BAB 1 PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara, hal ini terlihat dalam Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat) dalam arti negara pengurus. 1 Selain itu,

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan memiliki fungsi perlindungan kepada masyarakat (protective function).

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, dibidang pemerintah telah terjadi perubahan yang mendasar. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bahwa tujuan pembentukan negara Indonesia adalah...melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, negara mempunyai kewajiban untuk

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ruang adanya otonomi oleh masing-masing daerah untuk. adanya pemerintahan daerah yang menjalankan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat terdapat pada Pasal 18 B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

BAB I PENDAHULUAN. dan memperkokoh dalam tatan perekonomian nasional. peningkatan pembangunan pemerintah maupun bagi pengusaha-pengusaha swasta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam konsep kesejahteraan (welfare) dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, segala sesuatu dituntut untuk lebih praktis. Kondisi itu makin

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan. Pada negara Indonesia, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya dipergunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

TESIS. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Magister. Program Studi Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Tata Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai rupa yang

BAB I PENDAHULUAN. wajib tunduk pada aturan-aturan hukum yang menjamin dan melindungi hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. oleh rakyat (Halim dan Mujib 2009, 25). Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian sudah diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pajak erat sekali hubungannya dengan pembangunan, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

BAB I PENDAHULUAN. betapa besar potensi laut sebagai sumber daya alam. Laut tidak saja

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain itu Indonesia juga merupakan welfare state. sesuai dengan amanat yang tersirat didalam alinea ke IV, Pembukaan

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan guna

BAB I PENDAHULUAN. penuh atas kehidupan bangsa nya sendiri. Pembangunan nasional yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. implementasi dari pasal 18 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memperkenalkan kebijakan otonomi daerah. Keseriusan pemerintah Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan Daerah memerlukan sumber pendanaan yang tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila itu mencangkup sila atau prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Secara konstitusional hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah sebagian

toko modern dan kontribusinya terhadap PAD kota Metro.

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Melalui sistem pemerintahan yang baik, setidaknya hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun Kebijkan otonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pusat dan daerah, bahwa pembangunan daerah sebagai bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

I. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau memperbaiki keadaan suatu negara. Dengan adanya kewajiban

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. dampak hampir pada semua aspek atau sektor kehidupan. Dampak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINANN TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa: Bumi, air, dan kekayaan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat istimewa yang diatur dengan Undang- Undang dan negara mengakui dan. menghormati ke satuan-kesatuan masyarakat hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan melalui tiga asas yaitu desentralisasi, dekosentrasi dan tugas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara Hukum, sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan merata berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Indonesia adalah negara hukum, yang menganut desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, sebagaimana diisyaratkan dalam pasal 18 ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota mempunyai pemerintahan daerah,yang diatur dengan undang-undang. Sebagai negara hukum, setiap penyelenggaraan urusan pemerintahan haruslah berdasarkan pada hukum yang berlaku (wetmatigheid van bestuur). Sebagai negara yang menganut desentralisasi mengandung arti bahwa urusan pemerintahan itu terdiri atas urusan pemerintahan pusat dan urusan pemerintahan daerah. Artinya ada perangkat pemerintah pusat dan perangkat pemerintah daerah, yang diberi otonomi yakni kebebasan dan kemandirian untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangga daerah. 1 Sistem pemerintahan daerah yang baik yakni dengan terciptanya pemerintah daerah yang efisien, efektif, transparan, akuntabel dan responsif secara berkesinambungan senantiasa menjadi dambaan bagi setiap daerah di tanah air. Syarat pemerintahan yang baik seperti di atas diperlukan sebagai alat untuk melaksanakan berbagai pelayanan publik di daerah, juga sebagai alat bagi 1 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada,2011,hlm.17

