BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sering diartikan dengan proses atau kegiatan belajar mengajar, namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dituangkan melalui instrumen atau suara dengan unsur dasar melodi,

2015 PENGARUH LATIHAN ANGKLUNG TERHADAP PENGETAHUAN TANGGA NADA DIATONIS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erma Setiasih, 2013

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hana Haniefah Latiefah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asep Zuhairi Saputra, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

Menurut Jhonson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa. simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada arti yang sama yaitu mereka yang kecerdasannya dibawah rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. sejajar atau menyeluruh agar dapat menghasilkan insan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Desi Nurdianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu yang sangat penting dalam dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. terpadu (integrated learning) yang menggunakan tema untuk mengaitkan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kecerdasan intelektual yang berada di bawah rata-rata dan

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang

BAB I PENDAHULUAN. menangani anak-anak berkebutuhan khusus, termasuk anak tunagrahita ringan

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifit Triana Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika mempunyai peran penting dalam berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar tidak dilatih untuk berekspresi secara bebas dan terlalu lama dibiasakan

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan salah satu jenis anak berkesulitan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta. didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompetensi di

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita ringan merupakan kelompok anak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. siswa, serta memberikan sikap-sikap atau emosional yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. yang mendengarkan alunan musik selalu menggerak-gerakan anggota. Tuhan yang diberikan kepada seluruh manusia tanpa membedakan jenis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemajuan perkembangan zaman yang begitu cepat dan pesat terutama

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. yang menangani anak berkebutuhan khusus, termasuk di dalamnya yaitu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

ANALISIS KESULITAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI PENJUMLAHAN DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) HARAPAN IBU METRO

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa adalah keberhasilan pendidikan dari bangsa itu sendiri. Jika seorang guru

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Guru adalah orang yang memiliki kemampuan merencanakan program

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita perlu diberikan pelajaran yang sama seperti anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan secara terus menerus oleh setiap diri

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik dan mental. Dan tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan atau mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran kemudian diterjemahkan oleh guru dalam. sekolah-sekolah sering kita jumpai beberapa masalah. Para siswa memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecerdasan yang seimbang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena melalui pendidikanlah manusia dapat berdaya guna dan. mengembangkan ilmu pengetahuan menjadi teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. dan musik meningkatkan mutu hidup manusia. (dalam Anggraeni, 2005)

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan anak yang mengalami gangguan dalam. kecerdasan yang rendah. Gangguan perkembangan tersebut akan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah upaya membantu peserta didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Hal ini tidak hanya berlaku bagi anak-anak dengan kemampuan normal, tetapi juga berlaku bagi anak-anak berkebutuhan khusus, salah satunya adalah anak tunagrahita. Saat ini sudah banyak sekolah yang bertujuan untuk mendidik anak-anak tunagrahita. Perlakuan yang diberikan kepada anak tunagrahita jelas berbeda dengan anak normal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Menurut Kemis dan Ronawati (2013), penggolongan anak tunagrahita dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti tingkat intelektualitas, medis-biologis dan sosial-psikologis. Pada tingkat intelektualitas, anak tunagrahita dibagi menjadi 4 bagian, yaitu taraf perbatas dengan IQ 70-85, tunagrahita mampu didik dengan IQ 50-75, tunagrahita mampu latih dengan IQ 30-50 dan tunagrahita butuh rawat dengan IQ di bawah 25. Ditinjau dari aspek medis-biologis, anak tunagrahita dibagi menjadi 4 bagian, yaitu tunagrahita taraf perbatasan dengan IQ 68-85, tunagrahita ringan dengan IQ 52-67, tunagrahita sedang dengan IQ 36-51 dan tunagrahita sangat berat dengan IQ kurang dari 20. Dari aspek sosial-psikologis, anak tunagrahita dibagi menjadi 4 bagian, yaitu tunagrahita ringan dengan IQ 55-69, tunagrahita sedang dengan IQ 40-54, tunagrahita berat dengan IQ 20-39 dan tunagrahita sangat berat dengan IQ di bawah 20. Dari keempat kelompok anak tunagrahita tersebut, kelompok anak tunagrahita ringan menjadi fokus dalam penelitian ini. Anak tunagrahita ringan adalah anak yang mengalami hambatan dalam berbagai aspek seperti kemampuan mental, bahasa, motorik, emosi dan sosial. Anak tunagrahita ringan memiliki IQ 52-67 dan tergolong anak tunagrahita mampu didik. Dengan IQ 52-67, anak tunagrahita ringan kurang mampu dalam hal-hal yang abstrak dan bersifat hafalan. Anak tunagrahita ringan kurang mampu memusatkan perhatian dan mengikuti petunjuk. Mereka juga cenderung cepat 1

