ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH VEKTOR YANG DIREPRESENTASIKAN DALAM KONTEKS YANG BERBEDA PADA MAHASISWA CALON GURU FISIKA

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Kemampuan Siswa Mengubah Representasi dalam Physics Problem Solving Pada Siswa SMA Kelas X

ANALISIS MULTIMODAL REPRESENTASI MAHASISWA CALON GURU PADA PEMAHAMAN KONSEP LISTRIK DINAMIS

ANALISIS KOHERENSI KONSEP HUKUM NEWTON PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PALU

Penerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu

Pemahaman Konsep Hubungan antara Arah Gaya, Kecepatan dan Percepatan dalam Satu Dimensi pada Mahasiswa Calon Guru Fisika FKIP Universitas Tadulako

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 4 No. 3 ISSN Kata Kunci: Berpikir Kritis; Kelistrikan

KONSISTENSI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH FISIKA UNTUK URUTAN PERTANYAAN TERMODIFIKASI

STUDI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL VEKTOR DI SMA NEGERI 1 INDERALAYA

Analisis Pemahaman Siswa Tentang Momen Inersia pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Biromaru

DESKRIPSI KONSEPSI SISWA SMA TENTANG RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH

Analisis Pemahaman Konsep Magnet Mahasiswa Calon Guru Fisika

MENERAPKAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED TA 2012/2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan Asesmen Ranking Task Exercise (RTE) terhadap Pemahaman Konsep Hukum Newton

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 PALU

Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Gerak Lurus

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DALAM MEMECAHKAN MASALAH FISIKA

Kemampuan Pemecahan Masalah Dinamika Partikel pada Mahasiswa Calon Guru Fisika Berdasarkan Taxonomy Of Introductory Physics Problems (TIPP)

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN : Model, SETS, Listrik Statis, Hasil Belajar

ANALISIS PEMAHAMAN ARTI FISIS KONSEP HUKUM NEWTON MAHASISWA CALON GURU

Pengaruh Penggunaan Media Video Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Suhu dan Kalor Pada Siswa Kelas X Man 1 Palu.

PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 PALU

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PREDICT- OBSERVE-EXPLAIN-WRITE (POEW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 11 PALU

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 3 ISSN

Syamsinar Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta KM. 9

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

Analisis Konsistensi Respon Siswa SMA terhadap Tes Representasi Majemuk dalam Pembelajaran Fisika Materi Gerak Lurus

PROFIL KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH SISWA SMP PADA KONSEP GERAK

Perbedaan Hasil Belajar Fisika antara Metode Pembelajaran Kumon dan Metode Pembelajaran Group to Group Exchange pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Palu

Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA Lab-School Palu pada Materi Hukum Newton

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 3 No. 3 ISSN Kata Kunci : Guided Inquiry dengan Teknik Think Pair Share, Hasil Belajar [1]

Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Peer Instruction Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sigi

Kemampuan Siswa dalam Menganalisis Soal Uraian Listrik Statis di SMPN 2 Kasimbar

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

DESKRIPSI PENGUASAAN KONSEP VEKTOR DAN JENIS KESALAHANNYA DITINJAU DARI TINGKAT PENCAPAIAN KOGNITIF PADA MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Mekanika di SMA Negeri 5 Palu

Pengaruh Model Problem Based Learning Menggunakan Simulasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gerak Lurus Kelas VII MTs Bou

Kata kunci : Multi representasi, kemampuan kognitif, kemampuan pemecahan masalah

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN DEDUKTIF MAHASISWA PADA MATERI RUANG VEKTOR

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 3 ISSN

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor

Pengaruh Model Pembelajaran Predict, Observe And Explain terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Balaesang

Identifikasi Model Mental Siswa Pada Materi Perpindahan Kalor di SMA Negeri 5 Palu

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 5 No. 2 ISSN

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor

PENGARUH PROBLEM SOLVING LABORATORY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 5 No. 3 p-issn /e-ISSN

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Berbasis Mind Maping terhadap Hasil Belajar Fisika pada Pokok Bahasan Cahaya di SMP Negeri 18 Palu

