MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL POE (PREDICTION, OBSERVATION AND EXPLANATION) Oleh: Sholikhan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran yang menuntut

Dosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia. Keperluan korespondensi, HP : ,

PENGGUNAAN STRATEGI POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MEMPERBAIKI MISKONSEPSI FISIKA. Rina Ning Tyas 1, Sukisno 2, Mosik 3

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICTION, OBSERVATION AND EXPLANATION

Berkala Fisika Indonesia Volume 1 Nomor 2 Januari 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa, menumbuhkan secara sadar Sumber Daya Manusia (SDM) melalui

MELATIH KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICTION, OBSERVATION, EXPLANATION)

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP LISTRIK MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IX SMPN 43 BANDUNG

Unnes Physics Education Journal

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DAN PEMAHAMAN KONSEP PERUBAHAN ZAT MELALUI PROBEX. Jaryanto. SMP Negeri 1 Pringapus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PDEODE TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA SISWA SMA

PENERAPAN MODEL KOLABORATIF TEKNIK PREDICT OBSERVE EXPLAIN

PENERAPAN PEMBELAJARAN POE DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI Ksp

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desy Mulyani, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Heri Sugianto, 2013

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah


PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJARFISIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN DAN LKS BERBASIS PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN DI SMP

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 1 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

PENDEKATAN ACTIVE LEARNING

Indonesia. *Korespondensi, telp , ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurnal Bio Educatio, Volume 2, Nomor 1, April 2017, hlm ISSN:

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh: SASMITASARI E1R

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PREDICT- OBSERVE-EXPLAIN-WRITE (POEW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 11 PALU

Keywords : Cooperative Learning, POE (Predict-Observe-Explain), Learning Achievement.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai pretest dan

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol.1, No.1, 2017,

I. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009): PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERORIENTASI KETERAMPILAN PROSES

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Arif Firmansyah*

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

PENERAPAN PENDEKATAN CTL DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG GAYA KELAS IV SD NEGERI 2 PANJER

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu IPA yang mempelajari tentang gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut pengembangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP:

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI PKN KELAS V SDS MUHAMMADIYAH HUTABANGUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ISMAIL Guru SMAN 3 Luwuk

BAB I PENDAHULUAN. dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

BAB I PENDAHULUAN. antar siswa dan antara guru dengan siswa. Seiring dengan definisi tersebut,

PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN IPA KONSEP KALOR MELALUI PBO (PENDEKATAN PEMBELAJARAN OTENTIK) Subekhi SMP 4 Bojong kabupaten Pekalongan

PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA REALISTIK DI KELAS III SD

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

Uswatul Munawaroh 1, Muhardjito 2, dan Hartatiek 3 Universitas Negeri Malang

*Keperluan korespondensi, HP: ,

MENINGKATKAN HASIL DAN PROSES BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA PGRI 6 BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN KOGNITIF MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM TATANAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA SISWA SMPN 6 PEKANBARU

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 22% Jumlah Nilai tertinggi 76 Nilai terendah 20

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI COOPERATIVE TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan

Idawati Mahanurani 1, Toto Bara Setiawan 2, Ervin Oktavianingtyas 3

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Darmawati, Arnentis dan Sri Iryani Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru 28293

Oleh: Gunawan Guru SMP Negeri 1 Raha Kabupaten Muna

Noer Af idah. Program Studi Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Hasyim Asy ari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. observasi terhadap pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru di kelas V.

MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT)

KEEFEKTIFAN RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK MATERI LINGKARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Kata Kunci: cooperative learning of jigsaw type, student activities and learning outcomes

Pembelajaran Kontekstual Sebagai Upaya Mengatasi Kesulitan Siswa Kelas V SD Laboratorium Unesa dalam Memahami Materi Panas

Transkripsi:

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL POE (PREDICTION, OBSERVATION AND EXPLANATION) Oleh: Sholikhan Abstark:Pembelajaran kontekstual model Prediction, Observation and Explanation (POE) diasumsikan mampu untuk meningkatkan prestasi belajar fisiska siswa. Kancah penelitian pada siswa kelas VIII SMPN 12 Malang Instrumen penelitian yang digunakan adalah pretes dan postes untuk mengetahui prestasi belajar siswa, lembar observasi, dan pedoman wawancara. Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan, peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kontekstual model Prediction, Observation and Explanation (POE) meningkat. Hasil analisis terhadap data observasi dan wawancara menunjukkan pembelajaran kontekstual model Prediction, Observation and Explanation (POE dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Kata kunci: Prestasi Belajar, Pembelajaran kontekstual,, model Prediction, Observation and Explanation (POE) Ilmu Fisika merupakan bagian dari mata pelajaran pengetahuan Alam yang mejelaskan berbagai gejala-gejala alam. Banyak siswa menganggap bahwa belajar fisika adalah pelajaran yang tidak menyenangkan, penuh dengan rumus-rumus, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dan pikiran pada suatu pokok bahasan, baik yang sedang disampaikan guru maupun yang sedang dihadapi di meja belajar, tanpa diiringi kesadaran untuk menggali konsep lebih dalam yang sebenarnya dapat menambah wawasan ataupun mengasah keterampilan. Menurunnya gairah belajar fisika, selain disebabkan oleh ketidaktepatan metodologis, juga berakar pada paradigma pendidikan konvensional yang selalu menggunakan metode pengajaran klasikal seperti ceramah, tanpa diselingi berbagai metode yang mendorong siswa agar dapat belajar lebih aktif. Termasuk adanya kesenggangan antara guru dan siswa. Tiga faktor penyebab rendahnya partisipasi siswa dalam PBM (Nurhaeni, 2011) yakni: (1) siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri, (2) siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain, dan (3) siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain. Kesalahan tidak bisa hanya Sholikhan, Dosen Pendidikan Fisika FKIP 73

dibebankan kepada siswa tetapi yang utama adalah guru. Bertolak dari permasalahan di atas, guru perlu memberikan respon positif secara kongkrit dan obyektif yang berupa upaya membangkitkan partisipasi siswa. Pembelajaran dapat berjalan secara efektif jika proses belajar dapat berjalan 74lancar, terarah, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Paradigma pembelajaran harus menekankan pada learning, bersifat student centered, harus bergeser dari guru dan apa yang akan diajarkan ke arah siswa dan apa yang akan dilakukan. Pembelajaran harus menciptakan meaningful connections dengan kehidupan nyata. Pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk beraktivitas, baik hands-on activities maupun minds-on activities. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dibangun dengan prinsip-prinsip di atas, dan concern terhadap upaya-upaya implementasi dalam kehidupan nyata adalah pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And Learning [CTL]). Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang berusaha mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan mereka seharihari (Blancard, 2001 dan Johnson, 2002). Dalam pembelajaran kontekstual kondisi yang mengaktifkan siswa dapat ditemukan oleh siswa sendiri dari kehidupannya sehari-hari atau diciptakan oleh guru sehingga membantu menjadikan materi pelajaran bermakna dan memotivasi siswa (Nur, 2001). Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model POE (Prediction, Observation and Explanation). White dan Gunstone (1992) dalam Tien & Chung (2005) menjelaskan bahwa prosedur dalam penerapan model POE (Prediction, Observation and Explanation) merupakan strategi mengajar yang efisien. Strategi POE melibatkan siswa memprediksi hasil dari demonstrasi dan mendiskusikan alasan untuk prediksi mereka, mengamati demonstrasi dan akhirnya menjelaskan perbedaan antara prediksi dan pengamatan mereka (Kearney et al, 2001). Model ini mengekspos pengetahuan peserta didik, memungkinkan siswa untuk menafsirkan pengamatan baru mereka tentang dunia di sekitar mereka, dan kemudian menawarkan lebih banyak kesempatan untuk berbagi dan menegosiasikan interpretasi pribadi mereka sendiri (Tien & Chung, 2005). Model POE dianggap Sholikhan, Dosen Pendidikan Fisika FKIP 74

sebagai strategi pembelajaran konstruktivis yang berorientasi untuk meningkatkan pembelajaran konseptual peserta didik (White dan Gunstone, 1992; Liew, 1995). METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tahapan sebagai berikut: Perencanaan-Pelaksanaan-Pengamatan-Refleksi. Hasil dari refleksi siklus I selanjutnya akan digunakan untuk perencanaan siklus II. Lokasi penelitian di SMPN 12 Malang kelas VIII yang berjumlah 37 siswa pada Mata Pelajaran Fisika konsep tekanan zat cair (hukum Pascal dan hukum Archimedes). Prosedur Penelitian dilakukan dalam dua siklus yaitu: a. Siklus I 1. Tahap Perencanaan Pada tahap awal disusun perangkat pembelajaran (sekenario dan RPP) untuk materi tekanan zat cair, dilengkapi Lembar Kerja Siswa (LKS) sesuai materi yang akan dibahas dengan urutan sesuai dengan tahap POE, serta menyusun lembar pengamatan (observasi) untuk mengetahui dan mencatat hasil penelitian pada siklus I. 2. Tahap pelaksaan Tahap ini proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pembelajaran kontekstual model POE sesuai dengan sekenario pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan. 3. Observasi dan evaluasi Tahap ini Guru melakukan observasi pada setiap kelompok untuk mendokumentasi proses, berbagai situasi dan faktor yang bisa muncul dan berkembang selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, sedangkan pada kegiatan evaluasi siswa mengerjakan soal evaluasi merumuskan rencana tindakan kelas selanjutnya. 4. Refleksi Pada tahap ini guru sekaligus sebagai observer mengadakan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil evaluasi ini Sholikhan, Dosen Pendidikan Fisika FKIP 75

