2016, No Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 185,

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014

2016, No untuk Mengikuti Pendidikan Akademi Militer di Luar Negeri; Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3432); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun

2011, No.80 2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentan

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamba

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTAHANAN TENTANG PENYUSUNAN KESEPAKATAN BERSAMA DAN PERJANJIAN KERJA SAMA DI LINGKUNGAN

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Perizinan. Luar Negeri. Penugasan. Pencabutan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2012 TENTANG

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemba

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1976 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699,2012

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Te

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

2016, No Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran Republik Ind

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

2017, No Milik Negara Selain Tanah dan/atau Bangunan di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia; Mengingat : 1. Undan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG DIDIRIKAN OLEH WARGA NEGARA ASING

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 RB/10/2011 tanggal 11 Oktober 2011 dan Nomor B/1331/M.PAN-RB/3/2014 tanggal 26 Maret 2014 serta berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Perekonomian selaku Ketua Pengarah Tim Koordinasi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove Nasional; c. bahwa berdasarkan pertimbanga

2016, No Nomor 293, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5602); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGHASILAN,

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasi

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN VIP ROOM BANDARA INTERNASIONAL I GUSTI NGURAH RAI

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

2016, No Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG

2018, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 ten

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Kepemimpinan Tingkat I, Tingkat II, Tingkat III, Tingkat IV, Prajabatan Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III Serta Prajabatan Calon

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

2 Tahun 2009 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035); 2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan (Lembaran Ne

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemba

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

2018, No Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Organi

2 Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Le

2017, No Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi tentang Penetapan Rencana Strategis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

2018, No Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141 TAHUN 1999 TENTANG SEKRETARIAT PRESIDEN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183); 4. Peraturan Pemerintah Nomor

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional;

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2- Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nom

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG PEMBERIAN BEASISWA KEPADATARUNA/TARUNI AKADEMI TENTARA NASIONAL INDONESIA UNTUK MENGIKUTI PENDIDIKAN AKADEMI MILITER DI LUAR NEGERI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 246/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA

2017, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lemb

2017, No Kerja Kejaksaan Republik Indonesia Tahun 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Neg

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lem

2017, No Peraturan Presiden Nomor 130 Tahun 2017 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (

2018, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 246/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA

2017, No Negara Bukan Pajak yang Berasal dari Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Fungsional pada Lembaga Administrasi Negara tidak sesuai lagi

Transkripsi:

No.374, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Tamu. Penerimaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENERIMAAN TAMU LUAR NEGERI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka penerimaan tamu luar negeri di lingkungan Kementerian Pertahanan diperlukan pengaturan sebagai pedoman penyelenggaraannya agar berjalan dengan tertib, aman, lancar, dan menjamin penghormatan sesuai kedudukan tamu luar negeri selaras dengan norma dan kebiasaan dalam tata pergaulan internasional; b. bahwa Peraturan Menteri Pertahanan Nomor: PER/01/M/III/2007 tentang Penerimaan Tamu Luar Negeri di Lingkungan Departemen Pertahanan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertahanan tentang Penerimaan Tamu Luar Negeri di Lingkungan Kementerian Pertahanan;

2016, No.374-2- Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5166); 5. Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertahanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 102); 6. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 41 Tahun 2008 tentang Peraturan Urusan Dinas Dalam Khusus Departemen Pertahanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 119); MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI PERTAHANAN TENTANG PENERIMAAN TAMU LUAR NEGERI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Tamu Luar Negeri adalah Warga Negara Asing (WNA) negara sahabat yang melaksanakan kunjungan kepada

