BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Adi Setiawan Nurpratama, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan struktur ekonomi di dalam negeri. Menurut Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Amelia Nur Fauza, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mega Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Suryatini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN. KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 98 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR TAHUN 2009 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2015 PENGARUH KINERJA WIDYAISWARA TERHADAP KEPUASAN PARA PESERTA DIKLAT DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GEOLOGI BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PEND AHULUAN. Dewasa ini banyak sekali pihak yang melaksanakan pelatihan baik itu

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilakukan melalui peningkatan kualitas manusia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

WALIKOTA TASIKMALAYA

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan yang pelik dan komplek di Indonesia adalah

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE STRUKTUR ANALITIK SINTETIK (SAS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pembangunan yang semakin meningkat menuntut adanya SDM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendongkrak kekuatan internal organisasi untuk tetap

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROGRAM KURSUS BAHASA ASING BERBASIS DESA/KELURAHAN KABUPATEN BANYUWANGI.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstuktur dan berjenjang yang terdiri atas

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. harkat, martabat dan nilai-nilai kemanusiaannya. Undang Undang Republik

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti ini perkembagan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan dapat bersaing secara global. Sebagai suatu sistem

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi peranan sumber daya manusia adalah. sumber penentu atau merupakan faktor dominan dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia adalah aset atau unsur yang paling penting diantara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di zaman era globalisasi ini sumber daya manusia sangatlah penting dalam persaingan global, bukan hanya pengetahuan yang dibutuhkan tetapi jugaketerampilan-keterampilan khusus dan kemampuan lainnya, untuk mendukung hal tersebut manusia memerlukan pendidikan dan pengajaran yang merupakan hak dari setiap manusia. Hal ini termuat dalam Undang-Undang republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belejar dan proses pembelajaran agar peserta didik seccara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Tetapi pada kenyataannya kompetensi yang didapat dari sekolah-sekolah formal belumlah cukup untuk menjawab semua tantangan-tantangan global yang semakin kompleks, mencermati hal ini diperlukan pendidikan pelengkap dalam pendidikan formal agar semua potensi yang dimiliki peserta didik dapat tergali dan berkembang. Berkenaan dalam permasalahan di atas untuk mengatasi hal tersebut maka pendidikan non formal menjadi solusinya, hal ini pun termuat didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berisi sebagai berikut : Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Peran Widyaiswara Dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Pendidikan Dan Latihan Perlindungan Tanaman Bagi

2 Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut telah dijelaskan jalur pendidikan formal dan non formal dapat saling melengkapi. Berdasarkan isi dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan non formal merupakan alternatif, pada tatanan masyarakat dewasa ini Pendidikan Luar Sekolah (PLS) tidak hanya dibutuhkan dalam setting pendidikan persekolahan tetapi juga dalam setting kehidupan masyarakat luas. Hal ini terbukti dengan semakin kompleksnya permasalahan yang dialami baik oleh peserta didik maupun anggota masyarakat.untuk menjawab semua kebutuhan manusia maka diperlukan penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu memberikan pelayanan yang memadai baik di sekolah maupun di masyarakat. Pengembangan sumber daya manusia dapat ditingkatkan juga melalui pelatihan. Secara umum pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan sumber daya manusia, yang di dalamnya terjadi proses perencanaan, penempatan, dan pengembangan tenaga manusia. Dalam proses pengembangannya diupayakan agar sumberdaya manusia dapat diberdayakan secara maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhanhidup manusia tersebut dapat terpenuhi. Pendidikan dan pelatihan memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga terjadi perubahan yang baik didalam diri individu. Antara pendidikan dengan pelatihan sulit untuk menarik batasan yang tegas, karena baik pendidikan umum maupun pelatihan merupakansuatu proses kegiatan pembelajaran yang mentransfer pengetahuan

