BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sistem ekonomi Islam merupakan sistem yang mandiri dan dibangun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kelahiran nya, perbankan syariah yang dilandasi dengan dua

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB II LANDASAN TEORI PEAKSANAAN PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia menerima dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Salah satu lembaga moneter ini adalah Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, 2010, h Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta:PT

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Islam baik bank maupun non bank. Salah satu lembaga keuangan Islam non bank

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. muncul lembaga-lembaga keuangan syariah sebagai solusi atas kegelisahan tersebut.

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk berkomunikasinya antar anggota keluarga dan juga. sebagai tempat berkumpulnya sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Al-Qur an dan As-Sunnah, termasuk dari segi ekonominya. Upaya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I. Bandung, 2003, hal. xi 2 Undang-undang No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, hal. 5. Penerapan prinsip..., Indah Fajarwati, FH UI, 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DAN PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN ( Studi Kasus pada PT. BPR Syariah Al-Wadi ah )

BAB I PENDAHULUAN. melayani kebutuhan masyarakat melalui jasa-jasanya. 1 Perbankan syariah. Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

BAB II LANDASAN TEORI. waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 1 Berdasarkan pengertian

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang-Undang

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

BAB II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setelah berdirinya Bank Muamalah Indonesia (BMI) timbul peluang. untuk mendirikan bank-bank lain yang memiliki prinsip syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, hlm.93.

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. konvensional. Namun, orang awam dan orang-orang mengenal bank syari ah dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem ekonomi Islam merupakan sistem yang mandiri dan dibangun berdasarkan nilai-nilai etika dan moralitas keagamaan yang bersumber kepada Al- Qur an, sunnah dan ijtihad. Para pemikir muslim melakukan pengkajian dan penelitian ilmiah tentang prinsip-prinsip dasar ekonomi islam dari sumbernya agar dapat dijabarkan dalam kehidupan. Islam mengatur dan mempengaruhi semua bidang kehidupan, termasuk perilaku bisnis dan perniagaan. Kaum Muslim harus menjalankan bisnis sesuai dengan ketentuan agama, yaitu sikap jujur dan adil kepada orang lain. Ada kewajiban khusus yang harus dijalankan oleh penjual karena tidak ada doktrin caveat emptor (berhati-hatilah pembeli) sebagaimana yang berlaku pada pembeli. Monopoli dan penetapan harga secara semena-mena dilarang. Kehadiran Bank yang berdasarkan syariah di Indonesia masih relatif baru, yaitu pada awal tahun 1990-an. Prakarsa untuk mendirikan Bank Syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) pada tanggal 18-20 agustus 1990. Bank syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim 1

perbankan MUI, yaitu dengan di bentuknya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang akte pendirian nya di tandatangani tanggal 1 november 1991. 1 Bank Islam baru diakui berdirinya pada tahun 1992 menyusul diundangkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992. Hingga pada tahun 1998 baru berdiri satu bank umum syariah, yaitu PT Bank Muamalat Indonesia, dan ada 77 Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Selama berjalannya krisis ekonomi, Bank Muamalat Indonesia tetap sehat, demikian juga sebanyak 30% dari Bank Perkreditan Rakyat Syariah dinilai sehat. 2 Keberhasilan perbankan syariah di Indonesia pada dasarnya didominasi oleh lingkup bisnis skala makro. Seiring dengan berkembangnya perbankan syariah tersebut, seolah-olah tak ingin ketinggalan lembaga usaha skala mikro pun terus bermunculan, contoh kongkrit usaha skala mikro yang mengalami pertumbuhan sangat pesat adalah BMT (Baitul Maal Wat Tamwil). BMT merupakan lembaga keuangan non-bank yang beroperasi dengan sistem syariah. Jumlah BMT di Indonesia secara resmi yang tercatat di dinas sebanyak 156 ribu dan yang aktif hanya sekitar 2 ribu BMT, dan yang mengikuti perhimpunan sebanyak 650 BMT. Di bandung sendiri BMT tercatat sebanyak 35 BMT. BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dan kecil, dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela 1 Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011). Hlm 188 2 Wirdyaningsih, dkk. Bank dan Asuransi Islam di Indonesi. (Jakarta: kencana, 2005). Hlm 156. 2