-3-2016, No.374 pejabat di lingkungan Kementerian Pertahanan secara perorangan atau rombongan atas nama negara/pemerintahan/organisasi internasional/ lembaga pendidikan/badan usaha/organisasi resmi lainnya atau pribadi yang telah mendapatkan persetujuan untuk memasuki wilayah Republik Indonesia. 2. Undangan Resmi adalah undangan pejabat Kemhan yang disampaikan melalui surat resmi (official letter) kepada pejabat negara/pemerintahan/organisasi internasional/badan usaha atau pribadi untuk melaksanakan kunjungan ke lingkungan Kementerian Pertahanan. 3. Kunjungan Kehormatan (Courtessy Call) adalah pertemuan resmi yang dilakukan Tamu Luar Negeri yang bersifat simbolik dengan maksud untuk memperkenalkan diri atau berpamitan maupun mempererat hubungan baik namun tidak secara khusus membahas hal tertentu secara mendalam. 4. Keprotokolan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi tata tempat, tata upacara, dan tata penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara, pemerintahan, atau masyarakat. 5. Mitra Tetap adalah Tamu Luar Negeri yang memiliki ikatan kerja untuk melaksanakan kegiatan tertentu dengan Kementerian Pertahanan yang melakukan interaksi secara berulang dengan pejabat Kementerian Pertahanan dalam kurun waktu tertentu. 6. Tata Tempat adalah pengaturan tempat bagi Tamu Luar Negeri dalam kegiatan penerimaan tamu. 7. Tata Upacara adalah aturan untuk melaksanakan upacara yang menjadi bagian dari kegiatan penerimaan tamu.

2016, No.374-4- 8. Tata Penghormatan adalah aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi Tamu Luar Negeri. 9. Kementerian Pertahanan yang selanjutnya disebut Kemhan adalah unsur pelaksana pemerintah di bidang pertahanan yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan. 10. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan. 11. Pejabat Kementerian Pertahanan yang selanjutnya disebut Pejabat Kemhan adalah pegawai Kementerian Pertahanan yang menduduki jabatan dalam organisasi Kementerian Pertahanan paling rendah eselon III. 12. Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah unit satuan pengelola Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang ditetapkan Menteri untuk mengelola keuangan dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja Kementerian Pertahanan. 13. Surat Keterangan Security Clearence yang selanjutnya disebut Security Clearence adalah suatu bentuk izin tertulis bagi warga negara asing baik militer maupun sipil yang dikeluarkan oleh Asintel Panglima TNI atas nama Panglima TNI yang menyatakan tidak keberatan warga negara asing tersebut melakukan kegiatan berkaitan dengan TNI. 14. Surat Jalan adalah suatu bentuk izin tertulis bagi Tamu Luar Negeri untuk melaksanakan kegiatan di lingkungan Kementerian Pertahanan yang dikeluarkan Dirjen Strahan Kemhan setelah Tamu Luar Negeri dimaksud memperoleh Security Clearence. Pasal 2 (1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman dalam penyelenggaraan penerimaan Tamu Luar Negeri di lingkungan Kemhan; (2) Peraturan Menteri ini bertujuan agar penerimaan Tamu Luar Negeri di lingkungan Kemhan dapat

-5-2016, No.374 dilaksanakan dengan tertib, aman dan lancar serta menjamin penghormatan bagi Tamu Luar Negeri sesuai kedudukannya yang selaras dengan norma, dan/atau kebiasaan dalam tata pergaulan internasional. Pasal 3 Penerimaan Tamu Luar Negeri diselenggarakan berdasarkan asas: a. kebangsaan dan budaya Indonesia yaitu penerimaan Tamu Luar Negeri mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang kebhinekaan dan mengedepankan nilai-nilai budaya Indonesia; b. legitimasi dan sesuai dengan ketentuan dan/atau kebiasaan internasional yang berlaku dalam tata pergaulan internasional, yaitu penerimaan Tamu Luar Negeri di lingkungan Kemhan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia maupun ketentuan dan/atau kebiasaan yang berlaku dalam tata pergaulan internasional; c. keamanan, ketertiban dan kelancaran yaitu penerimaan Tamu Luar Negeri harus menjamin keamanan Tamu Luar Negeri selama berada di Indonesia serta rangkaian kegiatannya dapat terselenggara dengan tertib dan lancar; dan d. timbal balik (reciprocal) yaitu Tamu Luar Negeri menerima perlakuan yang setimpal atau setara dengan perlakuan yang diterima pejabat Kemhan pada saat melaksanakan kunjungan ke negera lain. Pasal 4 Penerimaan Tamu Luar Negeri merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk menerima Tamu Luar Negeri dengan mempedomani kaidah, norma, dan kebiasaan dalam tata pergaulan internasional dalam rangka memelihara dan meningkatkan hubungan kerja sama internasional di bidang pertahanan.