masyarakat untuk dapat berperan secara aktif dalam menentukan arah hidupnya sendiri selaras dengan peluang dan tantangan yang dihadapi dan tetap menjunjung dan mendukung kepentingan pembangunan daerah. Desentralisasi mencakup pelimpahan tanggung jawab fiskal, politik, dan administrasi kebijakan. Pemberian kewenangan otonomi kepada daerah berdasarkan kepada asas desentralisasi dalam wujud otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab, khususnya di Indonesia tertuang dalam undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Kewenangan otonomi yang luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup semua bidang kecuali kewenangan di bidang Politik Luar Negeri, Pertahanan keamanan, Peradilan, Moneter dan fiskal, agama serta kewenangan lainnya yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Pelaksanaan otonomi yang nyata dengan terciptanya keleluasaan daerah seperti tersebut diperlukan untuk mendukung tumbuh kembang pembangunan di daerah. Otonomi yang bertanggungjawab atas pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang diemban dituntut guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik. Sistim pembagian kekuasaan dalam rangka penyerahan kekuasaan dalam rangka penyerahan kewenangan otonomi daerah, antara negara yang satu dengan negara yang lain tidak sama termasuk Indonesia yang secara legal konstitusional menganut negara kesatuan. Agar pendanaan penyelenggaraan pemerintahan terlaksana secara efisien dan efektif serta untuk mencegah tumpang tindih ataupun tidak tersedianya pendanaan pada suatu bidang pemerintahan, diatur pendanaan penyelenggaraan pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dibiayai dari APBD, sedangkan penyelenggaraan kewenangan yang menjadi tanggung jawab pemerintah dibiayai dari APBN, baik kewenangan pusat yang

didekonsentrasikan kepada gubernur atau ditugaskan kepada pemerintahan daerah dan/atau desa atau sebutan lainnya dalam rangka tugas pembantuan. Untuk bisa menjalankan tugas dan fungsi yang dimilikinya, keberadaan dan hubungan pengaruh yang kuat antara keuangan daerah dengan pembangunan daerah dan pelaksana otonomi, merupakan masalah yang pelik yang dihadapi oleh hampir semua negara berkembang.undang- Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pun juga menyadari pentingnya hal keuangan daerah ini untuk diatur. Adapun sumber pendapan daerah antara lain: 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri atas: a. Hasil pajak daerah b. Hasil retribusi daerah a. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,dan b. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. 2. Dana perimbangan 3. Pinjaman daerah,dan 4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah 2 Di Indonesia pajak daerah dan retribusi daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembanguan daerah, keuangan daerah lebih banyak ditentukan oleh kemampuan daerah dalam mengelola sumber pendapatan asli daerah melalui pajak dan 2 Adrian Sutedi, Implikasi Hukum Atas Sumber Pembiayaan Daerah Dalam Kerangka Otonomi Daerah, Sinar Grafika, 2009, hlm.4

retribusi guna membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Kebebasan untuk mengelola sumber-sumber potensi dan menentukan arah penggunaannya sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat tanpa adanya intervensi pemerintah pusat akan meningkatkan kreativitas pemerintah daerah dalam menggali sumber yang potensial dan meningkatkan efektifitas, efisiensi dalam penggunaannya. Sejalan dengan tuntutan kemajuan dunia yang menuju era globalisasi ini peningkatan wawasan dan pendidikan masyarakat di suatu daerah akan menciptakan situasi dimana masyarakat akan menuntut peningkatan kualitas pelayanan dari pemerintah. Di dalam negara kesatuan, tergantung kepada sistem dan hakekat politik pemerintah dalam memberikan keleluasaan tersebut. Namun betapapun keleluasaan itu diberikan, tidak dapat diartikan adanya kebebasan penuh secara obsolut dari suatu daerah untuk menjalankan hak dan fungsi otonominya menurut kehendaknya tanpa mempertimbangkan kepentingan daerah lain dan kepentingan nasional secara keseluruhan. Keserasian dan keselarasan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah secara otonom dengan kebutuhan masyarakat, merupakan landasan bagi terwujudnya pemerintahan dan pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga terwujud pula peningkatan kualitas pelayanan sebagai diungkap di atas. Sejalan dengan diberikannya kewenangan dan tanggung jawab kepada daerah kabupaten dalam mengurus rumah tangganya sendiri, maka akan semakin meningkat interaksi langsung antara aparat pemerintah dengan masyarakat. Aparat dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan. Di samping memberikan pelayanan, aparat pemerintah juga dituntut untuk dapat memiliki kemampuan dalam mengembangkan daerahnya baik dalam merencanakan maupun melaksanakan pembangunan di daerah.