PENGEMBANGAN ALAT PRAKTIKUM HUKUM OHM BERBASIS GRAFIK MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER PADA MAHASISWA CALON GURU FISIKA

Standar Kompetensi Lulusan. Memahami prinsip-prinsip pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti dan objektif

Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas X MIPA4 SMA Negeri 5 Palu

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

Pengaruh Model Self Regulated Learning terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMP Negeri 18 Palu

Kemampuan Komunikasi Dan Pemahaman Konsep Aljabar Linier Mahasiswa Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri 2 Gorontalo

Penerapan Problem Solving Menggunakan Strategi Heuristik Terhadap Pemahaman Konsep Tentang Kalor Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Palu

Peningkatan Hasil Belajar IPA-Fisika Melalui Pendekatan Deep Dialogue dan Critical Thingking pada Siswa Kelas VII-C SMP Negeri 2 Biromaru

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN O 1 X O 2. Gambar 3.1 Desain Penelitian

DAFTAR ISI. ANALISIS INSTRUMEN, ANALISIS DATA, PEMBAHASAN DAN HASIL TEMUAN A. Analisis Instrumen B. Analisis Data Utama

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Konsepsi Siswa Pada Konsep Kinematika Gerak Lurus

PROFIL KONSEPSI MAHASISWA PADA MATERI KINEMATIKA

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Akhir yang berjudul Analisis Product Positioning Pada Clothing Arena

ANALISIS PENGUASAAN KONSEP MAHASISWA PRODI FISIKA FMIPA UNIMED PADA MATERI VEKTOR. Winsyahputra Ritonga. Abstrak

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU

Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice

Penerapan Teknik Pembelajaran Probing -Prompting Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri I Banawa Tengah

MENJUMLAH VEKTOR. No Besaran Skalar Besaran Vektor

Nurhalima Sari, I Wayan Darmadi, dan Sahrul Saehana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation terhadap Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI MA Alkhairaat Kalangkangan

Peran Pendidik dan Ilmuwan dalam Menghadapi MEA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 18 PALU

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN 5E TERHADAP PERUBAHAN KONSEP TENTANG HUKUM NEWTON PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PALU

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PADA MATERI HUKUM KIRCHOFF DI SMAN 1 MERANTI

ISSN: Quagga Volume 9 No.2 Juli 2017

Pengembangan Alat Praktikum Sederhana Konsep Listrik Magnet untuk Siswa SMP Daerah Terpencil

BAB I PENDAHULUAN. dapat memahami sejumlah (a modest amount) konsep dan dapat menerapkan atau

BAB I PENDAHULUAN. Fisika telah begitu populer di Indonesia, tetapi hanya dari sisi abu-abu.

Penggunaan Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Kelas X B di SMA Negeri 1 Gumbasa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dapat digolongkan dalam jenis penelitian dan pengembangan

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 Kalianda kelas VII

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi Penelitian

Pengaruh Model Learning Start With A Question Berbasis Eksperimen Sederhana terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X Man 2 Model Palu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Model Pembelajaran Guided Discovery dan Direct Instruction Berbasis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 4 Palu

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 4 No. 4 ISSN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Konsistensi Penalaran Siswa dalam Pemecahan Masalah Fisika untuk Konteks yang Berbeda

: Model Pembelajaran Guided Discovery, Hasil Belajar Fisika.

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No.1 ISSN

Analisis Strategi Pemecahan Masalah Fisika Pada Siswa SMP

KUALITAS DIAGRAM BENDA BEBAS BUATAN SISWA DALAM PHYSICS PROBLEM SOLVING

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi dan berhadapan dengan masalah-masalah yang timbul.