kepentingan kaum fakir miskin. ( PINBUK ). Secara yuridis, kedudukan BMT memiliki landasan hukum cukup kuat yang mengacu kepada UU No.7/1992 tentang perbankan (kini menjadi UU No.10/1998), di mana BMT menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan dan jasa keuangan dalam skala kecil menengah. 3 Dalam siklus ekonomi Islam, BMT dapat pula dikategorikan koperasi syariah yakni lembaga ekonomi yang berfungsi untuk menarik, mengelola dan menyalurkan dana dari oleh dan untuk masyarakat. Selain merupakan lembaga pengelola dana masyarakat yang memberikan pelayanan tabungan, pinjaman pembiayaan, BMT juga mengelola dana sosial. Semua produk pelayanan dan jasa BMT dilakukan menurut ketentuan syariah yakni bagi hasil. Kegiatan BMT selain menghimpun dana dan mengelola dana sosial dari masyarakat, BMT juga menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk pinjaman pembiayaan. Produk pembiayaan tersebut bisa beragam yaitu pembiayaan dengan kerjasama (mudharabah, musyarakah), pembiayaan dengan jual beli (murabahah, salam, istishna), pembiayaan dengan sewa (ijarah) dan pembiayaan kebaikan (qard). Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok LKS, yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang mrupakan defisit. Menurut sifat penggunaannya pembiayaan dapat dibagi menjadi dua: a) pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang diajukan untuk memenuhi 3 Hendi Suhendi. BMT dan Bank Islam. (Bandung: CV Adzkia Agung Pratama, 2004). Hlm 29 3

kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk meningkatkan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi, b) pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunankan untuk memenuhi kebutuhan. BMT El-Mu awanah 245 yang dioprasikan pada tanggal 9 Febuari 2009 merupakan salah satu lembaga keuangan skala mikro yang menggunakan pola syariah yang memiliki misi sebagai fasilitator pelaku usaha kecil dalam pemberdayaan sumberdaya manusia, meningkatkan pendapatan usaha kecil dan sebagai mitra muamalah pelaku ekonomi usaha kecil untuk penguatan ekonomi rakyat. Dalam kegiatan operasionalnya BMT El-Mu awanah 245 mengimpun dana dan menyalurkan dana dari masyarakat. Penyaluran dana di BMT El- Mu awanah 245 menggunakan akad Murabahah, Musyarakah, Ba I assalam, Alqardh dan Al-rahn. Pembiayaan yang paling diminati di BMT El-Mu awanah 245 salah satunya adalah pembiayaan al-qardh. Al-Qardh secara istilah adalah pemberian atau meminjamkan harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali sebanyak yang dipinjamkan, dengan demikian dalam al-qardh tidak ada imbalan atau tambahan nilai pengembalian. 4 4 Atang Abd Hakim. Fiqh Perbankan Syariah (Transformasi Fiqih Muamalah ke dalam Peraturan Perundang-Undangan), (Bandung: PT Refika Aditam, 2011). Hlm 266. 4

Di dalam pembiayaan qardh pihak bank/lembaga keuangan syariah dilarang mengambil keuntungan dari pembiayaan qardh. Pihak bank/lembaga keuangan syariah tersebut boleh mengenakan biaya administrai, seperti biaya materai dan biaya lain-lain. Jika pihak bank/lembaga keuangan syariah tersebut mengambil keuntungan selain dari biaya administrasi akad qardh tersebut tidak sah karena mengandung unsur riba. Islam mengharamkan riba. Pemahaman tersebut dapat dilihat dari perspektif etika dan dapat dilihat pula dari perspektif ekonomi. Berdasarkan perspektif etika, Islam ingin membentuk suatu masyarakat yang dasarnya kasih saying sesama manusia serta tolong menolong satu sama lain. Dilarang adanya system kerja dengan pemerasan. Hubungan satu sama lain jangan merupakan pembelengguan yang hanya dipakai untuk memperkaya orang yang sudah kaya. Dengan demikian yakinlah bahwa masyarakat yang dasarnya adalah riba merupakan masyarakat yang rapuh. Jadi akad al qardh di lembaga keuangan syariah merupakan pinjaman tanpa bunga, karena bunga dilarang dalam Islam. Transaksi pinjaman qardh merupakan pinjaman murni tanpa bunga, ketika peminjam mendapatkan pinjaman dari pemilik dana. Lebih khusus nya lagi pinjaman qardh merupakan pinjaman kebajikan yang tidak bersifat komersial, tetapi bersifat sosial. 5

