BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA. Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEIMIGRASIAN. Belanda. Pada saat itu terdapat badan pemerintah kolonial bernama Immigratie Dients

BAB I PENDAHULUAN. Hukum keimigrasian di Indonesia telah ada sejak pemerintahan Kolonial Belanda. Ketentuan

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Daerah/Deskripsi Hasil Penelitian

I. PENDAHULUAN. Dampak era globalisiasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara serta kehidupan trans-nasional, gerak dinamis manusia

BAB II SYARAT DAN KETENTUAN MENDEPORTASI ORANG ASING MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara yang memiliki posisi strategis dalam kehidupan

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemba

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1955 TENTANG TINDAK PIDANA IMIGRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Namun secara historis untuk pertama kalinya diatur langsung oleh Pemerintah

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1955 TENTANG DEWAN KEAMANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEDUDUKAN IMMIGRATION ON BOARD (IOB) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

BAB II PENGATURAN PENERBITAN AKTA KEMATIAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN D. Pengertian Akta Kematian dan Dasar Hukumnya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Batam Dalam Data

BAB I PENDAHULUAN. keluar wilayah suatu negara harus tunduk pada hukum negara tersebut

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.05-IZ TAHUN 1994 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penegak hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 16/1999, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 16 TAHUN 1999 (16/1999)

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

BAB I PENDAHULUAN. Pulau. Kepulauan Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat garis

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 31/1994, PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KEBIJAKAN HUKUM PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENCATATAN KELAHIRAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB III POTENSI ANCAMAN YANG DIAKIBATKAN OLEH HADIRNYA IMIGRAN ILEGAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup masyarakatnya agar menjadi manusia seutuhnya yang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia

KONSEPSI KEDUDUKAN KEPOLISIAN DI BAWAH KEMENTRIAN. Oleh: Ispan Diar Fauzi PENDAHULUAN

KEBIJAKAN KEIMIGRASIAN DALAM RANGKA PEMBERIAN IZIN TINGGAL TERBATAS PERAIRAN. Direktorat Jenderal Imigrasi 2017

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1974 POKOK-POKOK ORGANISASI DEPARTEMEN TENTANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

Indikator. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Materi Pokok dan Uraian Materi. Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang.

BAB V PENGGUNAAN LAMBANG NEGARA, LOGO, DAN CAP DINAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

UU 6/1995, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II KENDARI PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1997 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Keimigrasian. Visa. Perubahan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG

KEBIJAKAN DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI DALAM MENDUKUNG FASILITASI (FAL) UDARA

BAB II SISTEM PENGAWASAN WARGA NEGARA ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DI WILAYAH INDONESIA

EFEKTIVITAS SANKSI DEPORTASI TERHADAP TINDAK PIDANA OVERSTAY WARGA NEGARA ASING DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang.

No kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, berasaskan Pancasila. Peran optimal ini dapat diwujudkan dengan menjadikan perguruan tin

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LATIHAN SOAL UUD 1945 ( waktu : 36 menit )

BAB V PENGGUNAAN LAMBANG NEGARA, LOGO, DAN CAP DINAS

BAB IV KEBIJAKAN SEKURITISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN IMIGRAN ILEGAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UU 6/1995, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II KENDARI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 6 TAHUN 1995 (6/1995)

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 4. Peraturan Pemer

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 11 TAHUN 1999 (11/1999) TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TERNATE

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Hindia Belanda. Setelah Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) 31. besar di daerah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli.

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) FRAKSI-FRAKSI DPR RI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1996 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SIMEULUE DI WILAYAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1960 TENTANG PENDIRIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.02-IZ TAHUN 2003 TENTANG

BAB I P E N D A H U L U A N. sejahtera, tertib dan damai berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB III KEWENANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DALAM PEMBUBARAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

luas. Secara geografis Indonesia memiliki km 2 daratan dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2000 TANGGAL 21 DESEMBER 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana oleh pihak pembuat perundang-undangan, tahap kebijakan aplikatif. yaitu tahap pelaksanaan oleh aparat eksekusi hukum.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini. Pendidikan menjadi salah satu kebutuhan utama pada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