2016, No.374-6- Pasal 5 Kunjungan Tamu Luar Negeri ke lingkungan Kemhan didasarkan pada: a. undangan resmi pejabat Kemhan; b. permintaan pihak Tamu Luar Negeri; dan c. adanya ikatan kerja dengan pihak Kemhan untuk melaksanakan kegiatan tertentu sebagai mitra tetap. BAB II PENGGOLONGAN KUNJUNGAN DAN KLASIFIKASI TAMU Pasal 6 Kunjungan Tamu Luar Negeri digolongkan menjadi: a. kunjungan kepada Menteri/Sekjen Kemhan; dan b. kunjungan kepada selain Menteri/Sekjen Kemhan. Pasal 7 (1) Klasifikasi Tamu Luar Negeri terdiri atas: a. klasifikasi A; b. klasifikasi B; c. klasifikasi C; dan d. klasifikasi D. (2) Tamu Luar Negeri dengan klasifikasi A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu Menteri/Wakil Menteri Pertahanan atau yang disamakan dengan Menteri Pertahanan yang berkunjung kepada Menteri. (3) Tamu Luar Negeri dengan klasifikasi B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas: a. Tamu Luar Negeri dengan klasifikasi B1 yaitu pejabat yang disamakan dengan Sekjen Kemhan yang berkunjung kepada Menteri/Sekjen Kemhan. b. Tamu Luar Negeri dengan klasifikasi B2 yang berkunjung kepada Menteri/Sekjen Kemhan yaitu:

-7-2016, No.374 1. Menteri /Wakil Menteri selain Menteri/ Wakil Menteri Pertahanan; 2. Pemimpin Organisasi Internasional; 3. Panglima Angkatan Bersenjata; 4. Kepala Staf Angkatan; 5. Duta Besar/Kepala Perwakilan Negara Asing dan Organisasi Internasional; 6. Pejabat negara; dan 7. Pejabat pemerintahan setingkat eselon I. (4) Tamu Luar Negeri dengan klasifikasi C sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yang berkunjung kepada Menteri/Sekjen Kemhan yaitu: a. Atase Pertahanan; b. utusan badan usaha, lembaga pemerintah, dan organisasi resmi lainnya; dan c. perorangan. (5) Tamu Luar Negeri dengan klasifikasi D sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d yang berkunjung kepada selain Menteri/Sekjen Kemhan yaitu: a. Pejabat negara; b. Pejabat pemerintahan setingkat eselon I; c. Atase Pertahanan; d. utusan badan usaha, lembaga pemerintah, dan organisasi resmi lainnya; dan e. perorangan. Pasal 8 Tamu Luar Negeri dapat memperoleh pelayanan dan fasilitas sebagai tamu Very Important Person (VIP) yang didasarkan pada pertimbangan kesetaraan jabatan tamu dengan strata jabatan di Indonesia, status sosial, kepantasan sesuai kebiasaan dalam tata pergaulan internasional serta memperhatikan asas timbal balik (reciprocal).