Berikut ini adalah perkembangan pembiayaan dan laporan laba/rugi di KJKS BMT El-Mu awanah 245 ciparay 2011-2013: 5 Tabel 1.1 Rekapitulasi Pembiayaan di KJKS BMT El-Mu awanah 245 Tahun 2011-2013 Jenis Pembiayaan Tahun 2011 (Rp) Tahun 2012 (Rp) Tahun 2013 (Rp) Al-qordh 114.562.600 135.586.550 160.205.750 Murabahah 78.256.400 95.027.400 110.009.275 Musyarokah 3.796.200 2.893.750 1.222.500 Bai Salam 14.750.000 15.225.000 15.475.000 Ar Rahn 1.500.000 1.500.000 1.500.000 Jumlah 212.865.200 250.232.700 288.412.525 Rata-rata 42.573.040 50.0046.540 57.682.505 5 Sumber data internal BMT El-Mu awanah 245 6

Table 1.2 Laporan Laba/Rugi KJKS BMT El-Mu awanah 245 Tahun 2011-2013 Periode Periode Periode 2011 2012 2013 PENDAPATAN OPERASIONAL 4.1 Pendapatan Pelay.Pemb.Al-Qordh 25,630,200 34,854,125 58,044,500 4.2 Pendapatan Basil Pemb. Musyarokah 185,350 213,750 642,500 4.3 Pendapatan Mark-Up Murabahah 38,095,250 57,912,075 81,655,150 4.4 Pendapatan Mark-Up Bai'Salam 865,750 938,750 988,750 Jumlah Pendapatan Basil & Mark Up 64,776,550 93,918,700 141,330,900 PENDAPATAN ADMINISTRASI 13,980,450 16,146,550 24,438,800 PENDAPATAN BUKAN OPERASIONAL - 4.7 Pendapatan Penjualan Materai/sektoril 1,690,650 3,988,900 9,402,950 - Jumlah Pendapatan Bukan Operasional 1,690,650 3,988,900 9,402,950 TOTAL PENDAPATAN 80,447,650 114,054,150 175,172,650 BEBAN OPERASIONAL 5.0 Beban Basil Pihak ke III 18,720,700 22,351,700 35,281,700 5.1 Beban Basil Simpanan 9,855,200 10,555,200 15,267,200 5.2 Beban Gaji Personalia/Karyawan 35,970,800 61,305,000 94,088,500 5.3 Beban Sewa dan Listrik 895,650 995,000 1,728,500 5.4 Beban Fotocopy 325,400 293,600 358,600 5.5 Beban Pemakaian Perlengkapan 865,000 875,700 1,398,800 5.6 Beban Transpor 950,850 1,066,000 1,328,000 5.7 Beban Penyusutan Inventaris 1,235,000 2,545,000 3,670,000 5.8 Beban Cad.Penghapusan Pemb/Pihutang 984,500 1,540,300 2,194,200 5.9 Beban Lain-lain 5,650,250 6,335,000 8,730,900 5.10 Beban Dibayar Dimuka 1,500,500 2,038,250 4,249,500 7

