tradisi jalukan pada saat pernikahan. Jalukan adalah suatu permintaan dari pihak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB III METODE PENELITIAN. cara untuk melakukan penyelidikan dengan menggunakan cara-cara tertentu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tradisi jalukan, maka perlu dijelaskan hasil penelitian terdahulu untuk dikaji dan

BAB I PENDAHULUAN. pasal 18B ayat 2 Undang-Undang Dasar tahun 1945 yang berbunyi Negara

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PRIMBON JAWA TENTANG KEHARMONISAN DALAM PERKAWINAN

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEBOLEHAN PENDAFTARAN PENCATATAN PERKAWINAN PADA MASA IDDAH

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN. beberapa model kerangka berfikir yang kontradiksi antara Adat dan Hukum Islam.

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Desa Bayur Kidul, Kecamatan Cilamaya, Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan keluarga yang nantinya akan berkembang menjadi kerabat dan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya 1. Diakui secara ijma

ISLAM dan DEMOKRASI (1)

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang dinamakan adat. Adat ini telah turun-menurun dari generasi. kegerasi yang tetap dipelihara hingga sekarang.

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH TUMBUK DESA DI DESA CENDIREJO KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR

BAB V ANALISIS. 1. Pendapat ulama yang Melarang Keluar Rumah dan Berhias Bagi Wanita Karier.

PENYELESAIAN KASUS KAWIN HAMIL DI LUAR NIKAH DI DESA MANGKUJAYAN MENURUT KHI

BAB IV ANALISIS TERHADAP METODE IJAB QABUL PADA MASYARAKAT SUKU SAMIN

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

BAB III KONSEP KHITBAH, HANTARAN, WALIMAH NIKAH DAN ADAT DALAM PANDANGAN ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRADISI PEMINANGAN DI DESA LIMBANGAN KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB IV ANALISIS URF TERHADAP PEMBERIAN RUMAH KEPADA ANAK PEREMPUAN YANG AKAN MENIKAH DI DESA AENG PANAS KECAMATAN PRAGAAN KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS PRAKTEK SRAH-SRAHAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG URF

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN WANITA HAMIL OLEH SELAIN YANG MENGHAMILI. Karangdinoyo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSES KHITBAH YANG MENDAHULUKAN MENGINAP DALAM SATU KAMAR DI DESA WARUJAYENG

BAB IV. A. Penerapan Perda Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Larangan Menggunakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. kental dan peka terhadap tata cara adat istiadat. Kekentalan masyarakat Jawa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian empiris atau istilah ini

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG KHITBAH

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IBNU QUDAMAH TENTANG TIDAK SAHNYA AKAD NIKAH DENGAN MENDAHULUKAN QABUL DAN MENGAKHIRKAN IJAB

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB IV. PENYELESAIAN MASALAH PERJANJIAN KERJA ANTARA PEMILIK APOTEK DAN APOTEKER DI APOTEK K-24 KEBONSARI SURABAYA DAlAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

UNTUK KALANGAN SENDIRI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB II TINJAUAN HUKUM ISLAM DALAM PROSES PERKAWINAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan sesuai dengan ketentuan agama dan peraturan perundang-undangan yang

BUYUT POTROH SEBELUM PROSESI AKAD NIKAH DI DESA

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

MAHRAM. Pertanyaan: Jawaban:

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk

BAB I PENDAHULUAN. yang mana dimulai dari kelahiran kemudian dilanjutkan dengan perkawinan dan

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai manusia sosial sudah sepantasnya dan seharusnya mengenal,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI REPENAN DALAM WALIMAH NIKAH DI DESA PETIS SARI KEC. DUKUN KAB. GRESIK

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

BAB I PENDAHULUAN. dengan syariat Islam demi terciptanya keluarga yang saki>nah mawaddah dan

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

Hadits-hadits Shohih Tentang

BAB I PENDAHULUAN. dengan syariat Islam demi terciptanya keluarga yang mawaddah

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN NAFKAH ANAK ATAS DASAR EX AEQUO ET BONO DALAM STUDI PUTUSAN No.1735/Pdt.G/2013/PA.

