BAB 1 : PENDAHULUAN. tanda-tanda awal berupa salesma disertai konjungtivitis, sedangkan tanda khas

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. 3. Chandra B. Kontrol Penyakit Menular Pada Manusia. Jakarta: EGC; 2012.

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penularan penyakit campak terjadi dari orang ke orang melalui droplet respiration

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu tindakan memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit pernafasan yang mudah menular yang

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian, karena racun yang dihasilkan oleh kuman

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM DINAS KESEHATAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian target Millenium Development Goals (MDG s) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (droplet infection) dan masih banyak dijumpai di kalangan anak-anak pada

DINAS KESEHATAN KABUPATEN CIANJUR PUSKESMAS CIANJUR KOTA LAMPIRAN NOMOR : TENTANG KERANGKA ACUAN KEGIATAN KAMPANYE VAKSIN MEALSES- RUBELLA (MR)

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

I. PENDAHULUAN A. PROGRAM REDUKSI CAMPAK

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

INDIKATOR PREDIKSI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) CAMPAK DI PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan terhadap beberapa penyakit yang terjadi di Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Gejala awal campak berupa demam, konjungtivis, pilek batuk dan bintik-bintik

BAB V HASIL PENELITIAN

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar

BAB I PENDAHULUAN. golongan usia memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit menular

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab utama kematian anak-anak di dunia. Pada negara berkembang hampir

BAB 1 : PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan kesehatan tersebut difokuskan pada usaha promotif dan

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

Promotif, Vol.6 No.1, Januari-Juli 2016 Hal FAKTOR RISIKO KEJADIAN CAMPAK DI DUSUN WANDU DESA SALUBOMBA WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONGGALA

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

Optimisme Cakupan Vaksin MR Menuju Generasi Sehat Berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya wabah campak yang cukup besar. Pada tahun kematian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam

BAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Corynebacterium Diphtheria bersifat toxin-mediated desease yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. genus morbilivirus dan famili paramixovirus. Karateristik penyakit campak pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN CAMPAK DI WILAYAH PUSKESMAS TEJAKULA I KECAMATAN TEJAKULA KABUPATEN BULELENG TAHUN 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan zaman saat ini yang terus maju, diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam MDG (Millenium. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009 )

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa (Wijaya, 2005). tergolong rendah, 11 juta anak di bawah 5 tahun meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

Ike Ate Yuviska(¹), Devi Kurniasari( 1 ), Oktiana (2) ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak di dunia. kedua pada anak dibawah 5 tahun. 1

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala bercak kemerahan berbentuk makulo popular selama 3 hari atau lebih yang sebelumnya didahului panas badan 38 C atau lebih juga disertai salah satu gejala batuk pilek atau mata merah. (1) Campak merupakan penyakit infeksi akut oleh virus yang sangat menular dengan tanda-tanda awal berupa salesma disertai konjungtivitis, sedangkan tanda khas berupa koplik spot jarang dapat terdeteksi. Rash timbul dimulai dari dahi dan belakang telinga, kemudian menyebar ke muka, badan dan anggota badan. Pada kulit yang gelap rash kadang-kadang sulit dilihat. Khusus untuk Campak setelah 3-4 hari rash mulai menghilang meninggalkan bercak hiperpigmentasi yang bertahan 1-2 minggu, diakhiri dengan kulit mengelupas (halus). (2) Tingkat penularan Campak sangat tinggi tanpa program imunisasi attack ratte mencapai 93,5 per 1000 kelahiran hidup. Kekebalan maternal yang dibawa anak berangsur-angsur berkurang sampai hilang daya proteksinya rata-rata pada umur 9 bulan. Komplikasi terjadi pada 30% penderita berupa otitis media, conjunctivitis berat, enteritis dan pneumonia. Komplikasi ini sering dijumpai pada penderita campak dengan gizi kurang. Case fatality rate (CFR) 3,5% dan dapat mencapai 40% pada penderita dengan gizi buruk. (3) Imunitas terhadap campak dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya gizi. Gizi yang baik menunjukkan serokonversi terhadap imunisasi campak lebih tinggi dibandingkan dengan gizi buruk. Kematian campak sering terjadi pada penderita yang malnutrisi dengan Case fatality rate 3,5% dan dapat mencapai 40%