Jumlah Beban Operasional 76,953,850 109,900,750 168,295,900 BEBAN BUKAN OPERASIONAL 5.10 Pajak 20,400 40,500 101,400 5.11 Beban Iuran PINBUK 175,000 210,000 245,000 5.12 Beban MAT/SHU 584,625 984,625 2,984,625 5.13 Beban Zakat 10,000 10,000 10,000 5.14 Lain-lain/DPLK 798,000 898,000 998,000 Jumlah Beban Bukan Operasional 1,588,025 2,143,125 4,339,025 TOTAL BEBAN 78,541,875 112,043,875 172,634,925 SISA HASIL USAHA TAHUN BERJALAN 1,905,775 2,010,275 2,537,725 Berdasarkan tabel pembiayaan dan laporan laba/rugi yang diuraikan di atas, pembiayaan al-qardh terlihat paling besar dalam segi pembiayaan dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dan pada tabel laporan laba/rugi, BMT mendapatkan pendapatan dari pembiayaan al-qardh sedangkan al-qardh adalah akad pinjaman yang tidak ada imbalan atau tambahan nilai pengembalian, nasabah hanya mengembalikan pinjaman pokoknya saja. Dari uraian di atas terlihat bahwa BMT mengambil keuntungan dari pembiayaan al-qardh. Maka penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih dalam tentang pembiayaan al-qardh, apakah pembiayaan al-qardh di BMT El- Mu awanah 245 telah melaksanakan nya sesuai prinsip syariah? Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Fiqih Muamalah Terhadap Pembiayaan Al Qardh pada KJKS Baitul Maal wat Tamwil (BMT) El Mu awanah 245 Ciparay 8

1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis perlu untuk merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan berikut: a. Bagaimana mekanisme pelaksanaan pembiayaan al-qardh di KJKS BMT El-Mu awanah 245? b. Bagaimana prosedur pemberian pembiayaan al-qardh di KJKS BMT El- Mu awanah 245? c. Bagaimana analisis fiqih muamalah terhadap pembiayaan al-qardh di KJKS BMT El muawanah 245? 1.3.Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan pembiayaan al-qardh di kjks BMT El-Mu awanah 245. b. Untuk mengetahui prosedur pemberian pembiayaan al-qardh di kjks BMT El-Mu awanah 245 c. Untuk mengetahui analisis fiqih muamalah terhadap pembiayaan al-qardh di kjks BMT El muawanah 245. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi pihak akademis adalah sebagai sarana pengembangan dan penerapan disiplin keilmuan program studi Keuangan dan Perbankan Syariah. 9

b. Bagi BMT hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pikiran maupun tuntunan praktis agar bermanfaat bagi lembaga dalam mengevaluasi analisis sistem yang dilaksanakan lembaga. c. Bagi Peneliti adalah sebagai sarana dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan penambah wawasan dalam praktek Lembaga Keuangan Syariah. Khusus nya di BMT El-Mu awanah 245. 1.5. Kerangka Pemikiran Secara etimologi pembiayaan berasal dari kata biaya. Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah pemyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lainyang mewajibkan pihak lain yang di biayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 6 Berdasarkan Undang- Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syari ah, Pasal 1 butir 25 : 7 Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabahah dan musyarakah. 6 www.mediabpr.com/kamus-bisnis-bank/pembiayaan-berdasarkan-prinsip-syariah 7 UU no 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah 10

b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; c. Transaksi jual beli dalam bentuk pitutang murabahah, salam, dan istishna; d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi Multi jasa. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syari ah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana pihak mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Al-Qardh sebagai salah satu landasan transaksi produk pembiayaan perbankan syariah mengacu kepada UU no 21 tahun 2008 pasal 1 ayat (25) huruf d, pasal 19 ayat (1) dan (2) huruf e, dan pasal 21 huruf b angka 3. Menurut UU ini al-qardh di artikan sebagai akad pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati. Menurut Fatwa DSN Indonesia: 8 1. Bahwa lembaga keuangan syariah (LKS) di samping sebagai lembaga komersial, harus dapat berperan sebagai lembaga social yang dapat meningkatkan perekonomian secara maksimal. 2. Bahwa salah satu sarana peningkatan perekonomian yang dapat dilakukan oleh LKS dalah penyaluran dana melalui prinsip Al-Qardh, yakni suatu 8 Fatwa DSN nasional no:19/dsn-mui/iv/2001 tentang Al Qardh 11

