BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. muslim dengan jumlah 88,1 persen dari jumlah penduduk indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat

2016, No menetapkan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasiona

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang terpenting bagi setiap Negara,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Zakat sebagai sistem jaminan sosial bagi penanggulangan kemiskinan sangat

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (atthaharatu)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan permasalahan bagi setiap negara, golongan,

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu kewajiban yang bersifat dogmatis dan hanya mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (ZIS)

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berlaku secara universal dengan dua ciri dimensi, yaitu

Dr. Aset Ijarah 1,000,000,000

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

SIMULASI SYARAT DAN TATA CARA MENGHITUNG ZAKAT

Bab I. Pendahuluan. pengembangan zakat menjadi salah satu pemerataan pendapaatan.

BAB I PENDAHULUAN. sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga memiliki potensi zakat yang cukup besar. melansir

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

kewajiban zakat adalah urusan dengan Allah (vertical ),namun dalam menunaikan

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BAB VI PENUTUP. 1. Pengelolaan zakat mal di BAZIS desa Slumbung dan LAZ Desa Bedug.

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban dan tanggung jawab moral umat Islam dalam upaya menghapus

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINS DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Nrurn 121 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahun 2000, perwakilan dari 189 negara termasuk Indonesia menandatangi

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi di negara berkembang

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109)

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 83 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima Rukun Islam yang wajib dilaksanakan

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. zakat sebagai salah satu rukun Islam (Al-Ba'ly, 2006:1). Hakzakat di berikan

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan. serta bantuan lainnya (Depag RI, 2007 a:1)

BAB I PENDAHULUAN. kedudukannyasangatpentingdalamislam. Bisadilihatdalam Al-Qur an Surat At-

BAB V PENUTUP. Mengutip peribahasa yang mengatakan Lain ladang lain belalang. Maka kata-kata

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Al-Amin (dapat dipercaya). Rasulullah mewajibkan kepada kita untuk dapat selalu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Secara umum Badan Lembaga Agama mempunyai tujuan untuk mencapai

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

Di dalam al-quran telah disebutkan bahwa zakat diperuntukkan kepada 8 as{na>f, sebagaimana surah al- Taubah ayat 60 berikut;

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

PEMERINTAH KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

tidak dapat memilih untuk membayar atau tidak. (Nurhayati, 2014)

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan (filantropi) dalam konteks masyarakat Muslim. Zakat merupakan kewajiban bagian dari setiap muslim yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh merupakan wujud kecintaan hamba terhadap nikmat dari Allah SWT yang telah diberikan kepadanya sehingga seorang hamba rela menyisihkan sebagian hartanya untuk kepentingan agama baik dalam rangka membantu sesama maupun perjuangan dakwah Islamiyah. Zakat diwajibkan pada tahun ke-9 Hijriah, sementara shodaqoh fitrah pada tahun ke-2 Hijriah. Akan tetapi ahli hadis memandang zakat telah diwajibkan sebelum tahun ke-9 Hijriah ketika Maulana Abdul Hasan berkata zakat diwajibkan setelah hijrah dan dalam kurun waktu lima tahun setelahnya. Sebelum diwajibkan, zakat bersifat sukarela dan belum ada peraturan khusus atau ketentuan hukum. Peraturan mengenai pengeluaran zakat di atas muncul pada tahun ke-9 Hijriah ketika dasar Islam telah kokoh, wilayah Negara berekspansi dengan cepat dan orang berbondong-bondong masuk Islam. Peraturan yang disusun meliputi sistem pengumpulan zakat, barang-barang yang dikenai zakat, batas-batas zakat dan tingkat persentase zakat untuk barang yang berbeda-beda. Para pengumpul zakat bukanlah pekerjaan yang memerlukan waktu dan para pegawainya tidak diberikan gaji resmi, tetapi mereka mendapatkan bayaran dari dana zakat. Sampai akhirnya pada jaman Rasulullah, zakat menjadi pendapatan utama bagi Negara (Sudarsono, 2003: 235). Bandung adalah suatu wilayah di Indonesia yang penduduknya mayoritas beragama Islam. Di dalam kehidupan sehari-hari penduduk Bandung tidak terlepas dari pengaruhpengaruh ajaran Islam. Islam mengatur hubungan antara manusia dengan Allah SWT dan