Transkripsi:

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH VEKTOR YANG DIREPRESENTASIKAN DALAM KONTEKS YANG BERBEDA PADA MAHASISWA CALON GURU FISIKA Muslimah Sari, I Komang Werdhiana dan Unggul Wahyono Muslimahsari354@gmail.com Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu Sulawesi Tengah Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki kemampuan pemecahan masalah vektor yang direpresentasikan dalam konteks yang berbeda pada mahasiswa calon guru fisika. Representasi dibatasi pada konteks matematika dan konteks fisika. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif dengan desain studi kasus. Subjek penelitian berjumlah 20 orang yang dipilih berdasarkan pertimbangan peneliti. Analisa data hasil tes dilakukan dengan bantuan Analytical Scale for Problem Solving oleh Walter Szetela dan Cynthia Nicol yang kemudian digunakan untuk menghitung presentasi skor pada setiap soal dan menghitung besarnya nilai dari tes kemampuan pemecahan masalah yang diberikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah mahasiswa calon guru fisika mengenai vektor yang direpresentasikan dalam konteks matematika dan fisika masuk pada kategori cukup. Hasil wawancara dengan responden terpilih, diperoleh bahwa faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah vektor mahasiswa diantaranya kurang memahami materi atau konsep, kesalahan perhitungan, kurang memahami perintah soal, ketidaktelitian saat membaca gambar, kesulitan menganalisis soal, kurang mampu memilih persamaan, kesalahan pembulatan angka dan ketidaktelitian saat menyelesaikan soal. Kata Kunci : Analisis, Kemampuan Pemecahan Masalah, Vektor. I. PENDAHULUAN Fisika memiliki kaitan erat dengan matematika dimana matematika merupakan ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak. Dengan demikian, matematika mampu menyediakan kerangka logika dimana hukumhukum fisika dapat diformulasikan secara tepat. Definisi, teori dan model fisika selalu dinyatakan menggunakan hubungan matematis. Walaupun fisika selalu dinyatakan dengan matematika, keduanya tidaklah tampak sangat seimbang. Ketika siswa menyelesaikan permasalahan fisika, mereka cenderung lebih berkonsentrasi dalam proses matematika daripada konsep fisika itu sendiri. Ia juga menyatakan bahwa fisika tampak sangat kuat jika menggunakan matematika, tetapi cindekiawan matematika sering fokus hanya dalam struktur matematika dan mengabaikan prinsip dan pemahaman fisikanya. Matematika dalam fisika tidak hanya dalam tingkat rumus, definisi variabel, hubungan antara angka-angka tetapi pada tingkatan bagaimana persamaan persamaan ini terhubung dengan pengertian fisika [1]. 17 Mekanika, termodinamika, gelombang, listrik & magnet, elektronika, fisika matematika merupakan beberapa bidang inti dalam ilmu fisika. Untuk mampu menguasai dan mendalami konsep serta prinsip umum bidang inti fisika tersebut haruslah berlandaskan pengetahuan matematika dan algoritme yang baik. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa fisika masih saja merupakan mata kuliah yang tidak mudah. Banyak mahasiswa yang merasa sulit untuk memahami konsep-konsep dalam fisika walaupun mereka telah memiliki kemampuan matematika yang baik. Misalnya pada bidang mekanika khususnya materi gerak lurus, usaha, keseimbangan partikel dan momen gaya (torsi) yang banyak berkaitan dengan besaran vektor. Pengetahuan yang baik mengenai vektor dalam konteks matematika saja belum cukup menjadi dasar untuk memecahkan atau menyelesaiakan permasalahan dalam fisika. Vektor merupakan contoh materi yang banyak dijumpai dalam konteks matematika maupun fisika. Ada banyak konsep-konsep dalam fisika dinyatakan oleh vektor. Oleh karena itu, untuk lebih mudah menyelesaikan masalah masalah dalam fisika mahasiswa

harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai konsep dasar vektor. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 menemukan perbedaan yang signifikan secara statistik : kedua masalah dalam konteks fisika membantu siswa memilih pilihan interpretasi proyeksi. Namun, persentase siswa yang memilih pilihan tersebut tetap sangat rendah dari ketiga jenis soal. Selain itu, selama wawancara terlihat bahwa siswa memiliki kesulitan serius dalam mengembangkan kerangka konseptual yang koheren antara konsep-konsep fisika dan representasi formal [6]. Penelitian selanjutnya mengenai kesalahan yang paling sering terjadi ketika menyelesaikan soal-soal vektor dalam konteks matematika menyimpulkan bahwa pemahaman mahasiswa mengenai vektor masih rendah yang terlihat dari masih seringnya terjadi kesalahan saat mengerjakan soal [2]. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2010. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tanggapan pada semua pertanyaan umumnya benar dan tidak bervariasi. Konteks dan operasi vektor secara spesifik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Perbedaan signifikan terjadi pada soal mengenai penjajaran vector, menunjukkan bahwa persepsi itu atau berpikir heuristik merupakan penyebab utama kegagalan dari kurangnya pemahaman konseptual [3]. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif - kualitatif dengan desain penelitian berupa studi kasus.setting penelitian ini adalah seluruh mahasiswa calon guru fisika. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa calon guru fisika berjumlah 20 orang yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dan telah selesai memprogram mata kuliah kalkulus 2, fisika dasar 1, dan mekanika. 6 responden yang dipilih adalah 2 subjek penelitian yang hasil tesnya masuk dalam kategori tinggi, 2 sedang dan 2 rendah. Rubrik penskoran yang digunakan mengacu pada Analytical Scale for Problem Solving oleh Walter Szetela and Cynthia Nicol [4]. Tahap penyajian data dalam penelitian meliputi: 1) Menyajikan hasil pekerjaan tes subyek penelitian. 2) Menyajikan hasil wawancara dengan responden yang telah dicatat melalui panduan wawancara. Dari hasil penyajian data yang berupa hasil pekerjaan tes dan hasil wawancara dilakukan analisis, kemudian disimpulkan yang berupa data temuan sehingga mampu menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dapat dikelompokkan dengan menggunakan kategori yang mengacu pada kriteria yang ditetapkan pada pedoman akademik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. Tabel 1. Penggolongan Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa RentanganNilaiAngka Kriteria 86 100 Sangat Baik 71 85 Baik 56 70 Cukup 40 55 Kurang 0 39 Sangat Kurang Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya diolah dengan menggunakan rumus di bawah ini : a. Menghitung nilai kemampuan subjek penelitian per butir soal b. Menghitung nilai kemampuan subjek penelitian untuk setiap aspek c. Menghitung nilai / skor dari setiap subjek penelitian III. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan analisis terhadap hasil tes kemampuan pemecahan masalah kepada subjek penelitian, diperoleh beberapa data sebagai berikut : - Untuk tes kemampuan pemecahan masalah vektor yang direpresentasikan dalam konteks matematika, diperoleh skor rata rata untuk 20 orang subjek penelitian sebesar 33 dan standar deviasi sebesar 12. Skor maksimum yang berhasil diperoleh adalah 45, dan skor minimum yang diperoleh adalah 20. - Untuk tes kemampuan pemecahan masalah vektor yang direpresentasikan dalam 18

R-01 R-02 R-03 R-04 R-05 R-06 R-07 R-08 R-09 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) konteks fisika, diperoleh skor rata-rata untuk 20 orang subjek penelitian sebesar 32 dan standar deviasi sebesar 13. Skor maksimum 100 yang berhasil diperoleh adalah 41, dan skor minimum yang diperoleh adalah 15. 90 80 70 60 50 40 Kemampuan Pemecahan Masalah Vektor dalam Konteks Matematika Kemampuan Pemecahan Masalah Vektor dalam Konteks Fisika 30 20 10 0 Gambar 1. Grafik Kemampuan Pemecahan Masalah Vektor dalam Konteks Matematika dan Fisika Ada 6 orang subjek penelitian yang terpilih menjadi responden penelitian antara lain R-12, R- 08, R-14, R-20, R-15 dan R-05. Secara ringkas, seluruh kutipan hasil wawancara kepada 6 responden penelitian tersebut ditabulasikan ke dalam Tabel di bawah. Tabel 2. Tabulasi hasil wawancara Masalah yang Terungkap R-12 R-08 R-14 R-20 R-15 R-05 Kurang Memahami Materi atau Konsep Kesalahan Perhitungan Kurang Memahami Perintah Soal Ketidaktelitian Saat Membaca Gambar Kesulitan Menganalisis Soal Kurang Mampu Memilih Persamaan Kesalahan Pembulatan Angka Ketidaktelitian Matematika merupakan cabang utama ilmu dari ilmu filsafat yang menjadi ibu dari segala ilmu. Perlu diketahui bahwa baik isi maupun metode mencari kebenaran dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam (IPA) apalagi ilmu pengetahuan umum lainnya. Metode mencari kebenaran yang dipakai oleh matematika adalah deduktif, sedangkan ilmu pengetahuan alam adalah induktif atau eksperimen. Namun dalam matematika mencari kebenaran itu bisa dimulai dengan cara induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus bisa dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian, 19