========================================= KTP Pada Zaman Hindia Belanda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengawasan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam pencapaian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1996 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SIMEULUE DI WILAYAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 1959 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS BADAN PENGAWAS KEGIATAN APARATUR NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA Medan sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Utara adalah kota kelima terbesar di Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan kampung yang dibuka oleh Guru Patimpus yang bernama kampung Medan Putri pada abad ke-16. Lokasi Medan Putri yang strategis pada masa penjajahan kolonial Belanda berkembang menjadi Kota Medan secara pesat. Medan menjadi pusat ekonomi, administrasi, pemerintahan, politik dan budaya. Medan sebagai pusat kegiatan ekonomi perkebunan menjadi daya tarik bagi pendatang untuk mengadu nasib. Terdapat berbagai kelompok etnik di antaranya adalah: Karo, Toba, Mandailing, Minangkabau, Aceh, Cina, Jawa, India, dan lainnya menjadi penghuni Kota Medan bersama-sama dengan etnik asli orang Melayu. Berbagai kelompok etnik ini banyak memainkan peranan tidak saja dalam aspek politik dan ekonomi, tetapi juga dalam memperkaya khasanah budaya daerah Sumatera Utara. Medan ialah kota dengan penduduk yang dianggap sebagai Indonesia mini pada era kolonial Belanda. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan, pemerintah mengeluarkan kebijakan mendirikan Kantor Imigrasi dan salah satunya Kantor Resor Imigrasi Polonia pada 13

tahun 1978 yang kemudian mengalami perubahan status menjadi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia pada tahun 1991. 2.1 Sejarah Berdirinya Badan keimigrasian sudah berdiri di Indonesia sejak zaman pemerintahan Belanda dengan nama Kantor Sekretaris Komisi Imigrasi pada tahun 1913. Tahun 1921 berubah menjadi Immigrate Diest atau Dinas Keimigrasian karena tugas dan fungsinya terus berkembang. Dinas Keimigrasian bertugas mengeluarkan peraturan keimigrasian dan memiliki prinsip at open deur politiek atau open deur policy (prinsip pintu terbuka). Politik pintu terbuka berarti membuka kesempatan seluas-luasnya bagi orang asing untuk masuk, tinggal dan bekerja di Hindia Belanda. Semakin banyak dan bervariasi golongan atau keturunan bangsa asing yang masuk, tinggal dan bekerja di Hindia Belanda. Belanda mengharapkan perekonomian dan politik tetap dikuasai bangsa asing sehingga golongan bumi putera tetap di bawah jajahan bangsa Belanda. 13 Latar belakang politik keimigrasian Hindia Belanda adalah menguasai tanah jajahan (Hindia Belanda) untuk dieksploitasi secara ekonomi guna memakmurkan negara dan bangsa Belanda. Kebijakan yang diterapkan membuka Hindia Belanda bagi investor terutama yang berasal dari Eropa untuk menanamkan modalnya di Hindia Belanda. Kebijakan pintu terbuka ini mempunyai tujuan antara lain: 1. Mendapatkan tenaga kerja murah untuk menekan penduduk asli sekaligus menciptakan kesenjangan sosial ekonomi antara pendagang dan penduduk asli. 13 Muhammad Iman Santoso, Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2004, hal. 66. 14