ار ا خ ط ب ا خ ذ ك ى ا ي ر اأ ة ف ق ذ ر أ ر ب غ ض ي ا ذ ع ا ن ك اح ا ف ه ف ع م. )ر ا اح ذ اب دا د(

BAB IV ANALISIS AL- URF TERHADAP TRADISI SALING MEMBERI ANTARA CALON KEPALA DESA TEBUWUNG DENGAN MASYARAKAT SETEMPAT

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima 1. Informasi adalah

Bab IV. Pesanggrahan kecamatan Kwanyar kabupaten Bangkalan tradisi merrik lengkaan. Adapun faktor yang melatar belakangi tradisi merrik lengkaan dalam

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PANDANGAN TOKOH AGAMA TERHADAP UTANG-PIUTANG BERSYARAT

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN WALI HAKIM OLEH KEPALA KUA DIWEK JOMBANG TANPA UPAYA MENGHADIRKAN WALI NASAB

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SYAFI I TENTANG TATA CARA RUJUK SERTA RELEVANSINYA TERHADAP PERATURAN MENTERI AGAMA NO.

PROSES AKAD NIKAH. Publication : 1437 H_2016 M. Disalin dar Majalah As-Sunnah_Baituna Ed.10 Thn.XIX_1437H/2016M

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB I PENDAHULUAN. perceraian. Selanjutnya persoalan yang terjadi di Indonesia telah diatur bahwa

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

Pertama, batas kepatutan untuk suami yang melakukan masa berkabung

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

DZIKIR PAGI & PETANG dan PENJELASANNYA

Transkripsi:

1 A. Latar Belakang Desa Bayur Kidul, Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang memiliki tradisi jalukan pada saat pernikahan. Jalukan adalah suatu permintaan dari pihak perempuan terhadap pihak laki-laki yang disepakati keduanya sebelum melaksanakan pernikahan. Jalukan ini di antaranya berbentuk barang atau uang. Contoh lain jalukan adalah rumah, mobil, dan emas, tergantung apa yang disepakati oleh kedua belah pihak calon mempelai. 1 Jalukan ini diluar mahar (maskawin) yang disebutkan secara terang-terangan saat akad nikah berlangsung di hadapan penghulu dan para saksi dari kedua belah pihak. Tujuan jalukan adalah untuk mengangkat derajat perempuan dan sebagai bukti keseriusan calon mempelai pria. 2 Ketetapan jalukan ini menjadi tradisi dalam hampir setiap pernikahan masyarakat Desa Bayur Kidul. Untuk sampai pada hari pernikahan dibutuhkan banyak persiapan. Keluarga calon mempelai pria harus memiliki persiapan yang tidak sedikit untuk melaksanakan pernikahannya. Jalukan memiliki tata cara yang khas sebelum saat penyerahannya, memiliki beberapa tahap. Pertama adalah gedor lawang. Tahap pertama ini sebagai bentuk silaturahmi pertama dari keluarga calon mempelai laki-laki kepada keluarga calon mempelai wanita. Selain itu keluarga calon mempelai laki-laki juga menanyakan jalukan. Kedua, nekani. Pada tahap kedua ini kedua keluarga 1 Syarifuddin, wawancara (Cilamaya, 17 November 2014) 2 Syarifudin, wawancaraa (Cilamaya. 17 November 2014)

2 musyawarah mengenai jalukan dan pada tahap ini pula jalukan di tetapkan. Jalukan diberikan pada saat pernikahan sebelum akad nikah. Jalukan dibawa oleh pihak mempelai pria dan diberikan kepada pihak mempelai wanita. Dalam jalukan ini ada proses serah terima yakni dari pihak mempelai pria memberikan sambutan sebagai penyerahan barang jalukan dan dari pihak mempelai wanita juga ada sambutan sebagai penerima barang jalukan yang diberikan. 3 Tradisi jalukan dalam pernikahan ini memang tidak asing lagi bagi masyarakat Karawang, khususnya di Desa Bayur Kidul. Akan tetapi, hal yang menarik yang membuat penulis ingin meneliti tradisi jalukan di Desa Bayur Kidul tersebut adalah karena tradisi jalukan memiliki tata cara yang khas yang berbeda dengan adat lainnya. Dengan penjelasan di atas mengenai tradisi jalukan penulis tertarik untuk meneliti tradisi jalukan di Desa Bayur Kidul dalam perspektif urf. Dalam penelilitian ini penulis menggunakan metode urf dalam istinbat hukumnya karena urf merupakan metode istinbat hukum dengan melihat perbuatan atau kebiasaan masyarakat disuatu daerah yang tidak bertentangan dengan nash. Urf juga sangat relevan digunakan istinbat hukum dalam penelitian ini. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Persepsi masyarakat desa bayur kidul kecamatan cilamaya kabupaten karawang terhadap tradisi jalukan 3 Khadijah, wawancara (Cilamaya, 17 November 2014)