suatu generalisasi, sifat, teori atau dalil itu belum dapat diterima kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara dedukif [5]. Jelaslah bahwa matematika menjadi salah satu hal yang pokok dalam menanamkan nilainilai dasar ilmu pengetahuan. Sehingga, untuk dapat memecahkan masalah dalam konteks fisika tentunya harus memiliki kemampuan matematika yang baik. Kemampuan pemecahan masalah vektor dalam konteks matematika haruslah seimbang dengan kemampuan pemecahan vektor dalam konteks fisika. Namun, ada beberapa subjek penelitian yang memiliki kemampuan pemecahan masalah yang tidak seimbang antara konteks matematika dan fisika antara lain subjek penelitian dengan inisial R-02, R-14 dan R-20. Hasil pekerjaan dari 20 orang yang menjadi subjek penelitian dan data hasil wawancara kepada beberapa subjek penelitian yang terpilih menjadi responden penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan pemecahan masalah pada mahasiswa calon guru fisika mengenai vektor yang direpresentasikan dalam konteks matematika lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah mengenai vektor yang direpresentasikan dalam konteks fisika. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil wawancara dari keenam responden penelitian, dimana 5 orang responden menyatakan bahwa soal mengenai vektor yang direpresentasikan dalam konteks matematika lebih mudah untuk diselesaikan dibandingkan soal mengenai vektor yang direpresentasikan dalam konteks fisika. Hasil yang sama juga diperoleh dalam penelitiannya pada tahun 2013 yang membandingkan kinerja siswa dalam tiga soal isomorphic pilihan ganda : tanpa konteks, gaya dan fluks listrik. Hasil penelitian menunjukkaan adanya perbedaan signifikan secara statistik dimana persentase siswa yang memilih pilihan benar dalam kedua konteks fisika tetap sangat rendah dari ketiga jenis soal. Selain itu, selama wawancara terlihat bahwa siswa memiliki kesulitan serius dalam mengembangkan kerangka konseptual yang koheren antara konsep-konsep fisika dan representasi formal [6]. Adapun hasil untuk masing-masing soal yang diperoleh disajikan dalam uraian berikut : a. Soal Nomor 1 Soal ini membahas mengenai materi penjumlahan vektor dalam kedua konteks. Dalam konteks matematika yaitu untuk mencari resultan dari beberapa buah vektor, sedangkan dalam konteks fisikamengenai kesetimbangan pastikel yaitu untuk mencari nilai dari tegangan tali. Berikut contoh jawaban dari dua orang subjek penelitian : (a) (b) Gambar 2. Jawaban keliru untuk soal nomor 1 dalam konteks matematika (a) oleh R-12 (b) oleh R-01 Gambar di atas adalah dua cara yang digunakan oleh subjek penelitian dalam menyelesaikan soal ini yaitu cara seperti gambar 2a dan gambar 2b. Untuk gambar 2a, subjek penelitian yang menggunakan cara ini sudah mampu mengidentifikasi seluruh informasi di dalam soal dan sudah benar dalam memproyeksikan vektor F 1 dan F 2 ke dalam sumbu x dan y. Namun masih keliru dalam menentukan arah dari F 1x, F 2x, F 1y dan F 2y, sehingga mereka tidak berhasil menemukan jawaban yang benar. Kekeliruan tersebut terjadi karena saat memecahkan masalah subjek penelitian tidak menggambarkan diagram gaya-gaya yang bekerja terlebih 20