selanjutnya digunakan sebagai bahan penyusunan dan merencanakan tindakan berikutnya. b. Siklus II Apabila belum mencapai ketuntasan belajar pada siklus I maka akan dilanjutkan pada siklus II. HASIL PENELITIAN Tindakan siklus I Pada Siklus I aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran mula-mula menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang Hukum Pascal dengan model POE. Sebagai pembukaan pembelajaran adalah dengan membagi siswa ke dalam 9 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 anggota. Selanjutnya masing-masing kelompok membuat dugaan (Prediction) dari fenomena yang sering dijumpai siswa. Peneliti melontarkan satu fenomena yaitu bagaimana cara kerja pencuci mobil untuk mengangkat mobil dengan mudah. Masing-masing kelompok menuliskan beberapa dugaan (Prediction) dari jawaban fenomena tersebut. Dalam membuat dugaan, siswa sekaligus sudah memikirkan alasan mengapa ia membuat dugaan seperti itu. Pada tahap menduga (Prediction) ini hanya ada tiga kelompok yang berani mengemukakan jawabannya. Untuk membuktikan jawaban dari dugaan tersebut siswa diminta bereksperimen dengan menggunakan alat sederhana berupa alat pascal. Siswa mengamati dengan aktif dan serius karena rasa ingin tahunya jawaban sebenarnya dan membuktikan dugaan yang siswa buat sebelumnya yaitu apakah dugaanya benar atau tidak, dugaanya terjadi atau tidak. Selanjutnya adalah membuat penjelasan (explanation). Dugaan (Prediction) siswa ternyata terjadi dalam eksperimennya. Hal ini terdapat pada 5 kelompok, sehingga kondisi ini menjadikan siswa semakin yakin akan konsepnya. Mereka tinggal merangkumkan yang ditemukan dan menguraikan dengan lebih lengkap. Disini siswa mendapat pengertian hokum Pascal yang benar. Namun ada 4 kelompok yang dugaan (Prediction) nya ternyata tidak terbukti dalam eksperimen. Dugaanya tidak tepat dan tidak benar, maka siswa dibantu untuk mencari penjelasan, mengapa prediksinya tidak benar. Sholikhan, Dosen Pendidikan Fisika FKIP 76

Refleksi pada tahap I adalah kegiatan pembelajaran dengan model POE (Prediction,Observation and Explementation) dapat memicu dan melatih siswa untuk menemukan konsep fisika sendiri. Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu 77,77% (Grafik 1). atau berada pada kategori yang cukup. Ini berarti bahwa kriteria keberhasilan pada tindakan pembelajaran siklus I belum menampakkan hasil yang diharapkan. Pemahaman konsep siswa terhadap materi tentang hukum Pascal belum menyeluruh. Hasil tes akhir pembelajaran untuk seluruh siswa rata-rata mencapai 65,3. Ini menunjukkan bahwa seluruh siswa belum mencapai kriteri keberhasilan. Dari hasil tes yang diperoleh, terlihat ada beberapa siswa yang masih mengikuti remidi. Tindakan siklus II Pada Siklus II aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran mula-mula menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang Hukum Archimedes dengan model POE. Pembukaan pembelajaran dilakukan dengan cara apersepsi yakni menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan yang akan dibahas yaitu tentang hukum Archimedes. LKS yang sudah dilengkapi dikumpulkan dan hasil tes diumumkan terutama bagi siswa yang memperoleh nilai tinggi diberi penghargaan dan siswa yang nilainya masih kurang dan masih santai tidak serius dalam belajar diberi sanksi, penilaian kelompok juga sangat diperhatikan karena untuk memberikan motivasi dalam belajar sehingga akan terjadi persaingan yang sehat dan semangat belajar yang tinggi diantara kelompok. Siswa kembali pada kelompok semula yaitu yang terbagi ke dalam 9 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 anggota. Selanjutnya masing-masing kelompok membuat dugaan (Prediction) dari fenomena yang sering dijumpai siswa. Peneliti melontarkan satu fenomena yaitu bagaimana jika telur dimasukkan kedalam gelas yang berisi air. Masing-masing kelompok menuliskan beberapa dugaan (Prediction) dari jawaban fenomena tersebut. Dalam membuat dugaan, siswa sekaligus sudah memikirkan alasan mengapa ia membuat dugaan seperti itu. Pada tahap menduga (Prediction) sudah ada 8 kelompok yang berani Sholikhan, Dosen Pendidikan Fisika FKIP 77