akad pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah disepakati oleh LKS dan nasabah. 3. Bahwa agar akad tersebut sesuai dengan syariah Islam, DSN memendang perlu menetapkan fatwa tentang akad al-qardh untuk dijadikan pedoman oleh LKS. Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literature fiqih klasik, qardh dikategorikan dalam aqd tathawwui atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersil. 9 Secara etimologi, qarada-yaqridu berarti memotong, dikatakan demikian karena harta tersebut benar-benar dipotong apabila harta tersebut diberikan kepada peminjam. 10 Hakikat al-qardh adalah pertolongan dan kasih sayang bagi yang meminjam. Ia bukan sarana untuk mencari keuntungan bagi yang meminjamkan, didalamnya tidak ada imbalan dan kelebihan pengembalian. Pengembalian keuntungan oleh yang meminjamkan harta membatalkan kontrak al-qardh. 11 9 Muhamad Syafi I Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. (Jakarta:Gema Insani Press, 2001). Hlm 131. 10 Muhamad Muslihudin. System perbankan islam,(jakarta:rineka Cipta, 1994). Hlm 73 11 Atang Abd Hakim. Fiqh Perbankan Syariah (Transformasi Fiqih Muamalah ke dalam Peraturan Perundang-Undangan), (Bandung: PT Refika Aditam, 2011). Hlm 267 12

berikut : 12 Menurut Hukum Syara, para ahli fiqh mendefinisikan Qardh sebagai 1. Menurut pengikut Madzhab Hanafi, Ibn Abidin mengatakan bahwa qardh adalah suatu pinjaman atas apa yang dimiliki satu orang lalu diberikan kepada yang lain kemudian dikembalikan dalam kepunyaannya dalam baik hati. 2. Menurut Madzhab Maliki, Qardh adalah Pembayaran dari sesuatu yang berharga untuk pembayaran kembali tidak berbeda atau setimpal. 3. Menurut Madzhab Hanbali, Qardh adalah pembayaran uang ke seseorang siapa yang akan memperoleh manfaat dengan itu dan kembalian sesuai dengan padanannya. 4. Menurut Madzhab Syafi i, Qardh adalah memindahkan kepemilikan sesuatu kepada seseorang, disajikan ia perlu membayar kembali kepadanya. Landasan hukum Al Qardh: 1. Al Quran 12 Fueja92.blogspot.com/2013/06/akad-al-qardh 13

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik, maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-nya-lah kamu dikembalikan. (QS. Al-Baqarah: 245) 2. Hadits ة Ibnu Mas ud meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW. Berkata, tidaklah seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang satunya adalah (senilai) sedekah. (HR Ibnu Majah) 3. Ijma Para ulama telah menyepakati bahwa al-qardh boleh dilakukan. Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak bisa hidup sendirian tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya (manusia lain). Tidak ada seorang pun yang memiliki segala sesuatu yang dibutuhkannya. Oleh karena itu, pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan di dunia ini, dan Islam adalah agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya. Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa aqad Al-Qardh adalah perikatan atau perjanjian antara kedua belah pihak, dimana pihak pertama menyediakan harta atau memberikan harta dalam arti meminjamkan kepada pihak 14

kedua sebagai peminjam uang atau orang yang menerima harta yang dapat ditagih atau diminta kembali harta tersebut, dengan kata lain meminjamkan harta kepada orang lain yang mebutuhkan dana cepat tanpa mengharapkan imbalan. Dengan kata lain, aqad al-qardh merupakan pinjaman oleh pihak LKS kepada nasabah tanpa adanya imbalan, perikatan jenis ini bertujuan untuk menolong, bukan sebagai perikatan yang mencari untung (komersil). Dari hasil pengamatan penulis di BMT El-Mu awanah 245, bahwa BMT mendapatkan keuntungan dari pembiayaan qardh dari nasabah, sedangkan Al qardh adalah pinjaman tanpa adanya imbalan. BMT El-Mu awanah 245 seharusnya tidak mengambil keuntungan dari pembiayaan qardh. BMT harus bertindak jujur kepada nasabah begitu pun sebaliknya nasabah kepada BMT. BMT harus giat dalam mensosialisasikan tentang produk-produk yang ada agar nasabah mengetahui bagaimana pelaksanaannya secara syariah. Hasilnya, diharapkan BMT menjadi lebih baik dalam menjalankan usahanya dan jauh dari unsur riba serta menjalankan nya dengan prinsip yang islami. 1.6. Metode dan Teknik Penelitian Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan laporan ini yaitu : 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di BMT El-Mu awanah 245 ciparay. kp. Sekesalam 01/12 Ds. Pakutandang kec. Ciparay kab. Bandung. 2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penlitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk membuat 15

pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. 13 Alasan memilih metode ini tersebut karena penelitian ini mengggambarkan antara teori dan kenyataan dilapangan. 3. Jenis Data Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif Data kualitatif Yaitu data yang dikumpulkan dan didapatkan melalui buku-buku tulisantulisan atau dalam bentuk catatan-catatan dan dokumen-dokumen. Data kuantitatif Yaitu data yang dikumpulkan dan didapatkan langsung dari objeknya (lembaga) yang menjadi objek penelitian yang berupa data angka-angka. 4. Sumber Data a. Data Primer Sumber data primer, yaitu merupakan data pokok berupa keterangan atau penjelasan yang didapatkan dari pihak-pihak yang ada hubungannya dengan penelitian, dimana data ini diperoleh dari manajer dan pengurus BMT El-Mu awanah 245 b. Data Sekunder Sumber data sekunder merupakan sumber data tambahan yang berupa data-data yang didapatkan dari buku-buku, artikel-artikel dan tulisantulisan atau catatan-catatan yang berkaitan dengan permasalahan yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. 13 Sumada Suryabrata. Metode Penelitian. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011). Hlm 75. 16

5. Teknik Pengumpulan Data Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara langsung pada tempat yang menjadi subjek dan objek penelitian, melalui cara-cara sebagai berikut : a. Observasi (Pengamatan) Yaitu dengan mengamati secara langsung keadaan dan kejadian yang ada dilembaga tersebut atau dengan meminta data yang diperlukan untuk mengetahui informasi yang objektif dari suatu masalah. b. Interview (wawancara) Dalam hal ini pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui komunikasi langsung atau bertatap muka dengan melakukan tanya jawab secara lisan dengan seluruh staf BMT El-Mu awanah 245. 6. Analisis dan Pengolahan Data Analisa data dalam laporan ini menggunakan analisa kualitatif dan kauntitatif sedangkan pengolahan data dilakukan dengan cara mengelompokan dan menghubungkan jawaban, pandangan, relevansi masalah, kemudian setelah itu dilakuan analisis data dengan langka-langkah sebagai berikut : 1. Menelaah seluruh data yang diperolah dari berbagai sumber untuk dipahami dan dimengerti dengan baik mengenai pembiayaan Al-Qardh. 2. Melakukan penyaringan dan seleksi terhadap data yang telah terkumpul dari berbagai sumberdata primer dan sekunder. 3. Menghubungkan data dengan teori yang sudah dikemukakan dalam kerangka pemikiran. 4. Menganalisis data yang telah ada secara induktif dan deduktif. 17

5. Menarik kesimpulan sesuai dengan peumusan masalah yang telah ditentukan. 1.7. Sistematika Pembahasan Untuk mendapatkan kemudahan dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi kedalam beberapa bab, yaitu : 1. Bab I Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode dan teknik penelitian, sistematika pembahasan. 2. Bab II Menjelaskan tinjauan fiqh muamalah mengenai al qardh: pengertian dan dasar hukum al qardh, landasan hukum qardh, rukun dan syarat qardh, manfaat, sumber dana dan aplikasi qardh, serta aspek sosial qardh. 3. Bab III Menjelaskan tentang gambaran umum BMT El-Mu awanah 245, produk yang digunakan di BMT dan mekanisme pembiayaan al qardh yang diterapkan oleh BMT. 4. Bab IV analisis fiqih muamalah terhadap pembiyaan al qardh di BMT El- Mu awanah 245. 5. Bab V Merupakan kesimpulan dan saran yang diberikan oleh penulis berdasarkan analisis dari penulisan skripsi ini. 18