2. Menarik modal asing sebesar-besarnya agar kesempatan bagi bumi putera (pribumi) semakin tertutup dan ditekan oleh pengaruh asing sehingga bangsa Indonesia tetap menjadi bangsa terjajah. 3. Bila ada serangan dari luar terhadap Hindia Belanda, pemerintahan Belanda tidak akan sendiri menghadapi karena negara penanam modal tidak tinggal diam untuk melindungi kepentingan modalnya. 14 Pada masa kedudukan Jepang tahun 1942, keimigrasian di Indonesia penerapannya sama dengan zaman penjajahan Belanda. Jepang melanjutkan kebijakan yang dilakukan Belanda dengan menyesuaikan dan hanya melakukan sedikit perubahan pada dokumen Belanda, seperti pembuatan pendaftaran orang asing yang dikenal bernama Surat Pernyataan Orang Asing. Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, Dinas Keimigrasian mengalami kekosongan. Sesudah Perang Dunia II berakhir, Dinas Keimigrasian dibuka kembali pada tahun 1946 oleh NICA (Nederlandsch Indie Civil Administratie) yang bertugas mengerjakan pengurusan penduduk bangsa asing. 15 Tanggal 26 Januari 1950, Dinas Keimigrasian menjadi milik Indonesia. Pimpinan Immigratie Dients (Dinas Imigrasi) secara resmi diserahkan H. Breekland kepada Mr. H. J. Adiwinata yang menjadi Kepala Jawatan Imigrasi yang baru. Berdasarkan surat penetapan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No.JZ/30/16 tanggal 28 Januari 1950 yang berlaku sejak 26 Januari 1950 pada tanggal ini dijadikan hari lahir imigrasi. 16 14 K. H. Ramadhan dan Abrar Yusra, Lintas Sejarah Imigrasi Indonesia, Jakarta: Direktorat Jenderal Imigrasi Departemen Hukum dan Ham Republik Indonesia, 2005, hal. 20. 15 Ibid., hal. 25. 16 Sihar Sihombing, Hukum Imigrasi, Bandung: Nuansa Aulia, 2009, hal. 9. 15

Dinas Keimigrasian menerapkan kebijakan selektif yang berarti setiap warga negara asing yang bermanfaat bagi pembangunan Indonesia, tidak membahayakan keamanan, ketentraman, ketertiban serta kesusilaan umum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kebijakan selektif didasarkan pada perlindungan kepentingan nasional. Pendekatan yang dipergunakan serta dilaksanakan meliputi pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) yaitu orang asing diizikan masuk yang memberikan kemakmuran serta kesejahteraan dan pendekatan keamanan (security approach) ialah orang asing yang diizinkan masuk yang tidak membahayakan keamanan negara dan ketertiban umum. Setelah diserahkan kepada Indonesia, Dinas Keimigrasian mengalami kesulitan karena kekurangan tenaga kerja yang ahli dan membutuhkan tenaga ekstra. Dinas Keimigrasian saat diserahkan kepada Indonesia mengalami kekurangan pegawai yang terampil dan mengerti tentang keimigrasian. Hal ini membuat Dinas Imigrasi masih menggunakan tenaga warga negara asing namun dengan jumlah yang terbatas sesuai dengan kebijkan selektif yang diterapkan. Dinas Keimigrasian mengatasi kekurangan sumber daya manusia yang berkualitas dengan membuka pendidikan dan pelatihan tenaga keimigrasian. Dalam pendidikan dan pelatihan melakukan pembinaan leader ship atau manajerial. Setelah tamat dari pendidikan dan pelatihan kemudian ditempatkan di setiap Kantor Keimigrasian di Indonesia. Pendidikan dan pelatiahan yang dibentuk keimigrasian berkembang pesat ke arah yang positif hingga menjadi bentuk Akademi Imigrasi. Tahun 1950, banyak warga negara asing masuk tanpa izin resmi karena belum banyak dibuka TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) di setiap tempat keluar dan masuknya manusia seperti di pelabuhan udara, pelabuhan laut serta perbatasan-perbatasan di darat. Dari 16