2016, No.374-8- BAB III KETENTUAN PENYELENGGARAAN Bagian Kesatu Persyaratan dan larangan Pasal 9 Tamu Luar Negeri yang masuk wilayah Indonesia harus memenuhi persyaratan keimigrasian: a. memiliki visa yang sah dan masih berlaku, kecuali Tamu Luar Negeri dari negara yang dibebaskan dari kewajiban memiliki visa; b. memiliki dokumen perjalanan yang sah dan masih berlaku; dan c. tidak termasuk dalam daftar penangkalan. Pasal 10 (1) Tamu Luar Negeri tidak diizinkan membawa senjata api. (2) Dalam hal Tamu Luar Negeri meminta izin untuk membawa senjata api harus mengikuti peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Bentuk Kegiatan Pasal 11 Penerimaan Tamu Luar Negeri dilakukan dengan bentuk kegiatan sebagai berikut: a. penjemputan dan pengantaran di Bandara/Lanud dan/atau penyambutan dan pelepasan di Kantor Kemhan; b. upacara kehormatan yang hanya diperuntukkan bagi Tamu Luar Negeri dengan klasifikasi A; c. kunjungan kehormatan (Courtessy Call); d. pertemuan empat mata; e. pertemuan bilateral/trilateral/multilateral/rapat;

-9-2016, No.374 f. penandatanganan nota kesepahaman/kesepakatan/ dokumen kerja sama lainnya; g. penyematan tanda jasa dan/atau tanda kehormatan; h. pernyataan bersama/konferensi pers bersama; i. peletakan karangan bunga di Taman Makam Pahlawan Nasional; j. kunjungan kehormatan kepada Presiden/Wakil Presiden atau pejabat negara/pejabat pemerintahan lainnya; k. kunjungan ke lembaga pendidikan/latihan/litbang, industri pertahanan, lembaga/instansi lainnya; l. jamuan santap siang/malam; m. foto bersama; n. pertemuan informal; o. acara sosial; p. cultural visit/kunjungan budaya; q. spouse program; dan/atau r. bentuk kegiatan lainnya. Pasal 12 Upacara kehormatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b dilaksanakan bagi Tamu Luar Negeri yang baru pertama kali diterima Menteri. Pasal 13 Tata cara pelaksanaan kegiatan Penerimaan Tamu Luar Negeri dengan Klasifikasi A dan Klasifikasi B sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat (3) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Bagian Kedua Pentahapan Penyelenggaraan Pasal 14 Pentahapan penyelenggaraan penerimaan Tamu Luar Negeri meliputi: a. tahap perencanaan; b. tahap persiapan;

2016, No.374-10- c. tahap pelaksanaan; dan d. tahap pengakhiran. Paragraf 1 Tahap Perencanaan Pasal 15 Penyelenggaraan penerimaan Tamu Luar Negeri pada tahap perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a meliputi: a. koordinasi dan kegiatan awal; b. pengurusan Security Clearance dan Surat Jalan; c. pengorganisasian penyelenggara; dan d. pembuatan rencana pelaksanaan kegiatan. Pasal 16 Koordinasi dan kegiatan awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a bagi Tamu Luar Negeri yang berkunjung atas undangan resmi Pejabat Kemhan dilaksanakan dengan kegiatan sebagai berikut: a. Satker terkait berkoordinasi dengan perwakilan negara/organisasi pihak Tamu Luar Negeri yang ada di Indonesia atau dengan bantuan Kantor Athan Republik Indonesia di negara Tamu Luar Negeri tentang tanggapan atas undangan resmi yang dikirimkan pejabat Kemhan; b. setelah adanya persetujuan pihak Tamu Luar Negeri maka Satker terkait melaksanakan koordinasi lanjutan dengan perwakilan negara/organisasi pihak Tamu Luar Negeri yang ada di Indonesia atau dengan bantuan Kantor Perwakilan Republik Indonesia/Kantor Athan Republik Indonesia di negara Tamu Luar Negeri tentang rencana waktu, agenda kegiatan, rombongan tamu yang menyertai serta persyaratan administrasi guna pengurusan Security Clearance.

