DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakaan lebih dari 360 juta orang dan diperkirakan akan naik lebih dari dua kali

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

FREDYANA SETYA ATMAJA J.


BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 2004). Penyakit ini timbul perlahan-lahan dan biasanya tidak disadari oleh

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

kepatuhan dan menjalankan self care individu lanjut usia dengan Diabetes Melitus selama menjalani terapi hipoglikemi oral dan insulin?.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

Pengobatan diabetes tipe 2 yang agresif. Lebih dini lebih baik. Perjalanan penyakit Diabetes tipe 2 : Keadaan patologik yang mendasarinya

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

ABSTRAK. di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

Transkripsi:

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii SUMMARY... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 4 1.4 Manfaat Penelitian... 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA... 6 2.1 Epidemiologi Diabetes Mellitus Tipe 2... 6 2.2 Kendali Glikemik Pada Penderita DM Tipe 2... 7 2.3 Determinan Kendali Glikemik Pada Penderita DM Tipe 2... 8 2.4 Peran Terapi Kombinasi OAD Oral-Insulin... 12 2.4.1 Indikasi Terapi OAD Oral-Insulin... 12 2.4.2 Jenis dan Efek Terapi Kombinasi OAD Oral-Insulin... 13 2.5 Peran Terapi Insulin... 16 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS... 18

3.1 Kerangka Berpikir Penelitian... 18 3.2 Kerangka Konsep Penelitian... 19 3.3 Hipotesis Penelitian... 19 BAB IV METODE PENELITIAN... 20 4.1 Rancangan (Desain) Penelitian... 20 4.2 Subjek Penelitian... 20 4.3 Variabel Penelitian... 21 4.4 Instrumen Penelitian... 26 4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian... 26 4.6 Cara Pengumpulan Data... 26 4.7 Pengolahan dan Analisis Data... 27 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian... 30 5.1.1 Karakteristik Demografi Sampel... 30 5.1.2 Distribusi dan Hubungan Penggunaan Terapi Farmakologi Pada Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan HbA1c... 32 5.2 Pembahasan... 33 5.2.1 Hubungan Penggunaan Terapi Farmakologi Pada Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan HbA1c... 33 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan... 36 6.2 Saran... 37 DAFTAR PUSTAKA... 38

ABSTRAK HUBUNGAN KADAR HbA1c TERHADAP TERAPI OBAT ANTI DIABETES ORAL DAN KOMBINASI OBAT ANTI DIABETES ORAL- INSULIN PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI POLIKLINIK DIABETES RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2016 Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis dengan angka kejadian tinggi yang terus meningkat. Peningkatan ini mempengaruhi pengelolaan pasien DM. Pengelolaan tidak tepat dapat meningkatkan risiko komplikasi kronis. Salah satu terapi yang digunakan adalah OAD Oral atau dikombinasikan dengan insulin. Berdasarkan penelitian, terapi kombinasi memberikan penurunan HbA1c lebih baik dibandingkan monoterapi OAD oral. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kadar HbA1c dengan terapi OAD oral dan kombinasi OAD oral-insulin pada pasien DM Tipe 2 di Poliklinik Diabetes RSUP Sanglah sehingga hasil penelitian dapat digunakan sebagai studi konfirmatif. Penelitian ini adalah penelitian analitik cross-sectional dengan sampel penelitian adalah semua pasien DM Tipe 2 di poliklinik diabetes RSUP Sanglah yang mendapat terapi OAD oral atau kombinasi dengan insulin dan memenuhi kriteria inklusi. Sampel dipilih dengan teknik simple random sampling dengan jumlah minimal adalah 76 sampel. Hasil penelitian menunjukkan jumlah pasien terbanyak berdasarkan kelompok usia adalah kelompok usia 50 tahun (53,95%), jenis kelamin laki-laki (51,3%), aktivitas ringan (50%), tanpa riwayat merokok sebesar 85,5% dan 57,9% memiliki riwayat hipertensi. Sebanyak 56,6% responden menderita DM Tipe 2 selama <10 tahun, dengan tingkat kepatuhan terapi tinggi (80,3%), dan dominan ras Bali, serta kadar HbA1c <7% sebanyak 64,47%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terapi kombinasi dan monoterapi OAD berhubungan dengan penurunan HbA1c. Hasil analisis chisquare dengan CI 95% memperoleh p<0,012 yang menandakan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara kadar HbA1c dan terapi OAD oral dan kombinasi OAD oral-insulin pada pasien DM Tipe 2 di Poliklinik Diabetes RSUP Sanglah. Kata Kunci : diabetes mellitus tipe 2, HbA1c, OAD.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di hampir semua negara dan terus mengalami peningkatan jumlah penderita. Peningkatan ini dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti gaya hidup yang salah, kurangnya aktivitas fisik, dan obesitas (Shaw et al, 2010). Menilik pada tahun 2010, diperkirakan 285 juta orang di seluruh dunia menderita DM (Shaw et al, 2010) dan jumlah tersebut mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat selama tiga dekade terakhir (Danaei et al, 2011). Menurut laporan Riskesdas tahun 2013, prevalensi DM di Indonesia sebesar 1,5% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan studi pendahuluan di RSUP Sanglah Denpasar, didapatkan data pasien rawat jalan di bulan Januari 2011 sampai Agustus 2013 berjumlah 3156 pasien (Risma et al, 2014). Di salah satu wilayah kerja puskesmas di Bali didapatkan data penderita DM tipe 2 mengalami peningkatan dari tahun 2012 hingga 2013, yakni meningkat dari 177 kasus menjadi 433 kasus (Paramartha, 2013). Peningkatan prevalensi penderita DM tipe 2 di Indonesia menjadi masalah yang serius sebab berkaitan dengan pengelolaan pasien DM yang jika dilakukan tidak tepat maka dapat berakibat fatal, yaitu menyebabkan munculnya komplikasi-komplikasi kronis, seperti semakin cepat berkembangnya penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal stadium akhir, hilangnya ketajaman visual, hingga kaki diabetes (Shaw et al, 2010).