pada penderita dengan gizi buruk. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada bayi, ibu masa nifas maupun penderita campak dapat menurunkan CFR. (4) Dari data insidens Campak dan angka serokonversi terhadap vaksin campak berdasarkan kelompok umur di negara yang sedang berkembang, pemberian imunisasi pada umur 8-9 bulan diprediksi dapat menimbulkan serokonversi pada sekurang-kurangnya 85% bayi dan dapat mencegah sebagian besar kasus dan kematian. WHO merekomendasikan pemberian imunisasi pada umur 9 bulan untuk program imunisasi rutin di Negara berkembang. (5) Dengan pemberian satu dosis vaksin Campak, insidens Campak dapat diturunkan lebih dari 90%. Namun karena Campak merupakan penyakit yang sangat menular, masih dapat terjadi wabah pada anak usia sekolah meskipun 85-90% anak sudah mempunyai imunitas. Oleh karena itu, untuk program eradikasi Campak diperlukan pemberian ulangan vaksinasi pada usia sekitar 5-7 tahun. Tujuannya adalah untuk menekan jumlah individu yang rentan terjangkit Campak sampai dibawah 1%. (5) Campak merupakan penyakit endemic di banyak Negara terutama di Negara berkembang. Angka kesakitan di seluruh dunia mencapai 5-10 kasus per 10.000 dengan jumlah kematian 1-3 kasus per 1000 orang. Campak masih ditemukan di Negara maju. Sebelum ditemukan vaksin pada tahun 1963 di Amerika Serikat, terdapat lebih dari 1,5 juta kasus Campak setiap tahun. Mulai dari tahun 1963 kasus campak menurun drastis dan hanya ditemukan kurang dari 100 kasus pada tahun 1998. (6) Diseluruh dunia diperkirakan terjadi penurunan 56% kasus campak yang dilaporkan yaitu 852.937 kasus pada tahun 2000 menjadi 373.421 kasus pada tahun 2006. Jumlah kasus campak di regional SEARO meningkat dari 78.574 kasus pada tahun 2000 menjadi 94.652 kasus pada tahun 2006. (1)

Di Indonesia pada tahun 2014, dilaporkan terdapat 12.943 kasus campak, lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 11.521 kasus. Jumlah kasus meninggal sebanyak 8 kasus, yang dilaporkan dari 5 provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Timur. Incidence rate (IR) campak pada tahun 2014 sebesar 5,13 per 100.000 penduduk, meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 4,64 per 100.000 penduduk. (7) Pada tahun 2010 telah terjadi 188 Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak dengan 3.044 kasus. Sementara dari laporan rutin Campak jumlah kasus pada tahun 2010 adalah 19.111 kasus. (1) Menurut kelompok umur, proporsi kasus campak terbesar terdapat pada kelompok umur 5-9 tahun dan kelompok umur 1-4 tahun dengan proporsi masing-masing-masing sebesar 30% dan 27,6%. Namun jika dihitung rata-rata umur tunggal, kasus campak pada bayi <1 tahun merupakan kasus yang tertinggi, yaitu sebanyak 1.117 kasus (8,6%). (7) Imunisasi dasar pada bayi seharusnya diberikan pada anak sesuai dengan umurnya. Pada kondisi ini, diharapkan system kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal. Namun demikian, pada kondidsi tertentu beberapa bayi tidak mendapatkan imunisasi secara lengkap. Kelompok inilah yang disebut dengan drop out (DO) imunisasi. Bayi yang mendapatkan imunisasi DPT/HB1 pada awal pemberian imunisasi, namun tidak mendapatkan imunisasi campak, disebut angka drop out imunisasi DPT/HB1-Campak. (8) Angka drop out imunisasi DPT/HB1-Campak pada tahun 2014 sebesar 3,1%. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 3,3%. Angka drop out imunisasi DPT/HB1-Campak menunjukan kecenderungan penurunan sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2014 yang asumsinya semakin sedikit bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. (7)

Pada tahun 2013 dari 33 propinsi, Sumatera Barat berada pada posisi 19 untuk capaian imunisasi Campak yaitu 84,12%. Incidence rate (IR) Campak di Propinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 sebesar 10,78 per 100.000 penduduk dan mengalami penurunan di tahun 2014 sebesar 8,18 per 100.000 penduduk. (9) Pada tahun 2015, berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat tercatat untuk penyakit Campak sebanyak 74 kasus. (10) Pada tahun 2013 dari 20 kabupaten/kota, Kabupaten Solok berada pada posisi 3 terendah untuk capaian imunisasi Campak yaitu 72,80%. Berdasarkan Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Solok, untuk tahun 2013 penyakit Campak hanya terdapat 3 kasus dan tahun 2014 sebanyak 8 kasus. Pada tahun 2015, Puskesmas Surian memiliki Incidence rate (IR) tertinggi penyakit Campak untuk wilayah kerja Kabupaten Solok yaitu 11,08 per 1.000 penduduk, di posisi kedua Puskesmas Jua Gaek sebesar 0,52 per 1.000 penduduk dan di posisi ketiga Puskesmas Singkarak sebesar 0,34 per 1.000 penduduk. (11) Puskesmas Surian merupakan wilayah kerja dari Dinas Kesehatan Kabupaten Solok yang terletak di Kecamatan Pantai Cermin, yang terdiri dari 2 Nagari yaitu Nagari Surian dan Nagari Lolo yang meliputi 28 Jorong. Berdasarkan Laporan Puskesmas Surian tahun 2015, telah terjadi KLB Campak di bulan Oktober 2015 sebanyak 64 kasus yang menyerang kelompok umur 11 bulan sampai 15 tahun. Dimana tersebar ke 9 Jorong dari 28 Jorong, yaitu Jorong Kayu Manang, Jorong Koto Tinggi, Jorong Aia Janiah, Jorong Dalam Koto, Jorong Pasa Surian, Jorong Pasa Lolo, Jorong Muaro Sei. Indaruang, Jorong Koto Tangah, dan Jorong Usi Surian. (12)