dahulu sehingga kesulitan saat menentukan arah gaya-gaya tersebut. Sedangkan untuk gambar 2b, subjek penelitian yang menggunakan cara ini juga telah mampu mengidentifikasi seluruh informasi yang ada di dalam soal. Kesalahan terletak pada sudut yang digunakan. Persamaan yang digunakan sudah benar yaitu tetapi sudut yang digunakan seharusnya sudut 120 o yaitu sudut yang diapit oleh 2 buah vektor tersebut. Dari hasil wawancara terungkap bahwa banyak diantara subjek penelitian yang mengaku kurang memahami mengenai materi penjumlahan vektor, di mana kebanyakan dari mereka masih keliru saat menentukan arah sehingga tidak mampu menemukan jawaban yang benar. Ada beberapa subjek penelitian juga masih salah dalam proses pembulatan. Berikut contoh jawaban salah seorang subjek penelitian : Semua subjek penelitian yang mencoba menyelesaikan soal ini menggunakan cara seperti gambar 3. Adapun kesalahan yang terjadi yaitu saat menentukan persamaan awal. Persamaan yang seharusnya digunakan adalah sedangkan persamaan yang mereka tuliskan adalah. Kekeliruan tersebut terjadi karena saat memecahkan masalah subjek penelitian tidak menggambarkan diagram gaya-gaya yang bekerja terlebih dahulu sehingga kesulitan saat menentukan arah gaya-gaya tersebut. Oleh karena itu, mereka hanya langsung menjumlahkan gaya-gaya yang bekerja saja dengan anggapan bahwa resultan gaya adalah penjumlahan dari beberapa gaya tersebut. Hal tersebut yang menyebabkan kesalahan pada proses selanjutnya sehingga mereka tidak berhasil menemukan jawaban yang benar. Dari hasil wawancara juga mengungkapkan bahwa banyak diantara subjek penelitian yang sulit untuk menganalisis soal, kurang memahami materi, masih keliru untuk menentukan persamaan yang digunakan dan salah dalam menentukan arah sehingga tidak mampu menemukan jawaban yang benar. b. Soal Nomor 2 Soal ini juga membahas mengenai materi penjumlahan vektor dalam kedua konteks. Dalam konteks matematika yaitu untuk mencari resultan dari dua buah vektor, sedangkan dalam konteks yaitu untuk mencari nilai perubahan kecepatan (Δv). Kebanyakan dari mereka hanya mampu mengidentifikasi sebagian besar dari informasi yang diberikan di dalam soal dan juga mereka tidak menggambarkan nilai resultan yang diperolehnya seperti perintah dalam soal (seperti pada gambar 4). Dari hasil wawancara, terungkap bahwa subjek penelitian tidak memahami dengan baik perintah soal. Berikut contoh jawaban salah seorang subjek penelitian yang menjawab benar : Berikut dua contoh jawaban yang keliru oleh seorang subjek penelitian : Gambar 3. Jawaban keliru untuk soal nomor 1 dalam konteks fisika (oleh R-03) Gambar 4. Jawaban keliru untuk soal nomor 2 dalam konteks matematika (oleh R-16) 21