lupa, cenderung pemalu, kurang kreatif dan inisiatif, perbendaharaan kata yang terbatas, dan memerlukan tempo belajar yang relatif lama (Widjaya, 2013). Keterbatasan yang dimiliki anak tunagrahita ringan menunjukkan adanya kesulitan dalam mengikuti pelajaran-pelajaran akademik termasuk matematika. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika kelas VII di SMPLB Putra Jaya Malang pada hari Senin, 05 Agustus 2014, terdapat 3 peserta didik tunagrahita ringan di kelas tersebut. Selama ini pembelajaran operasi hitung dilakukan dengan menghubungkan materi pelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga peserta didik tunagrahita tersebut memiliki sifat dan respon yang berbeda ketika menerima pelajaran. Ada peserta didik yang mampu merespon pelajaran dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan mau mengikuti apa yang dikatakan oleh guru mata pelajaran, tetapi ada juga peserta didik yang hanya diam selama proses pembelajaran. Meskipun memiliki sifat dan respon yang berbeda selama mengikuti proses pembelajaran, tetapi ketiga peserta didik tersebut memiliki hambatan yang sama. Hal ini ditunjukkan dengan dijumpainya berbagai kesulitan atau kekurangpahaman tentang: (1) simbol/lambang bilangan, (2) makna bilangan, (3) nilai tempat, (4) perhitungan, dan (5) proses perhitungan. Ketika diberikan soal berapa hasil dari 11 + 3 peserta didik bingung untuk mengerjakan karena tidak tahu konsep penjumlahan. Ada juga peserta didik yang dapat menjawab benar 11 + 3 = 14, tetapi tidak dapat menulis jawaban dengan benar karena tidak hafal simbol matematika. Bahkan ada yang menulis 41 dikarenakan tidak tahu nilai tempat dan makna bilangan. Peserta didik cenderung susah mengingat pelajaran yang telah diberikan. Ketika pada pertemuan selanjutnya peserta didik ditanya atau diberikan soal yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya, mereka akan kesulitan untuk mengerjakan. Hal tersebut membuat guru harus mengulang materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Kesulitan belajar matematika ini disebut diskalkulia (discalculis). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan saraf pusat. Hambatan dari ketiga peserta didik tunagrahita di kelas VII SMPLB Putra Jaya Malang sesuai dengan hambatan belajar matematika yang disampaikan oleh Widjaya (2013) antara lain : (a) anak 2

tunagrahita sulit untuk menyebutkan bilangan secara berurutan, seperti bilangan 1-20 ada yang bisa menyebutkan secara berurutan tetapi bilangan 20 tidak disebut melainkan setelah bilangan 19 mereka menyebutkan bilangan 10, (b) mengoperasikan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, (c) memecahkan masalah matematika. Peran guru sangat penting dalam upaya memperbaiki masalah belajar pada anak tunagrahita. Guru harus memperhatikan bagaimana cara memunculkan motivasi dari dalam diri peserta didik agar tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Tidak hanya sekedar tertarik tetapi juga memudahkan peserta didik untuk mengingat pelajaran dengan cara yang menyenangkan. Hal ini secara otomatis akan meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap pelajaran matematika yang diberikan. Guru bisa mengangkat salah satu atau bahkan lebih dari kekurangan yang dimiliki peserta didik dan menjadikannya sebagai pusat perbaikan. Misal, dengan menerapkan pembelajaran diskografi, guru dapat memperbaiki kekurangan mereka dalam hal memusatkan perhatian, cenderung cepat lupa, kurang kreatif, dan tempo belajar yang relatif lama. Diskografi adalah studi dan pencatatan rinci tentang rekaman suara, rekaman suara atau jenis lagu selalu dihubungkan dengan informasi atau konsep sederhana yang tengah dipelajari. Sedangkan pembelajaran diskografi adalah pembelajaran yang memadukan materi pelajaran dengan sebuah lagu yang sering didengar oleh peserta didik (Yaumi, 2012). Guru bisa mengubah lirik sebuah lagu menjadi materi matematika yang akan dipelajari. Hal ini akan memudahkan peserta didik untuk mengingat pelajaran matematika yang diberikan, menjadikan peserta didik lebih kreatif dan aktif, dapat memusatkan perhatian peserta didik yang akan berpengaruh pada cepatnya proses belajar. Karena kebanyakan anak-anak suka bernyanyi, diskografi juga salah satu cara untuk menghilangkan rasa bosan pada peserta didik selama pembelajaran dan dapat mengubah pandangan tentang matematika yang sulit untuk dipelajari. 3