mengemukakan jawabannya. Untuk membuktikan jawaban dari dugaan tersebut siswa diminta bereksperimen dengan memasukkan telur ke dalam gelas yang berisi air. Siswa mengamati dengan aktif dan serius karena rasa ingin tahunya jawaban sebenarnya dan membuktikan dugaan yang siswa buat sebelumnya yaitu apakah dugaanya benar atau tidak, dugaanya terjadi atau tidak. Selanjutnya adalah membuat penjelasan (explanation). Dugaan (Prediction) siswa ternyata terjadi dalam eksperimennya. Hampir semua kelompok yaitu 8 kelompok mendapatkan jawaban dari dugaan yang mereka buat, sehingga kondisi ini menjadikan siswa semakin yakin akan konsepnya. Mereka tinggal merangkumkan yang ditemukan dan menguraikan dengan lebih lengkap. Disini siswa mendapat pengertian hukum Archimedes yang benar. Namun ada 1 kelompok yang dugaan (Prediction) nya ternyata tidak terbukti dalam eksperimen. Dugaanya tidak tepat dan tidak benar, maka kelompok ini dibantu untuk mencari penjelasan, mengapa prediksinya tidak benar. Refleksi siklus II, terihat adanya peningkatan respon dan antusias siswa dengan menggunakan pembelajan model POE (Prediction,Observation and Explementation). Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dan guru IPA sebagai pengamat dalam mengamati aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran telah mencapai kriteria keberhasilan 94,44% (lihat Grafik 1) atau berada pada kategori sangat baik. Ini berarti bahwa kriteria keberhasilan pada tindakan pembelajaran siklus II telah mencapai kriteria yang ditetapkan. Grafik 1. Ketercapaian aktivitas siswa Hasil tes akhir pembelajaran untuk seluruh siswa rata-rata mencapai 81,21 (Grafik 2). Ini menunjukkan bahwa seluruh siswa telah mencapai kriteri keberhasilan. Pada siklus II ini tidak ada siswa yang mendapat remedi. Sholikhan, Dosen Pendidikan Fisika FKIP 78

Grafik 2 : Hasil Tes Kemampuan Siswa PEMBAHASAN Berdasarkan temuan penelitian yang diuraikan dalam artikel ini terlihat bahwa pembelajaran kontekstual model POE dapat meningkatkan pemahaman pelajaran fisika pada konsep tekanan zat cair lebih meningkat setelah dibuktikan dengan hasil observsi dan dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa, sudah mengerti dan faham terhadap materi dan merasa bangga percaya diri sehingga senang mengikuti pelajaran fisika pada konsep tekanan zat cair dengan nilai baik dan meningkat serta mencapai standar dapat melebihi kriteria ketuntasan minimal. Efektivitas Pembelajaran kontekstual model POE dapat dilakukan dengan efektif dan penuh konsentrasi, hal ini sesuai dengan pendapat White dan Gunstone (1992) dalam Tien & Chung (2005) bahwa prosedur dalam penerapan model POE (Prediction, Observation and Explanation) merupakan strategi mengajar yang efisien. Dikatakan efisien karena siswa diberi kepercayaan dan kebebasan untuk mencari jawaban yang benar tentang konsep tekanan zat cair dari dugaan mereka sendiri dan membuktikan jawaban mereka dengan pengamatan. Sehingga siswa aktif mengikuti PBM. Proses aktif memiliki implikasi aktivitas mental dan fisik, artinya hands-on activities saja tidak cukup, melainkan juga minds-on activities (Nur, 2001). Kearney et al. (2001) bahwa strategi POE melibatkan siswa memprediksi hasil dari demonstrasi dan mendiskusikan alasan untuk prediksi mereka, mengamati demonstrasi dan akhirnya menjelaskan perbedaan antara prediksi dan pengamatan mereka. Dalam menjawab pertanyaan yang mereka ajukan, siswa juga dituntut untuk dapat bernalar dengan baik, sehingga jawabannya jadi benar dan kesimpulan yang diambil juga benar (Gonzales, 1988). Sholikhan, Dosen Pendidikan Fisika FKIP 79