3 2. Bagaimana tradisi jalukan sebelum melaksanakan perkawinan dalam perspektif urf C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan pemahaman masyarakat Desa Bayur Kidul Kecamatan Cilamaya Terhadap Tradisi jalukan. 2. Untuk menguraikan hukum tradisi jalukan sebelum melaksanakan perkawinan dalam perspektif Urf. D. Kerangka Teori 1. Khithbah Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 1 ayat (1) BAB 1 tentang Hukum Perkawinan, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan peminangan adalah kegiatan upaya ke arah terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita. 4 Khithbah atau pinangan adalah menyampaikan keinginan untuk menikah dengan seorang wanita yang sudah banyak dikenal masyarakat. Jika keinginannya disetujui maka kedudukan persetujuan sama dengan janji untuk melangsungkan pernikahan, sehingga laki-laki yang mengajukan pinangan sama sekali tidak halal melakukan sesuatu terhadap 4 Anggota IKAPI, Kompolasi Hukum Islam, Inpres No.1 Tahun 1991 (Surabaya: Karya Anda), h. 17

4 wanita yang dipinangnya, maka tetap menjadi wanita asing (bukan mahram) sampai berlangsungnya akad nikah. 5 Adapun dasar nash Al-Qur an tentang khitbah: Artinya: tidak ada dosa bagimu meminang wanita-wanita dengan sindiran atau menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu, Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan kepada mereka perkataan ma ruf (sindiran). (QS. Al-Baqarah 2:235) 6 Dasar nash hadits, yaitu hadits Zabir bin Abdullah riwayat Abu Daud: إ ذ ا خ ط ب أ ح د ك م ال م ر أ ة ف إ ن ا س ت ط اع أ ن ي ن ظ ر م ن ه ا م ا ي د ع وه إ ل ن ك اح ه ا ف ل ي ف ع ل ( ا اه أ وو اا و ) Artinya: kalau kamu meminang seorang wanita, maka kalau bisa melihatnya hendaklah ia melihatnya sebatas yang mendorong untuk mengawini perempuan tersebut. (HR. Abu Daud). 7 5 Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Fiqih Sunnah Untuk Wanita (Jakarta: Al-I tishom Cahaya Umat, 2007), h. 635. 6 QS. Al-Baqarah(2):235 7 Al-imam Abu Daud Sulaiman bin Al-asy at As-sijistani, Sunan Abi Daud, Juz II (Beirut: Dar Alfikri, 1989), hal. 228-229

5 2. Urf Menurut Abdul Wahab Al-Khalaf, urf adalah apa yang dikenal oleh manusia dan menjadi tradisinya, baik ucapan, perbuatan atau pantanganpantangan, dan disebut juga adat. Menurut ishtilah Ahli Syara, tidak ada perbedaan antara urf dan adat. Adat perbuatan, seperti kebiasaan umat manusia jual beli dengan tukar menukar secara langsung, tanpa bentuk ucapan akad. Adat ucapan, seperti kebiasaan umat manusia menyebut al-walad secara mutlak berarti anak laki-laki, bukan anak perempuan, dan kebiasaan mereka untuk mengucapkan kata daging sebagai ikan. Adat terbentuk kebiasaan manusia menurut derajat mereka, secara umum maupun tertentu. Berbeda dengan dengan ijma, yang terbentuk dari kesepakatan para Mujtahid saja, tidak termasuk manusia secara umum. 8 Syarat-syarat urf untuk dapat dijadikan landasan hukum. Menurut Amir Syarifudin adalah: a. Urf itu mengandung kemaslahatan dan logis. Syatat ini sesuatu yang mutlak ada pada urf yang shaĥih,sehingga dapat diterima masyarakat umum. Sebaliknya, apabila urf itu mendatangkan kemudharatan dan tidak dapat diterima logika, maka urf yang demikian tidak dapat dibenarkan dalam islam. 8 Abdul Wahhab Al-Khalaf, Ilmu Ushul Fiqih (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), h. 117

6 b. Urf berlaku umum dimasyarakat yang terkait dengan lingkungan, urf, atau minimal di kalangan sebagian besar masyarakat. c. Urf yang dijadikan dasar bagi penetapan suatu hukum telah berlaku pada saat itu, bukan urf yang muncul kemudian. Menurut syarat ini, urf harus telah ada sebelum penetapan suatu hukum dilakukan. Dengan sendirinya urf yang datang kemudian tidak dapat diterima dan tidak diperhitungkan keberadaannya. d. Urf itu tidak bertentangan dengan dalil syara yang ada atau bertentangan dengan prinsip yang pasti. E. Metodologi Penelitian 1. Lokasi Penelitian Desa Bayur Kidul Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang. 2. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian empiris atau penelitian empirik fikih atau hukum Islam, yaitu penelitian terhadap persepsi masyarakat, perkembangan suatu hukum islam di suatu masyarakat, perkembangan suatu institusi, seperti pernikahan, waris, wakaf atau organisasi profesi atau kemasyarakatan dan lain-lain. 9 9 Fakultas Syariah, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Malang: UIN Malang Fakultas Syariah, 2010), h. 17