juga manusia dengan manusia lainnya. Islam mengharapkan adanya keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Dalam kehidupan di dunia ini banyak sekali perintah-perintah Allah yang harus dilaksanakan diantaranya perintah membayar zakat. Membayar zakat merupakan Rukun Islam yang ketiga dan wajib dilaksanakan hanya bagi umat Islam yang kaya (hartanya telah mencapai Nisab dan Haul). Mayoritas Penduduk Bandung Kota dan Kabupaten yang beragama Islam masih tergolong miskin. Padahal kemiskinan mendekatkan umat Islam kepada kekafiran. Oleh karena itu salah satu cara menanggulangi kemiskinan adalah dukungan orang Islam yang mampu untuk mengeluarkan harta kekayaan mereka berupa zakat kepada orang Islam yang mengalami kekurangan. Zakat merupakan salah satu dari lima nilai instrumental yang strategis dan sangat berpengaruh pada tingkah laku manusia dan masyarakat serta pembangunan ekonomi pada umumnya. Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara konsumtif melainkan memunyai tujuan yang lebih permanen yaitu memberantas kemiskinan (Ahmad M. Saefuddin, 1987:71). Zakat memiliki potensi yang amat besar untuk daerah Bandung Kota dan Kabupaten. Potensi zakat yang begitu besar mampu untuk membantu masalah yang dihadapi umat Muslim di Kota dan Kabupaten Bandung yang tergolong dalam delapan asnaf (mustahiq). Berikut adalah kabar dari Harian Umum Galamedia, Jumat 6 Maret 2009 menyatakan Betapa tidak, jumlah penduduk Kab. Bandung kurang lebih 3,5 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 99% atau sekitar 3 juta orang beragama Islam. Apabila dari 3 juta orang muslim tersebut sebanyak 30% saja --kurang lebih 900 orang-- menunaikan zakat dengan asumsi rata-rata besaran zakat Rp 100.000 per bulannya, maka jumlah dana satu tahun akan terkumpul Rp 1,8 miliar. Ini tentunya sebuah nilai yang sangat besar bagi pemberdayaan umat dan sangat bermanfaat bagi penuntasan kemiskinan, khususnya di wilayah Kab. Bandung. Dan kabar dari Pikiran Rakyat online Hari Senin, tanggal 30/07/2012 pukul 15:28

menyatakan Potensi zakat fitrah di Kota Bandung tahun ini mencapai Rp 32 miliar. Ketua Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Bandung Maman Abdurrachman mengatakan, potensi itu merupakan hasil perhitungan jika diasumsikan jumlah muzakki yaitu 80 persen dari warga Kota Bandung yang beragama Islam dengan nominal yang ditentukan sebesar Rp 20.000. Kedua hal tersebut hanya berupa zakat fitrah di bulan Ramadhan saja, belum termasuk zakat profesi, zakat maal, infaq dan shodaqoh. Zakat yang diberikan kepada mustahiq (penerima zakat) akan berperan sebagai pendukung peningkatan ekonomi mereka apabila dikonsumsikan untuk kegiatan produktivitas. Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya memunyai konsep perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab kemiskinan, ketidakadaan modal kerja dan kekurangan lapangan kerja, dengan adanya masalah tersebut maka perlu adanya perencanaan yang dapat mengembangkan zakat bersifat produktif tersebut. Pengembangan dana zakat bersifat produktif dengan cara dijadikannya dana zakat sebagai modal usaha untuk pemberdayaan ekonomi bagi penerimanya dan supaya para mustahiq dapat menjalankan atau membiayai kehidupannya secara konsisten. Dengan dana zakat tersebut para mustahiq akan mendapat penghasilan tetap, meningkatkan dan mengembangkan usaha serta menyisihkan penghasilannya untuk menabung. Di Indonesia, pengelolaan dana Zakat Infaq dan Shodaqoh (ZIS) telah diatur Undang- Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. UU ini mengatur tentang Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang boleh beroperasi di Indonesia. OPZ yang disebutkan dalam UU tersebut adalah Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). BAZ merupakan lembaga pengumpul dan pendayagunaan dana zakat yang dibentuk oleh pemerintah dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah sedangkan LAZ merupakan OPZ yang dibentuk atas swadaya masyarakat.

Pada mulanya BAZIS (Badan Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh) menggunakan sistem yang amat sederhana dalam mengelola zakat, infaq dan shodaqoh karena jumlah pembayar dan penerima zakat, infaq dan shodaqoh semakin banyak menyebabkan BAZIS dituntut mampu dengan cepat, akurat dan aman dalam memroses data-data pembayar dan penerima zakat, infaq dan shodaqoh, data-data keuangan dan pelaporannya. Oleh karena itu BAZIS disarankan menggunakan database untuk menampung data para umat Islam baik muzaki dan mustahik. Keunggulannya, BAZIS dapat mengetahui siapa saja para mustahik yang perlu dibina oleh BAZIS dan bagi mustahik yang sudah dapat penghasilan yang memadai, mustahik tersebut terbebas dari bantuan zakat melainkan ia harus membayar zakat. Saat ini BAZIS di Kota dan Kabupaten Bandung tidak semua menggunakan dan menerapkan sistem pengelolaan zakat sesuai akuntansi yang berlaku di Indonesia, database yang terkomputerisasi dan sistematis. Hal ini menyebabkan terjadinya penyelewengan dana zakat yang sulit untuk diketahui siapa pelakunya. Petugas Amil ada yang korupsi, hal ini diingatkan dalam kedua hadits berikut, Tidak akan masuk syurga amil yang mengambil sepuluh persen. (HR. Abu Dawud) dan Barangsiapa yang meminta kami menjadikannya amil untuk suatu pekerjaan, telah kami tetapkan untuknya memperoleh uang belanja sejumlah tertentu. Maka jika ia mengambil lebih dari belanja tersebut, berarti ia telah melakukan korupsi. (HR. Abu Dawud). Setiap anggota amil zakat berhak atas jatah yang telah ditentukan dan disepakati bersama anggota amil. Apabila ia mengambil lebih dari yang telah menjadi haknya, maka ia tergolong korupsi. Seperti yang terjadi pada amil zakat di Kabupaten Kempar, Riau, berikut adalah liputannya Penyelewengan dana Badan Amil Zakat Daerah (Bazda) di Kabupaten Kampar, sebesar Rp1 miliar lebih, hingga kini masih belum terselesaikan. Padahal kasus ini sudah diambil alih pihak Kepolisian Resort (Polres) Kampar dan pada 2011 lalu, sempat di tangani Polda Riau. ( EKAU.COM, 12-08-2012).