-11-2016, No.374 Pasal 17 Koordinasi dan kegiatan awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a bagi Tamu Luar Negeri yang berkunjung atas permintaan pihak tamu dilaksanakan dengan kegiatan sebagai berikut: a. Tamu Luar Negeri yang berkepentingan mengirimkan surat resmi tentang permohonan kunjungan paling rendah kepada Kasatker Kemhan dengan tembusan kepada Dirkersin Ditjen Strahan Kemhan; b. dalam hal kedudukan jabatan pemohon setingkat dengan Menteri/Sekjen maka surat permohonan ditujukan langsung kepada Menteri/Sekjen Kemhan; c. surat resmi sebagaimana dimaksud pada huruf a memuat maksud dan tujuan kunjungan serta rencana waktu kunjungan; d. apabila surat resmi tersebut sudah mendapatkan persetujuan pejabat Kemhan yang dituju, selanjutnya Satker terkait melaksanakan koordinasi dengan perwakilan negara/organisasi dari pihak Tamu Luar Negeri yang ada di Indonesia atau dengan bantuan Kantor Perwakilan Republik Indonesia/ Kantor Athan Republik Indonesia di negara Tamu Luar Negeri tentang rencana waktu, agenda kegiatan kunjungan, rombongan tamu yang menyertai serta persyaratan administrasi guna pengurusan Security Clearance. Pasal 18 Pengurusan Security Clearance dan Surat Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Kasatker terkait mengirimkan permohonan penerbitan Security Clearance dilengkapi persyaratan administrasi kepada Dirjen Strahan Kemhan; b. Dirjen Strahan Kemhan mengajukan permohonan penerbitan Security Clearance kepada Panglima TNI, selanjutnya apabila Panglima TNI telah mengeluarkan

2016, No.374-12- Security Clearance, Dirjen Strahan Kemhan menerbitkan Surat Jalan bagi tamu dimaksud; c. Security Clearance dan Surat Jalan bagi Tamu Luar Negeri mitra tetap diperoleh melalui pengurusan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b; d. pengurusan Security Clearance tidak berlaku bagi Tamu Luar Negeri yang memiliki status/gelar diplomatik atau masih memiliki Security Clearance. Pasal 19 Pengorganisasian penyelenggara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c diatur sebagai berikut: a. penerimaan Tamu Luar Negeri klasifikasi A: 1. Sekjen Kemhan menunjuk Dirjen Strahan Kemhan sebagai Penanggung Jawab; dan 2. Dirjen Strahan Kemhan menunjuk Dirkersin Ditjen Strahan Kemhan sebagai Ketua Pelaksana yang dilengkapi dengan Staf, Koordinator Kegiatan, dan Seksi pendukung dengan melibatkan pegawai Kemhan sesuai kebutuhan. b. penerimaan Tamu Luar Negeri klasifikasi B: 1. Dirjen Strahan Kemhan menunjuk Dirkersin Ditjen Strahan Kemhan sebagai Penanggung Jawab; dan 2. Dirkersin Ditjen Strahan Kemhan menunjuk Kasubdit Ditkersin Ditjen Strahan Kemhan yang membidangi protokol dan perizinan sebagai Ketua Pelaksana, dilengkapi dengan Staf, Koordinator Kegiatan dan Seksi pendukung yang melibatkan pegawai Kemhan sesuai kebutuhan. c. penerimaan Tamu Luar Negeri klasifikasi C dan klasifikasi D: 1. Kasatker terkait menunjuk pejabat bawahannya sebagai Penanggung Jawab; dan 2. Pelaksana adalah Staf Satker terkait sesuai bidang tugas dan fungsi, jika diperlukan dapat melibatkan Satker lainnya.

