atau sebagian pekerjaan kegiatan pembangunan atau pengelolaan sarana dan prasarana kepada Badan Usaha Swasta. (2) Penerimaan kepada Badan Usaha Swasta untuk ikut serta dalam Pembangunan dan/atau pengelolaan infrastuktur dilakukan secara terbuka oleh Pemerintah Daerah selaku penanggungjawab kegiatan pembangunan infrastruktur yang bersangkutan. (3) Pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk mekanisme, pengendalian dan pengawasannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. BAB VII PERJANJIAN KERJASAMA Pasal 12 Perjanjian kerjasama yang dibuat antara Pemerintah Daerah dengan badan Usaha swasta sekurang-kurangnya memuat ketentuan mengenai : a. Lingkup pekerjaan; b. Jangka waktu; c. Tarif pelayanan dalam hal kerjasama menyangkut kegiatan pengelolaan infrastruktur; d. Hak dan kewajiban, termasuk resiko yang harus ditanggung pihak-pihak; e. Sanksi dalam hak pihak-pihak tidak memenuhi ketentuan perjanjian; f. Penyelesaian perselisihan; g. Pemutusan dan pengakhiran perjanjian; h. Rencana keuangan secara lengkap, yang diperhitungkan seluruh aspek penerimaan dan pembiayaan mulai dari penyiapan desain sampai pengoperasian kegiatan termasuk dana cadangan (contingency) untuk menutup kemungkinan kenaikan biaya (cost overrun), keterlambatan pekerjaan, atau defisit arus kas. Pasal 13 Apabila perjanjian kerjasama terkait dengan penggunaan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), maka dalam perjanjian kerjasama harus dengan tegas dinyatakan jaminan dari Badan Usaha Swasta bahwa : a. Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang digunakan sepenuhnya bebas dari segala bentuk pelanggaran hukum; b. Pemerintah Daerah dan/atau yang mewakilinya dalam perjanjian kerjasama akan dibebaskan dari segala gugatan dan tuntutan dari pihak manapun berkenaan dengan penggunaan HAKI dimaksud; 8

c. Kelangsungan penyediaan dan/atau pengelolaan potensi daerah tetap akan dilaksanakan oleh Pihak swasta sementara penyelesaian perkara sedang berjalan karena adanya gugatan atau tuntutan berkenaan dengan penggunaan HAKI; d. Badan Usaha Swasta akan mengusahakan lisensi sehingga penggunaan HAKI tetap dapat berlangsung. Pasal 14 (1) Perjanjian Kerjasama yang menyangkut penarikan pemungutan retribusi dilaksanakan oleh Bupati sesuai ketentuan yang berlaku. (2) Penyerahan penggelolaan atas aset tertentu milik Pemerintah Daerah kepada Pihak Swasta, setelah dilakukan penilaian atas aset dimaksud yang harus dilakukan secara objektif dengan melibatkan tenaga ahli atau lembaga penilai yang profesional dan independen, serta implikasinya terhadap tarif harus diperhitungkan secara wajar dan dipublikasikan secara transparan sesuai ketentuan yang berlaku. (3) Aset milik Pemerintah Daerah yang digunakan dalam kerjasama tersebut tidak diijinkan untuk dijaminkan kepada pihak ketiga. Pasal 15 Perjanjian Kerjasama dibuat dan ditandatangani oleh Pemerintah Daerah dan Pimpinan Badan Usaha swasta sebagai mitra kerjasama sesuai ketentuan yang berlaku. BAB VIII PENYELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 16 (1) Penyelesaian perselisihan berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian kerjasama diutamakan dilakukan secara musyawarah. (2) Apabila penyelesaian secara musyawarah tidak dapat menyelesaikan perselisihan dimaksud, maka ditempuh penyelesaian melalui arbitrasi nasional dan/atau internasional, atau melalui pengadilan yang disetujui bersama oleh pihak-pihak dalam perjanjian kerjasama. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 17 Kerjasama yang telah dilaksanakan antara Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha Swasta sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap berlaku dan pada saat pemberlakuan Peraturan Daerah ini sepanjang batas waktu kerjasama belum berakhir, segera dilakukan penyesuaian sebagaimana mestinya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 9

BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kapuas. Ditetapkan di Kuala Kapuas pada tanggal 30 April 2012 BUPATI KAPUAS, ttd MUHAMMAD MAWARDI Diundangkan di Kuala Kapuas pada tanggal 28 Mei 2012 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KAPUAS, ttd NURUL EDY LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS TAHUN 2012 NOMOR : 3 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM, FITRAYANTO SURIADINATA, SH, M.Hum Pembina (IV/a) NIP. 19741016 200003 1 005 10

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA SWASTA DALAM PENGELOLAAN POTENSI DAN PEMBANGUNAN DAERAH I. UMUM Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintahannya menganut azas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Dengan azas desentralisasi kewenangan Pemerintah diserahkan kepada daerah otonom dan daerah otonom diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus kewenangannya sesuai kepentingan masyarakat. Dalam menyelenggarakan pemerintahannya daerah diberi kewenangan untuk melakukan kerjasama dengan daerah lain dan ataupun dengan Badan Usaha Swasta. Kerjasama daerah dengan daerah lain dan atau Badan Usaha Swasta merupakan sarana untuk lebih memantapkan, mempercepat dan mengikutsertakan peranan Badan Usaha Swasta dalam rangka pengelolaan potensi dan pembangunan di Daerah. Melalui kerjasama daerah dengan Badan Usaha Swasta dapat mengurangi beban beban pembiayaan Pemerintah Daerah dalam penyediaan pelayanan umum dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat di daerah itu sendiri. Kerjasama Daerah dengan Badan Usaha Swasta dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan sumber pendapatan asli daerah, dengan memperhatikan kemampuan masyarakat itu sendiri, dalam hal kerjasama daerah dengan Badan Usaha Swasta yang membebani Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dan penggunaan aset-aset tertentu milik daerah, maka kerjasama tersebut harus mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Objek yang dapat dikerjasamakan dengan Badan Usaha Swasta meliputi seluruh urusan yang menjadi kewenangan daerah otonom dan potensi daerah yang meliputi penyediaan pelayanan umum. Pelaksanaan kerjasama harus berpegang pada prinsip efisiensi, efektifitas, sinergi, saling menguntungkan, membutuhkan dan memperkuat, mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, persamaan kedudukan, transparansi, keadilan, dan kepastian hukum perlu membentuk Peraturan Daerah yang mengatur Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha Swasta dalam pengelolaan Potensi dan Pembangunan Daerah. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup Jelas 11

Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Cukup Jelas Yang dimaksud dengan urusan Pemerintahan yang telah menjadi Kewenagan Daerah otonom adalah urusan Pemerintahan Kabupaten Kapuas yang telah ditetapkan sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Kapuas yang terdiri dari 26 (dua puluh enam) dan 8 (delapan) urusan pilihan. Pasal 5 Pasal 6 Huruf a. adalah penyelenggara kerjasama daerah harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai visi, misi pembangunan daerah serta sesuai dengan Rencana Strategis dan Program Kerja pemerintah daerah. b. c. d. e. Proses seleksi terhadap badan usaha swasta dalam kerjasama daerah dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku dengan tetap mengedapankan asas kesetaraan, efesiensi, efektivitas, tidak diskriminatif. f. Kerjasama daerah dengan badan usaha swasta yang berpotensi terhadap kualitas lingkungan hidup wajib melaksanakan AMDAL dan atau UKL/UPL sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. g. h. Pasal 7 Pengaturan lebih lanjut mengenai bentuk kerjasama daerah dengan badan usaha termasuk jenis kerjasama, tatacara dan prosedur standar penyelenggaraan kerjasama akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10. Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 12

Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR : 4 13