2 Salah satu modalitas terapi yang dapat diterapkan untuk mereduksi angka kejadian komplikasi tersebut adalah dengan terapi farmakologi, seperti penggunaan Obat Anti Diabetes (OAD) Oral atau dengan kombinasi Obat Anti Diabetes Oral dengan insulin. Pada penelitian yang dilakukan di China terhadap 217 sampel, didapatkan bahwa terapi menggunakan continuous subcutaneous insulin infusion (CSII) dan kombinasi CSII-sitagliptin memberikan efek pada kendali glikemik dan mencegah komplikasi sekunder dari DM tipe 2. Terlebih lagi, penggunaan kombinasi CSII-sitagliptin memberikan efek lebih besar daripada penggunaan monoterapi CSII (Yuan et al, 2015). OAD Oral merupakan obat oral anti diabetes yang berfungsi untuk mengontrol kadar glikemik tubuh melalui beberapa cara, seperti mengurangi resistensi terhadap insulin, merangsang pankreas untuk memproduksi insulin lebih banyak, dan menghambat penyerapan karbohidrat dari usus. Pada awalnya, pengobatan pasien DM tipe 2 sering memakai satu jenis OAD oral, namun untuk meningkatkan efektivitas pengobatan dalam mengontrol kadar glikemik pasien, kadang diperlukan lebih dari satu macam OAD oral atau dapat juga dikombinasikan dengan terapi insulin (Seino et al, 2010). Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh sel β pankreas dan berperan penting dalam mengatur kadar gula darah sehingga digunakan sebagai salah satu pilihan manajemen pengobatan DM tipe 2, karena dapat diberikan sesuai dengan pola sekresi insulin endogennya (Swastika et al, 2011). Insulin memiliki efek menghambat glikogenolisis, menghambat perubahan asam lemak dan asam amino menjadi badan keton, mengubah glukosa menjadi

3 glikogen, serta meningkatkan sintesis trigliserida dan pembentukan VLDL (Sorli, 2014). Berdasarkan penelitian United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS), target terapi pasien DM tipe 2 diarahkan pada pencapaian kadar glikemik pada rentang non-diabetik, yaitu rata-rata A1c adalah 7%. Target glikemik terbaru dari American Diabetes Association (ADA) dibuat berdasarkan kepraktisan dan proyeksi penurunan kejadian komplikasi, yaitu A1c < 7% (ADA, 2015). Ketika kadar A1c 7%, maka hal ini dianggap sebagai alarm untuk memulai terapi dengan target A1c < 7% demi mengurangi komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler. Mengingat DM merupakan penyakit yang diderita seumur hidup dan beberapa penelitian menunjukkan hasil bahwa faktor-faktor di atas berpengaruh terhadap kendali glikemik, maka peneliti tertarik untuk mengkonfirmasi hasil tersebut di populasi di Bali melalui penelitian di Poliklinik Diabetes RSUP Sanglah, sehingga hasil penelitian ini dapat berperan sebagai studi konfirmatif. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana Hubungan Kadar HbA1c Terhadap Terapi Obat Anti Diabetes Oral dan Kombinasi Obat Anti Diabetes Oral-Insulin Pada Penderita DM Tipe 2 di Poliklinik Diabetes RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2016?

4 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Kadar HbA1c Terhadap Terapi Obat Anti Diabetes Oral dan Kombinasi Obat Anti Diabetes Oral-Insulin Pada Penderita DM Tipe 2 di Poliklinik Diabetes RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui adanya hubungan antara durasi penyakit dengan kendali 2. Mengetahui adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kendali 3. Mengetahui adanya hubungan antara usia dengan kendali glikemik pada pasien DM Tipe 2. 4. Mengetahui adanya hubungan antara tingkat kepatuhan minum obat dengan kendali 5. Mengetahui adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kendali 6. Mengetahui adanya hubungan antara riwayat hipertensi dengan kendali 7. Mengetahui adanya hubungan antara riwayat merokok dengan kendali

5 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai studi konfirmatif dalam pertimbangan pemberian terapi awal bagi penderita DM Tipe 2 dan dapat digunakan sebagai langkah awal mempertimbangkan pencegahan yang dapat dilakukan. Penelitian ini juga dapat berkontribusi dalam memberikan masukan pada program-program berbasis kesehatan, khususnya pada program pencegahan munculnya kasus DM Tipe 2 yang baru. 1.4.2 Manfaat Akademik Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan studi lanjutan terkait dengan strategi pemilihan pengobatan yang relevan bagi pasien DM Tipe 2.

6