Akibat yang terjadi bila uang zakat dikorupsi adalah rusaknya moral umat Islam karena membudidayanya budaya korupsi, uang zakat yang terkumpul begitu besar yang bisa dialokasikan untuk membantu umat Islam kandas sudah karena telah dikorupsi, umat Islam akan lemah, moralnya buruk dan do anya tidak akan terkabul dikarenakan menelan harta haram. Agama Islam akan rusak, ketidak adilan akan merajalela, tingkat kriminalitas akan meningkat serta hilangnya rasa percaya antar umat Islam. Agar kasus korupsi zakat seperti yang terjadi di Bazda Kabupaten Kampar Riau tidak terjadi pada BAZIS Rumah Yatim Lodaya Bandung, maka lembaga amil zakat terkait disarankan menerapkan Good Corporate Governance (GCG) pada pengelolaan keuangannya. Pelaporan penerapan corporate governance merupakan faktor penting untuk diungkapkan oleh setiap BAZIS. Untuk itu, setiap perusahaan harus membuat pernyataan dalam laporan tahunannya tentang pelaksanaan penerapan pedoman GCG. Dengan demikian, pemangku kepentingan terutama regulator dapat menilai sejauh mana penerapan pedoman GCG lembaga amil tersebut telah dilaksanakan. Dari sudut akuntansi, sebagai lembaga intermediasi dan lembaga kepercayaan, dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan zakat, BAZIS harus menganut prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), tanggungjawab (responsibility), objektif dan terbebas dari tekanan pihak manapun dalam pengambilan keputusan (independency). Asas kesetaraan dan kewajaran (fairness) tidak termasuk dalam sistem pengendalian internal BAZIS karena dalam penyaluran dana zakat tidak mengenal kesetaraan dan kewajaran, mustahiq yang berhak mendapat zakat hanyalah orang Islam yang termasuk dalam golongan delapan asnaf. Dari sudut kaidah agama Islam, para anggota amil BAZIS harus memegang teguh kepada kaidah agama Islam seperti prinsip amar ma ruf nahi munkar (melaksanakan perintah

Allah SWT dan menjauhi larangannya), kewajiban menegakkan keadilan dan kebenaran serta menyampaikan amanah. Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammd saw adalah menegakkan kebenaran, melenyapkan kebathilan (kesalahan dan kepalsuan), kebodohan, kemiskinan dan penindasan. Kebenaran merupakan hak Allah SWT yang harus ditunaikan oleh setiap individu dan kelompok. Amanah merupakan kepercayaan yang sangat mahal harganya. Bekerja di bidang keuangan baik dibidang sektor zakat atau bisnis merupakan suatu lembaga kepercayaan. Faktor kepercayaanlah yang menyebabkan para muzaki akan menitipkan uang zakatnya kepada BAZIS untuk disalurkan. Islam mengharuskan kepada para pemeluknya untuk menunaikan amanah dengan baik. Oleh karena itu penulis mencoba menyusun skripsi dengan judul Analisis Tentang Penerapan Pengendalian Internal dan Pengaruhnya Terhadap Pengelolaan Zakat, yang Insya Allah dapat mencegah terjadinya penyelewengan dan korupsi zakat pada BAZIS Rumah Yatim Lodaya Kota Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah adalah sebagai berikut: 1. Apakah penerapan pengendalian internal terhadap pengelolaan zakat pada lembaga BAZIS Rumah Yatim Lodaya Kota Bandung telah memadai? 2. Seberapa besar pengaruh pengendalian internal terhadap pendistribusian dana zakat? 1.3 Tujuan Penelitian berikut : Adapun tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan penelitian adalah sebagai

Untuk memperoleh gambaran tentang penerapan pengendalian internal dan pengaruhnya terhadap pengelolaan zakat pada lembaga BAZIS Rumah Yatim Lodaya Kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun manfaat diadakannya penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Penelitian ini menjadi sebuah media untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan dalam rangka memecahkan masalah secara ilmiah. 2. Bagi Fakultas Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan serta untuk mengevaluasi sejauh mana sistem pendidikan telah dijalankan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan masukan untuk membantu memberikan gambaran yang lebih jelas bagi para peneliti yang ingin melakukan penelitian khususnya mengenai akuntansi syariah. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penelitian ini, penulis lakukan pada Kantor BAZIS Rumah Yatim Lodaya Kota Bandung. Waktu penelitian dilakukan mulai September 2013 sampai dengan selesai.