Gambar 5. Jawaban keliru untuk soal nomor 2 dalam konteks fisika (oleh R-12) Gambar 5 adalah salah satu jawaban dari subjek penelitian yang keliru. Subjek penelitian ini keliru pada tahap identifikasi informasi yang mengakibatkan kesalahan pada proses selanjutnya sehingga tidak berhasil menemukan jawaban yang benar. Dari hasil wawancara, terungkap bahwa subjek penelitian tidak memahami dengan baik perintah soal dan juga keliru saat membaca gambar. Kekeliruan subjek penelitian dalam menyelesaikan soal ini juga dimungkinkan terjadi karena peristiwa dalam soal ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga sulit untuk dipahami dan dianalisis. c. Soal Nomor 3 Soal ini membahas mengenai materi perkalian titik (dot product) dalam kedua konteks. Dalam konteks matematika yang dicari adalah hasil kali titik antara a dan b, sedangkan dalam konteks fisika yang dicari besarnya usaha (w). Berikut contoh jawaban yang keliru dari beberapa orang subjek penelitian : Gambar 6. Jawaban keliru untuk soal nomor 3 dalam konteks matematika (oleh R-03) (b) Gambar 7. Jawaban keliru untuk soal nomor 3 dalam konteks fisika (a) oleh R-16 (b) oleh R-20 Pada gambar 6 dan gambar 7a, persamaan yang digunakan sudah benar namun hasil akhir yang diperoleh masih dalam bentuk vektor padahal seharusnya dalam bentuk skalar. Kebanyakan dari subjek penelitian hanya langsung mengalikan antara vektor i dengan i, j dengan j dan k dengan k. Namun mengabaikan bahwa aturan i.i=j.j=k.k=1 sehingga hasil yang mereka peroleh masih dalam bentuk vektor.sedangkan untuk gambar 7b, kekeliruan terjadi pada tahap pemecahan masalah yaitu persamaan yang digunakan tidak tepat mengakibatkan kesalahan pada proses selanjutnya sehingga tidak berhasil menemukan jawaban yang benar. Wawancara yang dilakukan, mengungkapkan bahwa rata-rata dari 20 orang subjek penelitian memiliki pengetahuan awal yang rendah mengenai perkalian titik. Mereka tidak memahami dengan baik konsep mengenai perkalian titik (dot product) dan juga tidak mengetahui bahwa hasil dari perkalian titik antara vektor adalah skalar. Seorang responden yang diwawancara juga mengaku bahwa ia paham mengenai perkalian titik namun terjadi kekeliruan saat ia menyelesaikan soal. Terdapat 1 orang subjek penelitian yang salah dalam menggunakan rumus usaha yang diakibatkan oleh kurang pahamnya mengenai gaya yang membentuk sudut. d. Soal Nomor 4 Sama halnya dengan soal nomor 3, soal ini juga membahas materi mengenai perkalian titik (dot product) dalam kedua konteks. Berikut contoh jawaban keliru dari beberapa orang subjek penelitian : (a) 22

Gambar 8. Jawaban keliru untuk soal nomor 4 dalam konteks matematika (oleh R-09) (a) mengetahui langkah langkah atau persamaan apa yang harus digunakan untuk menyelesaikan soal. Sedangkan kekeliruan yang terjadi untuk soal dalam konteks fisika ditunjukkan pada gambar 9. Pada gambar 9a, kekeliruan terjadi pada proses pemecahan masalah yaitu tahap mencari W total. Seharusnya W total = W 1 +W 2, sementara yang digunakan adalah W total = W 1 - W 2. Hal tersebut terjadi karena subjek penelitian menganggap usaha total adalah selisih dari kedua usaha yang bekerja. Pada gambar 9b, kekeliruan juga terjadi pada proses pemecahan masalah yaitu tahap mencari usaha (W). Seharusnya persamaan yang digunakan adalah, sementara yang digunakan adalah. Subjek penelitian memahami dengan baik bahwa usaha merupakan perkalian antara gaya dan perpindahan, namun tidak halnya untuk usaha yang membentuk sudut. Subjek penelitian tidak mengetahui bahwa usaha ini adalah perkalian titik sehingga keliru dalam memilih persamaan yang akan digunakan. Dari hasil wawancara, terungkap bahwa kebanyakan dari subjek penelitian kurang memahami konsep usaha dengan baik. e. Soal Nomor 5 Soal ini membahas mengenai materi perkalian silang (cross product) dalam kedua konteks. Dalam konteks matematika, yang dicari adalah hasil kali silang antara vektor a dan b. Sedangkan dalam konteks fisika adalah mencari besarnya momen gaya atau torsi. Berikut contoh jawaban yang keliru dari beberapa subjek penelitian : (b) Gambar 9. Jawaban keliru untuk soal nomor 4 dalam konteks fisika (a) oleh R-15 (b) oleh R-12 Kekeliruan yang terjadi pada gambar 8 adalah pada tahap pemecahan masalah dimana langkah langkah penyelesaian yang digunakan kurang tepat yaitu untuk menyelesaikan perkalian titik antara vektor a dan b. Dari hasil wawancara, terungkap bahwa subjek penelitian bingung untuk menganalisa soal dan juga tidak Gambar 10. Jawaban keliru untuk soal nomor 5 dalam konteks matematika (oleh R-06) 23