Proses pembelajaran kontekstual model POE yang didesain dengan menekankan akan pentingnya kooperasi daripada kompetisi atau interdependensi daripada kemandirian ini juga ditekankan oleh Flynn (1995) serta Graham dan Graham (1997). Mereka menegaskan bahwa jika kompetisi yang dikembangkan, ada kecenderungan dapat mengarahkan siswa kepada pikiran dan perasaan untuk terbiasa tidak segan menyerang orang lain. Sementara itu, pengembangan kooperasi dan interdependensi justru dapat mengembangkan kemampuan menghadapi tantangan, kepemimpinan, dan manajemen yang sangat diperlukan jika kelak mereka sudah memasuki dunia kerja (Flynn, 1995; Graham & Graham, 1997). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan hasil analisis hasil data yang diperoleh dilapangan, dapat disimpulkan sebagai berikut: dengan menggunakan tindakan pembelajaran kontekstual model POE pada konsep tekanan zat cair dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap konsep yang dipelajari. Meningkatnya pemahaman siswa terhadap pelajaran fisika konsep tekanan zat cair dapat dibuktikan dari hasil belajar tindakan siklus I sampai siklus II meningkatnya pemahaman siswa pada setiap siklus membuktikan adanya perubahan pada siswa dalam hal mengikuti terutama pada tingkat pemahaman konsep. Dalam proses pembelajaran siswa sangat antusias, aktif dan efektif dapat dibuktikan dari hasil aktifitas belajar siswa. Sikap dan respon siswa yang positif baik dalam mengikuti pembelajaran maupun dalam bekerja sama dengan teman sekelompoknya sehingga dapat memahami konsep yang sedang diajarkan dibuktikan dengan diberi pernyataan pada setiap siswa. Saran Hendaknya sekolah memberikan fasilitas pengajaran yang memadai sehingga guru dapat mengembangkan kreasinya dengan menggunakan berbagai model model pembelajaran. Guru hendaknya mampu menguasai betul prosedur untuk meningkatkan pemahaman siswa dengan menggunakan Sholikhan, Dosen Pendidikan Fisika FKIP 80

pembelajaran kontekstual model POE dan mempraktekan beberapa model pembelajaran yang disesuaikan dengan konsep yang diajarkan. Peneliti selanjutnya diharapkan bisa menerapkan model POE ini pada konsep yang lain dan pada kelas yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Blancard, A. 2001. Contextual Teaching and Learning. B.E.S.T. Flynn, G. (1995). Smooth Sailing for Teamwork. Personal Journal. Vol. 74, (6). Page 26-34. Gonzales, N. A. 1998. A Blueprint for Problem Posing, School Science and Mathematics, 98 (8). 448 453 Graham, R.A. & Graham, B.L. 1997. Cooperative Learning: The Benefit of Participatory Examinations in Principles of Marketing Classes. Journal of Education for Business. 72, (3). Page 149-152. Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press, Inc. Kearney M, Treagust D F, Yeo S and Zadnik M G.2001. Student And Teacher Perceptions Of The Use Of Multimedia Supported Predict-Observe- Explain Tasks To Probe Understanding. Research in Science Education, 31, 589-615. Liew C W. 1995. A Predict-Observe-Explain Teaching Sequence For Learning About Students Understanding Of Heat And Expansion Of Liquid. Australian Science Teachers Journal. 41(1). Page 68-71. Nur, M. dkk. 2001. Pengembangan Perangkat Pembelajaran MIPA untuk Siswa SLTP Kategori Kontekstual Cawu 1. Surabaya: Laporan Penelitian. Tidak diterbitkan. Nurhaeni, Yani. 2011. Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Konsep Listrik Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas Ix SMPN 43 Bandung. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 12 No. 1. April Tien Wu, Ying and Chung Tsai, Chin. 2005. Effects Of Constructivist-Oriented Instruction On Elementary School Students cognitive Structures. Journal of Biological Education. Vol. 39(3) White R and Gunstone R. 1992. Prediction-observation-explanation. In: R White and R Gunstone (eds), Probing understanding, (pp 44-64). London: The Falmer Press Sholikhan, Dosen Pendidikan Fisika FKIP 81