3 danketerampilan dari sumber kepada penerima. Dalam suatu organisasi, lembaga atau perusahaan, pelatihan dianggap sebagai suatu terapi yang dapat memecahkan permasalahan,khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kinerja dan produktifitas organisasi, lembaga atau perusahaan. Pelatihan dikatakan sebagai terapi, karena melalui kegiatan pelatihan para peserta diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga dapat memberikan konstribusi yang tinggi terhadap produktivitas organisasi maupun di masyarakat dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil. Pelatihan akan dilaksanakan secara tepat sasaran apabila pelatihan tersebut sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan. Peran dari instruktur pun berperan didalamnya. Istilah pengajar atau instruktur di dalam pendidikan pelatihan pemerintah ialah Widyaiswara. Widyaiswara merupakan orang yang menangani proses kepelatihan. Selanjutnya pengertian widyaiswara adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS pada lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah. Widyaiswara yang profesional harus sadar akan kenyataan yang terjadi di lapangan kadang tidak sesuai dengan yang dikehendaki sehingga ia harus dapat benar-benar mempengaruhi dan membentuk watak dan kepribadian peserta pelatihan dalam hal tertentu, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan dapat diminimalisir. Pengaruhpengaruh yang diberikan pelatih kepada seorang peserta pelatihan seharusnya pengaruh yang positif. Tapi kemungkinan juga pengaruh negatif dapat ditangkap oleh peserta pelatihan sehingga Widyaiswara benar-benar berhati-hati dalam memberi pengarahan. Seorang Widyaiswara yang baik hendaknya bertugas sesuai dengan porsinya dimana tugas seorang Widyaiswara yakni terdiri dari tugas utama dan penunjang, mulai dari menganalisis kebutuhan pelatihan, menyusun kurikulum pembelajaran, membuat bahan ajar dan mengevaluasinya. Proses pelatihan pun dibutuhkan kondisi pembelajaran yang efektif serta inovatif agar pelatihan tersebut dapat menarik minat dari peserta pelatihan. Banyak kasus penyebab kegagalan proses pembelajaran karena kurangnya minat terhadap hal yang di lakukan. Dengan tumbuhnya minat di diri seseorang akan melahirkan perhatian untuk melakukan segala dengan tekun dalam jangka waktu yang lama, lebih berkonsentrasi, mudah untuk mengingat, tidak mudah bosan dengan apa yang dipelajarinya. Agar terciptanya situasi yang kondusif di dalam suatu pelatihan

4 maka peserta pelatihan harus dilibatkan dalam proses pelatihan tersebut agar dapat meningkatkan minat belajar dari peserta agar tidak monoton dan membosankan. Faktor yang dapat meningkatkan minat belajar dari peserta pelatihan yaitu faktor dari dalam dirinya sendiri, faktor dari orang lain, faktor dari lingkungan, Sehubungan dengan hal ini, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang merupakan salah satu lembaga pelatihan pemerintah yang mengadakan dan melaksanakan Pendidikan dan latihan perlindungan tanaman bagi aparatur guna meningkatkan sumber daya manusia. Peran Widyaiswara dalam pelaksanaan Pendidikan dan latihan perlindungan tanaman bagi aparatur sangatlah penting mengingat sasaran dari Pendidikan dan latihan perlindungan tanaman bagi aparatur ini adalah kelompok manusia baik itu teman kerja, keluarga, sampai perusahan. Widyaiswara di tuntut dapat menguasai proses pelatihan agar berjalan efektif sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pada pendidikan dan latihan perlindungan tanaman bagia aparatur yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, dilakukan pengukuran minat belajar yang dimiliki oleh peserta pelatihan, adapun klasifikasi tingkat minat belajar peserta pendidikan dan latihan perlindungan tanamana bagi aparatur yaitu sebagai berikut : No Tabel 1.1 Tingkat Minat Belajar Peserta pada Awal Proses Pembelajaran Indikator Skala Rendah Sedang Tinggi Total 1 Ketertarikan dalam belajar 20 8 2 30 2 Perhatian dalam belajar 18 10 2 30 3 Motivasi belajar 17 12 1 30 4 Pengetahuan 19 11-30 Total 74 41 5 Pada tabel tingkat minat belajar peserta yang dilakukan pada awal pembelajaran berdasarkan indikator minat belajar, diketahui bahwa minat belajar peserta pada skala rendah yaitu dengan total 74 poin, lalu pada skala sedang yaitu dengan total 41 poin, dan pada skala tinggi yaitu dengan total 5 poin. Terlihat bahwa minat belejar peserta pada awal pelatihan masih