Oleh karena adanya perubahan sumber dana pembangunan dan pembiayaan kegiatan pemerintah daerah karena pelaksanaan otonomi, maka pemerintah daerah perlu memperhatikan faktor pendukung pelaksanaan otonomi diantaranya: 1. Ketersediaan sumber daya manusia yang memadai, khususnya aparatur pemerintah daerah dan masyarakat; 2. Potensi ekonomi daerah sebagai sumber pendapatannya sendiri; 3. Kemampuan pengelolaan keuangan daerah; dan 4. Kemantapan institusi di daerah. Kemandirian daerah merupakan tuntutan yang tidak dapat dielakkan mengingat gejala globalisasi dalam segala aspek kehidupan menuntut bahwa tidak hanya satu negara namun juga daerah dan bahkan individu harus berpikir global. Kemandirian keuangan daerah tampaknya tidak diartikan bahwa setiap tingkat pemerintahan daerah otonomi harus dapat membiayai seluruh keperluannya dari pendapatan asli daerah (PAD), tetapi hanya merupakan salah satu komponen sumber penerimaan daerah, di samping penerimaan lainnya yang berupa Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan Lain-lain PAD yang dipisahkan. Kota Bukittinggi sebagai salah satu daerah otonom yang berada di wilayah Provinsi Sumatera Barat yang terus mengolah dan menggali potensi-potensi keuangan daerah agar dapat menerima Pendapatan Asli Daerah yang salah satunya melalui Retribusi Daerah. Untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah, salah satu alternatifnya adalah dari penerimaan retribusi terminal. Retibusi terminal di Kota Bukitinggi diatur dalam Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 5 Tahun 2011 tentang Retribusi Terminal. Retribusi terminal termasuk kedalam jenis retribusi jasa usaha yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karna pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta,

diatur dalam Pasal 127 huruf d Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Retribusi terminal dapat diandalkan dan ditingkatkan penerimaannya di Kota Bukittinggi untuk tahun-tahun kedepan, mengingat potensi pariwisata dan perdagangan yang dimiliki oleh kota ini sehingga pihak pengusaha serta para pedagang dari luar kota Bukittinggi berlomba-lomba datang untuk berkunjung sekaligus berbelanja, menggunakan kendaraan, selain itu kota Bukittinggi yang menjadi sentra perdagangan atau yang lebih dikenal dengan Tanah Abang kedua juga menjadi daerah perlintasan baik kendaraan yang datang dari bagian Utara Sumatera maupun bagian Timur juga daerah lainnya yang membayar retribusi. Dalam hal tersebut kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi menjadi sangat penting mengingat retribusi menjadi sumber penerimaan langsung bagi daerah. Oleh karena itu permasalahan pemungutan retribusi di daerah menjadi hal yang menarik untuk dikaji. Karena kenyataan menunjukan bahwa retribusi daerah masih menghadapi berbagai masalah. Termasuk dalam pemungutan retribusi terminal sehingga mempengaruhi pencapaian target pemungutan. Salah satu fenomena yang sering dijumpai dalam hal yang terkait dengan retribusi terminal adalah munculnya terminal bayangan diberbagai tempat selain dari terminal resmi yang disediakan pemerintah dalam hal ini seperti yang terjadi di sekitar terminal dan parkir Simpang Aur Bukittinggi banyaknya bus yang memarkir serta mengisi penumpang diluar areal terminal. Tidak teraturnya proses pemungutan serta ketidak patuhan pembayar retribusi dalam hal ini adalah supir bus yang tidak mematuhi rambu jalan yang sudah dipasang petugas Dishubkominfo sehingga tidak melewati terminal. Keterbatasan wewenang dari Dishubkoinfo sendiri untuk penindak pengendara angkutan umum khususnya supir bus yang nakal setelah keluarnya Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan, serta kerjasama antar Aparat Kota yang belum