1.2 Rumusan Masalah Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki keterbatasan dari segi mental dan intelektual. Anak tunagrahita memiliki IQ di bawah rata-rata yaitu di bawah 84. Salah satu golongan anak tunagrahita adalah anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita ringan memiliki IQ 52-67 dan termasuk anak tunagrahita mampu didik. Dengan memiliki IQ di bawah rata-rata, anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam belajar. Perlu adanya inovasi pembelajaran untuk anak tunagrahita ringan sehingga dapat mengurangi kesulitan belajar mereka. Diskografi bisa menjadi salah satu alternatif pembelajaran untuk anak tunagrahita ringan. Diskografi adalah studi dan pencatatan rinci tentang rekaman suara yang selalu dihubungkan dengan informasi atau konsep sederhana yang sedang dipelajari. Lirik sebuah lagu dapat dirubah menjadi suatu konsep sederhana yang dapat memudahkan peserta didik untuk mengingat konsep pelajaran. Pembelajaran diskografi belum pernah diterapkan sebelumnya pada anak tunagrahita ringan kelas VII SMPLB Putra Jaya Malang dengan materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif. Dari uraian tersebut, peneliti melakukan pengkajian terhadap dua permasalahan pokok sebagai berikut. a) Bagaimana penerapan pembelajaran diskografi untuk anak tunagrahita ringan kelas VII SMPLB Putra Jaya Malang pada materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif? b) Bagaimana hasil belajar anak tunagrahita ringan kelas VII SMPLB Putra Jaya Malang pada materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif setelah diterapkan pembelajaran diskografi? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa tujuan tentang pembelajaran diskografi untuk anak tunagrahita ringan. Pembelajaran diskografi menjadi salah satu alternatif pembelajaran untuk anak tunagrahita ringan di SMPLB Putra Jaya Malang pada materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif. Maka tujuan pada penelitian ini adalah : 4

a) mendeskripsikan penerapan pembelajaran diskografi untuk anak tunagrahita ringan kelas VII SMPLB Putra Jaya Malang pada materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif. b) mendeskripsikan hasil belajar anak tunagrahita ringan kelas VII SMPLB Putra Jaya Malang pada materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif setelah diterapkan pembelajaran diskografi. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini adalah penerapan pembelajaran diskografi pada anak tunagrahita ringan kelas VII SMPLB Putra Jaya Malang pada materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif. Pembelajaran diskografi ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat teoritis dan manfaat praktis dari penelitian ini, antara lain : a) Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini untuk mengkaji pentingnya variasi pembelajaran dalam penyampaian materi matematika terhadap peserta didik tunagrahita. b) Manfaat Praktis Bagi peserta didik, penelitian ini bermanfaat untuk memudahkan peserta didik dalam menghafal simbol/lambang, makna bilangan, perhitungan dan proses perhitungan. Memberikan pembelajaran matematika yang lebih menyenangkan bagi peserta didik. Bagi Pendidik dan Peneliti, penelitian ini dapat membantu meningkatkan pengalaman dan pengetahuan tentang variasi pembelajaran yang dapat digunakan pada peserta didik tunagrahita ringan, salah satunya adalah pembelajaran diskografi. Dan juga sebagai bahan masukan dan perbaikan dalam mempersiapkan rencana pembelajaran, supaya lebih kreatif, terampil dan menarik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Bagi Sekolah, penelitian ini dapat membantu meningkatkan kreativitas pembelajaran di sekolah. Dan juga mampu mendorong untuk selalu mengadakan pembaharuan dalam proses pembelajaran ke arah yang lebih baik 5

1.5 Pembatasan Masalah Agar pembahasan tidak terlalu meluas, maka perlu diberikan batasan masalah. Penelitian ini difokuskan pada masalah-masalah pokok sebagai berikut. a) Penelitian ini dilakukan pada anak tunagrahita ringan kelas VII SMPLB Putra Jaya Malang. b) Penerapan pembelajaran diskografi dilakukan dalam proses belajar operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif c) Ruang lingkup masalah dibatasi pada penerapan pembelajaran diskografi dan hasil belajar anak tunagrahita ringan pada materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif. 1.6 Definisi Operasional Definisi operasional di dalam sebuah penelitian bertujuan untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah yang berkaitan dengan judul penelitian. Dari judul penelitian Pembelajaran Diskografi Untuk Anak Tunagrahita Kelas VII SMPLB Putra Jaya Malang diberikan definisi operasional sebagai berikut. a) Pembelajaran Pembelajaran dapat diartikan sebagai aktivitas individu yang dikelola dengan tujuan untuk memperbaiki keterampilan, pengetahuan dan kompetensi. Pembelajaran juga dipahami sebagai tugas-tugas yang dirancang secara khusus untuk memperbaiki hasil belajar peserta didik. b) Diskografi Diskografi adalah studi dan pencatatan rinci tentang rekaman suara, rekaman suara atau jenis lagu selalu dihubungkan dengan informasi atau konsep sederhana yang tengah dipelajari. Ada dua cara mengembangkan kecerdasan melalui musik pada anak. Pertama Konsep musikal, nada dan lirik musik yang digunakan sebagai alat kreatif untuk mengekspresikan konsep, pola, atau skema pelajaran. Kedua Musik suasana, gunakan rekaman musik yang membangun suasana yang cocok untuk pelajaran atau pengembangan tertentu. 6

c) Tunagrahita Tunagrahita adalah anak yang mempunyai kekurangan atau keterbatasan, dari segi mental dan intelektual. Anak tunagrahita memiliki IQ di bawah rata-rata normal yaitu di bawah 84. Dengan memiliki IQ di bawah 84 anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial dan memerlukan layanan pendidikan khusus. Sedangkan tunagrahita ringan adalah anak dengan IQ 52-67 dan termasuk dalam tunagrahita mampu didik. 7