-13-2016, No.374 d. dalam hal Tamu Luar Negeri merupakan mitra tetap maka Penanggung Jawab paling rendah adalah pejabat eselon III dari Satker yang dituju dan secara langsung melaksanakan penerimaan tamu dimaksud. Pasal 20 Pembuatan rencana pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf d wajib dilaksanakan oleh Ketua Pelaksana penerimaan Tamu Luar Negeri klasifikasi A dan klasifikasi B. Paragraf 2 Tahap Persiapan Pasal 21 Penyelenggaraan penerimaan Tamu Luar Negeri pada tahap persiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b meliputi: a. penyelenggara melaksanakan penyiapan administrasi, sarana dan prasarana, akomodasi, petugas-petugas dan melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait untuk menjamin kesiapan penyelenggaraan penerimaan tamu; b. penyelenggara berkoordinasi dengan perwakilan negara/organisasi dari pihak Tamu Luar Negeri yang ada di Indonesia atau dengan bantuan Kantor Perwakilan Republik Indonesia/Kantor Athan Republik Indonesia di negara Tamu Luar Negeri untuk mengkonfirmasikan kepastian jadwal, agenda kegiatan, dan rombongan tamu yang menyertai kunjungan; c. Ketua Pelaksana melaporkan kesiapan penyelenggaraan kepada penanggung jawab; dan d. dalam hal Tamu Luar Negeri merupakan mitra tetap, persiapan penerimaan Tamu Luar Negeri dilakukan sesuai kebutuhan.

2016, No.374-14- Paragraf 3 Tahap Pelaksanaan Pasal 22 Penyelenggaraan penerimaan Tamu Luar Negeri pada tahap pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c meliputi: a. Penerimaan Tamu Luar Negeri dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan dengan memperhatikan hal-hal keprotokolan yaitu: 1. Tata Tempat; 2. Tata Upacara; dan 3. Tata Penghormatan. b. dalam hal Tamu Luar Negeri merupakan mitra tetap, pelaksanaan penerimaan dapat dilakukan secara langsung setelah ada persetujuan, kesepakatan waktu dan tempat dengan pejabat yang dituju. Paragraf 4 Tahap Pengakhiran Pasal 23 Penyelenggaraan Penerimaan Tamu Luar Negeri pada tahap pengakhiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf d meliputi: a. penyelenggara menyelesaikan kewajiban administrasi; b. Ketua Pelaksana melaporkan pelaksanaan penyelenggaraan kepada penanggung jawab; dan c. penanggung jawab memberikan evaluasi dan melaporkan kepada atasan penanggung jawab tentang hal-hal yang perlu ditindaklanjuti dihadapkan dengan hasil kunjungan. BAB IV PELAYANAN DAN FASILITAS Pasal 24 (1) Pelayanan bagi Tamu Luar Negeri VIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi:

-15-2016, No.374 a. prioritas pengurusan administrasi keimigrasian, pengawalan berkendaraan/pribadi, pengamanan khusus, pelayanan kesehatan dan/atau prioritas lainnya sesuai kesepakatan bersama sepanjang kegiatan Tamu Luar Negeri masih dalam agenda kegiatan yang telah ditetapkan; b. dukungan petugas: 1. pejabat penjemput/pengantar di Bandara/ Lanud yaitu pegawai Kemhan dengan pangkat/golongan paling rendah 2 (dua) tingkat lebih rendah dari Tamu Luar Negeri, yang ditugaskan menjemput/mengantar Tamu Luar Negeri di/ke Bandara/ Lanud; 2. pendamping yaitu pegawai Kemhan dengan pangkat/golongan paling rendah 3 (tiga) tingkat lebih rendah dari Tamu Luar Negeri yang ditugaskan mendampingi Tamu Luar Negeri; 3. Aide de Camp (ADC) Kehormatan yaitu pegawai Kemhan yang ditunjuk untuk bertugas sebagai ADC Kehormatan Menteri dan/atau suami/istri Tamu Luar Negeri; 4. pendamping suami/istri yaitu pegawai Kemhan yang bertugas mendampingi suami/istri Tamu Luar Negeri; 5. penterjemah yaitu pegawai Kemhan yang ditugaskan sebagai penterjemah Tamu Luar Negeri; dan 6. petugas penghubung/liaison Officer (LO) 7. yaitu pegawai Kemhan yang ditugaskan untuk membantu kelancaran koordinasi dengan pihak Tamu Luar Negeri. (2) Fasilitas bagi Tamu Luar Negeri VIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi: a. ruang VIP Bandara/Lanud;