Cakupan imunisasi Campak di wilayah kerja Puskesmas Surian dalam 6 tahun terakhir belum memenuhi target (95%), kecuali tahun 2010 sebesar 100,7%. Hasil pencapaian cakupan imunisasi yang dilaporkan sebagai berikut ; tahun 2011 sebanyak 298 bayi dari sasaran yang ditetapkan sebesar 453 atau 65,8%, tahun 2012 sebanyak 354 bayi dari target sebesar 428 atau 82,7%, tahun 2013 sebanyak 369 bayi dari target sebesar 428 atau 86,2%, tahun 2014 sebanyak 323 bayi dari target 391 atau 82,6%, sedangkan tahun 2015 mengalami penurunan sebanyak 269 bayi dari target sebesar 391 atau 68,8%. (12) Sementara itu factor-faktor kemungkinan yang menjadi factor penyebab terjadinya penyakit Campak/KLB Campak di wilayah kerja Puskesmas Surian. Pertama, Cakupan imunisasi Campak dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 sebesar 65,8%, 82,7%, 86,2%, 82,6%, dan 68,8% yang berarti masih terdapat bayi yang belum terimunisasi Campak sebesar 8,8 29,2%. Kedua, Masih rendahnya pengetahuan orang tua tentang imunisasi dan penyakit Campak. Penelitian Nyoman tahun 2012 di Desa Tejakula I Kabupaten Buleleng menunjukan bahwa anak yang mempunyai status imunisasi tidak lengkap kemungkinan 16.923 kali lebih banyak beresiko terkena campak dibandingkan anak dengan status imunisasi lengkap. (13) Penelitian Casaeri tahun 2002 di Kabupaten Kendal menunjukan bahwa jumah kejadian penyakit Campak pada anak dengan status gizi kurang lebih tinggi dibanding penderita dengan status gizi sedang/baik. (14) Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Status Imunisasi dan Status Gizi dengan Kejadian Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Surian Kabupaten Solok Tahun 2015.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian adalah apakah ada hubungan status imunisasi dan status gizi dengan kejadian Campak dan pengaruh karakteristik responden tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, pendapatan dan tradisi/kebiasaan di wilayah kerja Puskesmas Surian Kabupaten Solok tahun 2015. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status imunisasi dan status gizi dengan kejadian Campak dan pengaruh karakteristik responden tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, pendapatan dan tradisi/kebiasaan di wilayah kerja Puskesmas Surian Kabupaten Solok tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi status imunisasi, status gizi, dan karakteristik responden meliputi tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, pendapatan, dan tradisi/kebiasaan di wilayah kerja Puskesmas Surian Kabupaten Solok tahun 2015. 2. Mengetahui hubungan status imunisasi dengan kejadian Campak di wilayah kerja Puskesmas Surian Kabupaten Solok tahun 2015. 3. Mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian Campak di wilayah kerja Puskesmas Surian Kabupaten Solok tahun 2015. 4. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, pendapatan dan tradisi/kebiasaan keluarga dengan kejadian Campak di wilayah kerja Puskesmas Surian Kabupaten Solok tahun 2015. 5. Mengetahui pengaruh karakteristik individu yang meliputi tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, pendapatan dan tradisi/kebiasaan keluarga

terhadap hubungan status imunisasi dengan kejadian Campak di wilayah kerja Puskesmas Surian Kabupaten Solok tahun 2015. 6. Mengetahui pengaruh karakteristik individu yang meliputi tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, pendapatan dan tradisi/ kebiasaan terhadap hubungan status gizi dengan kejadian Campak di wilayah kerja Puskesmas Surian Kabupaten Solok tahun 2015. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Aspek Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat, khususnya mengenai penyakit Campak dan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.4.2 Aspek Praktis 1. Bagi Puskesmas, sebagai informasi mengenai penyakit Campak untuk meningkatkan deteksi dini penyakit Campak agar tidak terjadi KLB dan segera memberikan pengobatan bagi penderita Campak. 2. Bagi masyarakat, sebagai informasi tambahan tentang yang mempengaruhi terjadinya penyakit Campak. 3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai salah satu referensi tambahan atau perbandingan dalam mengevaluasi kejadian Campak dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi hubungan status imunisasi dan status gizi dengan kejadian campak di wilayah kerja Puskesmas Surian Kabupaten Solok tahun 2015. Hubungan status imunisasi dan status gizi distratafikasi dengan karakteristik

responden meliputi tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, pendapatan dan tradisi/kebiasaan untuk melihat adanya confounding.