solid. Permasalahan ini menyebabkan target pemungutan tidak tercapai sehingga mengakibatkan kurangnya pemasukan asli daerah kota Bukittinggi. Munculnya fenomena ini tentu dilatarbelakangi oleh berbagai faktor baik dari pihak pemerintah (pengelola terminal resmi) maupun dari pihak masyarakat pengguna layanan terminal. Dengan adanya berbagai hal yang telah diuraikan diatas, maka dari itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang masalah tersebut dengan judul PEMUNGUTAN RETRIBUSI TERMINAL OLEH DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (DISHUBKOMINFO) DI UNIT PELAKSANAAN TEKNIS DAERAH (UPTD) TERMINAL DAN PARKIR SIMPANG AUR BUKITTINGGI. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dirumuskan diatas, maka ada beberapa permasalahan yang ingin penulis ketahui jawabannya melalui penelitian, yaitu: 1. Bagaimana pelaksanaan pemungutan retribusi terminal oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) di Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Terminal dan Parkir Simpang Aur Bukittinggi? 2. Apa saja kendala dalam pemungutan retribusi terminal oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) di Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Terminal dan Parkir Simpang Aur Bukittinggi sebagai sarana Pendapatan Asli Daerah? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemungutan retribusi terminal oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) di Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Terminal dan Parkir Simpang Aur Bukittinggi 2. Untuk mengetahui kendala didalam pemungutan retribusi terminal oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) di Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Terminal dan Parkir Simpang Aur Bukittinggi sebagai sarana Pendapatan Asli Daerah D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis a. Untuk melatih kemampuan penulis secara ilmiah yang dituangkan dalam bentuk karya ilmiah berupa proposal. b. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapat selama kuliah di Fakultas Hukum Universitas Andalas c. Untuk menambah wawasan dan memperkuat pengetahuan tentang permasalahan yang dikaji. d. Untuk lebih memperkaya khasanah ilmu pengetahuan baik di bidang hukum pada umumnya maupun dibidang hukum administratif pada khususnya. 2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis sendiri serta dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi seluruh pihak-pihak yang terkait dalam hal ini baik masyarakat, pemerintah maupun para penegak hukum khususnya bagi pihak-pihak terkait dalam permasalahan yang dikaji sehubungan dengan upaya meningkatkan pemungutan retribusi terminal E. Metode Penelitian Metode penelitian adalah segala aktivitas seseorang untuk menjawab permasalahan hukum yang bersifat akademik dan praktisi, baik yang bersifat asas-asas hukum, norma-norma hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, maupun yang berkenaan dengan kenyataan hukum dalam masyarakat. Oleh karena itu metode yang diterapkan harus sesuaikan dengan ilmu pengetahuan dan sejalan dengan objek yang diteliti. Penelitian ini dilakukan di Kota Bukittinggi. Untuk memperoleh data yang maksimal dalam penelitian dan penulisan ini sehingga tercapai tujuan yang diharapkan maka, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Pendekatan Masalah Metode pendekatan masalah dilakukan pada penelitian ini ialah metode Pendekatan Yuridis Empiris, yaitu suatu penelitian yang menekankan pada peraturan-peraturan hukum yang berlaku serta dalam hal ini penelitian dilakukan dengan berawal terhadap data sekunder yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di lapangan. 3 2. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analisis yaitu penelitian yang menggambarkan data tentang suatu keadaan atau gejala-gejala sosial yang berkembang ditengah-tengah 3 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta:Rajawali pers, 2006, hlm.75