2016, No.374-16- b. 1 (satu) buah kendaraan sekelas dengan kendaraan Menteri/Sekjen Kemhan, kendaraan untuk anggota rombongan, kendaraan ambulance beserta petugas kesehatan; dan c. 1 (satu) kamar sekelas presidential room dan kamar kelas dibawahnya untuk anggota rombongan di hotel berbintang lima/hotel terbaik di kota tempat kunjungan, dalam hal ini jumlah kamar untuk anggota rombongan ditentukan dengan kesepakatan bersama atau dengan pendekatan reciprocal. (3) Ketentuan pemberian pelayanan dan fasilitas bagi Tamu Luar Negeri VIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) yaitu: a. disediakan bagi Tamu Luar Negeri klasifikasi A dan klasifikasi B1; b. dapat disediakan salah satu atau sebagian pelayanan dan fasilitas bagi Tamu Luar Negeri klasifikasi B2 dan klasifikasi C yang agenda utama kunjungannya kepada Menteri/Sekjen Kemhan, dalam hal ini jenis pelayanan dan fasilitas yang disediakan dikoordinasikan dengan perwakilan negara/ organisasi dari pihak tamu yang ada di Indonesia. Pasal 25 Dalam hal kepala perwakilan negara/organisasi pihak Tamu Luar Negeri di Indonesia mengajukan permohonan bantuan pengamanan maka penyelenggara penerimaan Tamu Luar Negeri berkewajiban mengkoordinasikannya dengan unsur pengamanan setempat. BAB V PENDANAAN Pasal 26 Pendanaan Penerimaan Tamu Luar Negeri klasifikasi A dan klasifikasi B1 dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Kemhan.

-17-2016, No.374 BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 27 (1) Selama berada di lingkungan perkantoran Kemhan, Tamu Luar Negeri diwajibkan untuk mengikuti ketentuan Peraturan Urusan Dinas Dalam Khusus (PUDDK) Kemhan. (2) Tamu Luar Negeri VIP dikecualikan dari ketentuan PUDDK Kemhan. (3) Selama berada di lingkungan Kemhan Tamu Luar Negeri harus selalu didampingi oleh petugas pendamping yang ditunjuk. Pasal 28 (1) Pelaksanaan Upacara Kehormatan hanya bertempat di Kantor Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 13-14 Jakarta Pusat. (2) Penggunaan ruangan selama kegiatan penerimaan Tamu Luar Negeri di perkantoran Kemhan dibatasi pada ruang tunggu, ruang tamu, ruang rapat, aula atau ruang lain yang diizinkan untuk umum. Pasal 29 Apabila Tamu Luar Negeri melaksanakan kunjungan lain kepada pejabat di luar lingkungan Kemhan, kegiatan penerimaan mengikuti ketentuan penerimaan tamu di tempat tujuan. Pasal 30 Dalam hal terjadi perkembangan tertentu yang mengharuskan perubahan rencana pelaksanaan kegiatan penerimaan Tamu Luar Negeri, Penanggung Jawab berkewajiban untuk mengkoordinasikan perubahan rencana dimaksud dengan pihak Tamu Luar Negeri.

2016, No.374-18- BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 31 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan yang didasarkan pada Peraturan Menteri Nomor: PER/01/M/III/2007 tentang Penerimaan Tamu Luar Negeri di Lingkungan Departemen Pertahanan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini. Pasal 32 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Nomor: PER/01/M/III/2007 tentang Penerimaan Tamu Luar Negeri di Lingkungan Departemen Pertahanan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 33 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

-19-2016, No.374 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Januari 2016 MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd RYAMIZARD RYACUDU Diundangkan di Jakarta pada tanggal 8 Maret 2016 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd WIDODO EKA TJAHJANA