Gambar 11. Jawaban keliru untuk soal nomor 5 dalam konteks fisika (oleh R-10) Kekeliruan yang terjadi pada gambar 10dan 11 terletak pada proses pemecahan masalah yaitu salah dalam proses perhitungan sehingga tidak berhasil menemukan jawaban yang benar. Dari hasil wawancara, beberapa subjek penelitian mengaku mampu menyelesaikan soal ini dengan benar namun terjadi kesalahan perhitungan sehingga tidak berhasil memperoleh jawaban yang benar. Subjek penelitian lainnya mengungkapkan bahwa ia merasa kesulitan untuk memahami perintah soal dan tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai torsi sehingga tidak mengetahui rumus atau persamaan yang harus digunakan untuk menyelesaikan soal. 24

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah mahasiswa calon guru fisika mengenai vektor yang direpresentasikan dalam konteks matematika dan fisika masuk pada kategori cukup. Kemampuan pemecahan masalah vektor dalam konteks matematika sebayak 1 dari 20 orang yang menjadi subjek penelitian digolongkan ke dalam kategori sangat tinggi, 7 dari 20 subjek penelitian digolongkan ke dalam kategori baik, 9 dari 20 subjek penelitian digolongkan ke dalam kategori cukup dan 3 dari 20 subjek penelitian digolongkan ke dalam kategori kurang. Kemampuan pemecahan masalah vektor dalam konteks fisika sebanyak 7 dari 20 orang yang menjadi subjek penelitian digolongkan ke dalam kategori baik, 9 dari 20 subjek penelitian digolongkan ke dalam kategori cukup, 3 dari 20 subjek penelitian digolongkan ke dalam kategori kurang dan 1 dari 20 subjek penelitian digolongkan ke dalam kategori sangat kurang. DAFTAR PUSTAKA [1]Astuti, N.M.W. (2013). Analisis Penggunaan Matematika oleh Siswa Sekolah Menengah Atas dalam Pemecahan Masalah Fisika dari Perspektif Epistemic Games. Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Tadulako Palu: tidak diterbitkan. [2]Barniol, P and Zavala, G. (2014). Test of understanding of vectors: A reliable multiple-choice vector concept test. Physical review Special Topics-Physics Education Research. [3]Wang, T and Sayre, E.C. (2010). "Maximum likelihood estimation (MLE) of students understanding of vector subtraction". AIP Conference Proceedings. [4]Anri, Yohanis. (2013). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa Calon Guru pada Materi Mekanika. Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Tadulako Palu: tidak diterbitkan. [5]Bistari, BsY. (2003). Kontribusi Matematika Terhadap Ilmu Exacta [Online]. Tersedia: http://members.tripod.com/himmat_untan/seminar. html [02 November 2015]. [6]Zavala, G and Barniol, P. (2013). "Students Understanding of Dot Product as a Projection in Nocontext, Work and Electric Flux Problems". AIP Conference Proceedings. 4.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis mengemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut : - Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu gambaran umum mengenai kemampuan pemecahan masalah dari mahasiswa, sehingga para staf pengajar dapat menentukan metode atau cara yang dapat diterapkan dalam proses perkuliahan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. - Diharapkan para mahasiswa lebih mampu untuk meningkatkan kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk pemecahan masalah. - Hendaknya dapat melakukan penelitian selanjutnya mengenai kemampuan pemecahan masalah mahasiswa pada bidang fisika lainnya seperti listrik magnet, termodinamika dll. 25