masyarakat sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran yang menyeluruh, lengkap dan sistematis tentang objek penelitian. 4 3. Sumber dan Jenis Data a. Sumber Data 1. Penilitian lapangan yang diperlukan sebagai data penunjang diperoleh melalui informasi dan pendapat-pendapat dari responden yang ditentukan secara purposive sampling 5 (ditentukan oleh peneliti berdasarkan kemauannya). 2. Penelitian Kepustakaan Data kepustakaan yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen resmi, publikasi, dan hasil penelitian. Studi kepustakaan dilakukan di beberapa tempat, yaitu Pustaka Pusat Universitas Andalas, Pustaka Fakultas Hukum Universitas Andalas, Perpustakaan Proklamator Bung Hatta maupun sumber dan bahan bacaan lainnya. b. Jenis Data 1. Data Primer Data primer (primary data atau basic data) merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber pertama di lapangan. Semua Keterangan untuk pertama kalinya dicatat oleh peneliti. Pada permulaan penelitian belum ada data yang ditemukan oleh peneliti yang pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya. 6 4 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1984, hlm.10 5 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,Jakarta,Rajagrafindo Persada,2004,hlm.106 6 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafindo, 2010, hlm. 11

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran data yang dibutuhkan mengenai sistem pemungutan, target dan realisasi penerimaan retribusi terminal Kota Bukittinggi sebagai sarana pendapatan asli daerah. Adapun responden penelitian ini adalah Kepala UPTD Terminal dan Parkir Dishubkominfo Kota Bukitinggi, pemungut retribusi terminal dan yang dipungut retribusi terminal. 2. Data Sekunder Data sekunder (secondary data) adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan (library research) antara lain mencakup dokumen resmi, bukubuku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya. 7 Data sekunder digolongkan menjadi bahan hukum yang terdiri dari: a. Bahan hukum primer 1. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah 2. Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan. 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan. 5. Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan. 7 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hlm. 30

6. Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Retribusi Terminal. 7. SK Walikota Bukittinggi nomor.188.45-87-2016 tentang Pembentukan Satuan Kerja Keamanan dan Ketertiban Kota Bukittinggi tahun 2016. b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, misalnya Rancangan Undang-Undang (RUU), Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP), hasil penelitian (hukum), hasil karya (ilmiah) dari kalangan hukum, dan sebagainya. 8 c. Bahan hukum tersier Bahan hukum tersier yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukumprimer dan sekunder, misalnya: kamuskamus (hukum), ensiklopedia, indek kumulatif, dan sebagainya. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penulisan ini adalah : a. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara lisan guna memperoleh informasi dari responden yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti oleh penulis di lapangan. 9 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara semi terstruktur, karena dalam penelitian ini terdapat beberapa pertanyaan akan peneliti tanyakan kepada narasumber, 8 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm.114. 9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-PREES, 2008, hlm.196.

dimana pertanyaan-pertanyaan tersebut terlebih dahulu penulis siapkan dalam bentuk point-point. Namun tidak tertutup kemungkinan di lapangan nanti penulis akan menanyakan pertanyaan pertanyaan baru setelah melakukan wawancara dengan narasumber. Wawancara dilakukan pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Bukittinggi dan pembayar retribusi terminal. Penentuan sampel wawancara dengan ditentukan secara purposive sampling 10 (ditentukan oleh peneliti berdasarkan kemauannya), secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. 5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data a. Pengolahan Data 1. Editing, lazimnya editing dilakukan terhadap kuesioner-kuesioner yang disusun terstuktur, dan yang pengisiannya melalui wawancara formal. 2. Tabulasi, pekerjaan yang berhubungan dengan penyusunan data yang telah terkumpul kedalam bentuk tabel, inilah yang biasanya disebut tabulasi. 11 b. Analisis Data Setelah tahapan diatas dilalui maka penulis akan menganalisa setiap data-data yang sudah diperoleh diatas berdasarkan sifat penelitian ini menggunakan metode penelitian bersifat deskriptif analisis, analisis data yang digunakan adalah kualitatif terhadap data primer dan data sekunder. Analisis Kualitatif dilakukan terhadap data yang berbentuk tabulasi saja. Deskriptif tersebut 10 Amiruddin dan Zainal Asikin, Op.cit. 11 Soerjono Soekanto, Op.cit, hlm. 74

meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan kajian rujukan dalam menyelesaikan permaslahan hukum yang menjadi objek kajian. 12 12 Ibid, hlm.107