tahun1951-1955 dibuka TPI yaitu di Dumai, Ambon, Belawan, Kutaraja, Bandung, Padang. 17 Sampai pada tahun 1978 tetap dibuka kantor imigrasi baru di Indonesia, salah satunya Kantor Resor Imigrasi Polonia di Pelabuhan Udara Polonia yang merupakan tempat keluar masuknya manusia. 18 Latar belakang mendirikan Tempat Pemeriksaan Imigrasi tersebut karena untuk memeriksa surat perjalanan dan visa imigran ada yang melakukan pelanggaran peraturan keimigrasian yang memberikan kerugian kepada negara. Pendirian Tempat Pemeriksaan Imigrasi itu ditetapkan ke dalam peraturan pemerintahan Belanda Staatsblad Nomor 332 tahun 1914 tentang Tempat Pemeriksaan Imigrasi di pelabuhan udara, pelabuhan laut dan perbatasan darat. Peraturan itu diserap ke dalam peraturan Indonesia ke dalam UU Nomor 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian Pasal 1 ayat (4). 2.2 Nama Kantor Resor Imigrasi Polonia Kantor Resor Imigrasi Polonia dikukuhkan sebagai nama resmi karena berada di wilayah Kecamatan Polonia. Arti kata resor dari Kantor Resor Imigrasi Polonia sama dengan struktur wilayah Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI). 19 Penggunaan resor termasuk ke dalam wilayah kabupaten dan kota, seperti Kepolisian Resor Kota Besar (Polerstabes). Demikian halnya dengan Kantor Resor Imigrasi Polonia berada di wilayah Kota Madya Medan. Kata Resor dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tempat peristirahatan daerah kecil, daerah kuasa dan lingkungan kerja. 20 2.3 Kantor Resor Imigrasi Polonia Di Bawah Departemen Kehakiman Republik Indonesia 17 K H Ramadhan dan Yusra Abrar, op.cit., hal. 54. 18 Lihat lampiran 5 gambar 5. 19 Wawancara dengan Chairil Lufthi, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Imigrasi Kelas II Polonia, Medan, 24 Juni 2013. 20 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit., hal. 952. 17

Keimigrasian di bawah Departemen Kehakiman secara berturut-turut mengalami perubahan sebagai berikut: a. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 184 tahun 1960 tanggal 1 Agustus 1960, teknis operasional ditempatkan di bawah Menteri Keamanan Nasional, sedangkan administratif tetap di bawah Menteri Kehakiman. b. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 144 tahun 1964 tanggal 1 Juni 1964 menjadi Direktorat Imigrasi secara operasional di bawah Wakil Perdana Menteri I dan secara organisatoris langsung di bawah Presidium Kabinet. c. Berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor Aa/P/84/1965 tahun 1965 secara operasional tetap di bawah Menteri I dan secara organisatoris di bawah Menteri Negara diperbantukan kepada Presidium Kabinet. d. Berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor 163 tahun 1966, Direktorat Imigrasi sepenuhnya dikembalikan di bawah Departemen Kehakiman. e. Berdasakan Keputusan Presiden Nomor 170 tahun 1966 Direktorat Imigrasi menjadi Direktorat Jenderal Imigrasi. Imigrasi tetap berada di bawah jajaran pengayoman Departemen Kehakiman dan diberi mandat pelaksanaan tugas yang lebih jelas. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor. M-29.PR.07.04 tahun 1981 yang merupakan pelaksanaan dari Keputusan Presiden No.27 tahun 1981 menetapkan bahwa tugas pokok Direktorat Jenderal Imigrasi adalah melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen Kehakiman di bidang keimigrasian dalam 18

rangka serta menjamin ketentraman dan keamanan nasional berdasarakan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Kehakiman. 21 Departemen Kehakiman beberapa kali mengalami pergantian nama. Pertama Departemen Kehakiman sejak tahun 1945-1999. Lalu berubah menjadi Departemen Hukum dan Perundangan-undangan (1999-2001). Kemudian berubah menjadi departemen Kehakiman dan Asasi Manusia (Kemenkumham) dari tahun 2001 sampai sekarang. 2.4 Lambang Dan Moto Setiap instansi memiliki lambang sebagai motivasi dan tujuan dalam menjalankan segala kewajibannya. Demikian halnya dengan Dinas keimigrasian yang berlaku pada semua Kantor Imigrasi di Indonesia termasuk Kantor Resor Imigrasi Polonia memiliki lambang yaitu Bhumi Purna Wibawa yang berarti penjaga pintu gerbang negara yang berwibawa, sehingga dalam menjalankan tugas harus penuh dengan tanggung jawab yang tinggi demi bangsa dan negara. 22 Moto keimigrasian ialah melayani dengan tulus serta mengabdi sesungguhnya kepada bangsa dan negara demi menjaga kedaulatan bangsa. 21 Elfaiz Lubis, Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan, dalam Tesis Sekolah Pacasarja, Medan, 2009, hal. 78. 22 Lihat lampiran 5 gambar 6. 19