7 3. Pendekatan Penelitian Sesuai dengan jenis penelitian yang berupa penelitian empiris, metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan prilaku yang diamati yang tidak dituangkan ke dalam variabel atau hipotesis. 10 4. Sumber Data a. Data Primer, teknik pengumpulan data primer ini dengan cara wawancara kepada beberapa narasumber. b. Data Sekunder, yaitu data-data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain mencangkup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, maupun hasil penelitian yang berwujud laporan. 11 5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih yang bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keteranganketerangan. 10 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung: Mendar Maju, 2008), h. 123 11 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), h. 12.

8 b. Dokumentasi Metode dokumentasi juga digunakan dalam penelitian ini. Metode ini dilakukan khususnya untuk mendapatkan data-data dalam segi konteks, dengan melakukan penelaahan dan penyelidikan terhadap catatan, dan sejenisnya yang berkorelasi dengan permasalahan penelitian. 12 Dalam proses ini peneliti menggunakan foto-foto, rekaman wawancara dan tulisan-tulisan wawancara. 6. Teknik Pengolahan Data Setelah berbagai data terkumpul, maka untuk menganalisanya digunakan teknik analisa deskriptif, artinya peneliti berupaya menggambarkan kembali data yang terkumpul mengenai tradisi Jalukan di Desa Bayur Kidul Kecematan Cilamaya Kabupaten Karawang. Dalam analisis data, penulis berusaha untuk memecahkan masalah dengan menganalisis data-data yang berhasil dikumpulkan, selanjutnya dikaji dan dianalisis sehingga memperoleh data yang valid. Kemudian peneliti akan melakukan analisis data guna memperkaya informasi melalui analisis, sepanjang tidak menghilangkan data aslinya. Analisis data dimulai dengan editing, klasifikasi, verifikasi, analisis, dan kesimpulan. 12 Sugiyono, Kuantitatif, h. 240.

9 F. Kesimpulan 1. Masyarakat desa Bayur Kidul telah menganggap baik tujuan tradisi jalukan. Yaitu, sebagai bentuk penghormatan laki-laki terhadap perempuan dan untuk menjadi modal awal dalam membangun keluarga yang baru demi terciptanya tujuan pernikahan. Tidak semua masyarakat memahami sejarah dan maksud akan tradisi jalukan yang sebenarnya. Kebanyakan masyarakat mengikuti dan melanjutkan tradisi yang sudah ada tanpa memahami makna yang sebenarnya dari tradisi jalukan itu sendiri. Dalam proses berlangsungnya tradisi jalukan, hanya sebagian saja masyarakat yang tidak melakukan tradisi jalukan. Hal itu dikarenakan adanya kendala-kendala. Akan tetapi hampir semua masyarakat desa Bayur Kidul melakukan tradisi jalukan bahkan sebagian masyarakat menganjurkan untuk melakukan tradisi ini dan tidak meninggalkan tradisitradisi yang ada yang seharusnya dijunjung tinggi dan harus dilestarikan. Tradisi jalukan memiliki tata cara yang khas, tradisi jalukan dilakukan turun temurun yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu: gedor lawang, nekani, lamaraan, sasrahan, dan penyerahan jalukan. Tradisi ini dilakukan oleh sebagian besar masyarakat bayur kidul, tanpa melihat status sosial. Masyarakat desa Bayur Kidul melaksanakan tradisi jalukan hanya karena semata-mata menjunjung tinggi tradisi budaya dan kearifan lokal yang ada.

10 2. Tradisi jalukan dikategorikan pada urf shohih, yang mana tradisi ini dapat diterima kehadirannya oleh masyarakat. Tradisi jalukan yang terjadi pada saat ini adalah kebiasaan yang dikenal secara baik dalam masyarakat dan kebiasaan ini tidak bertentangan atau sejalan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran Islam serta kebiasaan itu tidak menghalalkan yang haram dan tidak mengharamkan yang halal. Tradisi ini menjadi baik karena tidak merusak tujuan-tujuan pernikahan dan memberi makna untuk menjaga nilai-nilai budaya. Maka tradisi ini dikategorikan sebagai urf shohih dan mengandung kemashlahatan.