5 rendah, diperlukan dorongan yang dapat memotivasi minat belajar peserta pelatihan yang dipengaruhi oleh widyaiswara selaku fasilitator/pengajar sehingga dapat meningkatkan minat belajar peserta pendidikan dan latihan perlindungan tanaman bagi aparatur tersebut. Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai masalah tersebut, maka penulis menuliskan judul Peran Widyaiswara dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Pendidikan dan Latihan Perlindungan Tanaman bagi Aparatur di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. 1.2 Identifikasi Masalah Inti kajian dalam permasalahan ini adalah masalah minat belajar peserta pendidikan dan latihan perlindungan tanaman bagi aparatur di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. Aspek ini yang menjadi permasalahan yang perlu mendapat perhatian serius dan penting ditangani agar semangat dan motivasi peserta diklat dapat terus terjaga dengan baik, demi tercapainya kualitas pembelajaran yang baik dalam pencapaian tujuan organisasi. Berdasarkan observasi lapangan ada beberapa masalah yang dapat penulis identifikasi, yaitu sebagai berikut : 1. Peserta yang mengikuti pelatihan merupakan hasil Identifikasi Kebutuhan Latihan (IKL) yang dilakukan oleh pihak Balai Kegiatan IKL dan didasarkan sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat atau bakal calon peserta diklat tersebut. 2. Berdasarkan data hasil pengukuran tingkat minat belajar yang yang dilakukan pada awal proses pembelajaran, diketahui bahwa minat belajar peserta diklat masih rendah. 3. Peserta diklat besifat heterogen dikarenakan selain jenis kelamin peserta terdiri laki-laki dan perempuan, rata-rata usia peserta pelatihan pun yaitu 22-27 tahun, sehingga adanya keanekaragaman di antara peserta diklat. 4. Widyaiswara di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang memiliki latar belakang pendidikan dan keahlian yang berbeda-beda, sehingga mampu mengembangkan metode pelatihan yang berbeda-beda pula. Namun hal itu juga menjadi penyebab ketidaksesuaian antara kompentensi yang dimiliki oleh widyaiswara dengan materi yang akan dilatihkan.

6 5. Kurang tersedianya sarana dan prasarana yang cukup lengkap dalam menunjang penyelenggaraan pelatihan. Sarana minimal yang perlu disediakan yaitu sebagai berikut: meja, kursi belajar, whiteboard/papan tulis, alat tulis, dan lain sebagainya. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas dapat diduga adanya pengaruh Widyaiswara terhadap Minat Belajar Peserta Pendidikan dan latihan perlindungan tanaman bagi aparatur di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. Oleh karena itu, permasalahan dalam penelitian ini lebih banyak berkaitan dengan upaya pembuktian terhadap pengaruh kedua variabel tersebut dan secara lebih spesifik permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran kompetensi widyaiswara dalam memberikan pembelajaran dan pelatihan para peserta Pendidikan dan latihan perlindungan tanaman bagi aparatur di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang? 2. Bagaimana gambaran minat belajar peserta dalam mengikuti Pendidikan dan latihan perlindungan tanaman bagi aparatur di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang? 1.4 Tujuan Penelitian Mengacu kepada latar belakang, batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan melakukan kajian secara ilmiah mengenai pengaruh Widyaiswara terhadap minat belajar peserta dalam mengikuti Pendidikan dan latihan perlindungan tanaman bagi aparatur di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui gambaran kompetensi yang dimiliki Widyaiswara dalam memberikan pembelajaran dan pelatihan para peserta Pendidikan dan latihan perlindungan tanaman bagi aparatur di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. 2. Untuk mengetahui gambaran minat belajar peserta dalam mengikuti Pendidikan dan latihan perlindungan tanaman bagi aparatur di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

7 Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan konsep-konsep baru dalam menunjang ilmu pengetahuan dalam kaitan ilmu pendidikan dan pelatihan. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai pengalaman praktis penulis dalam penggunaan konsep-konsep dan teori-teori yang telah di pelajari penulis. b. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan kajian bagi pihak yang berkepentingan dalam kaitan upaya pengembangan sumber daya manusia. c. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis atau penelitian sejenis. 1.6 Strukur Organisasi Skripsi Untuk memudahkan pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka penulis kemukakan sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut : BAB I : Berisi tentang pendahuluan yang didalamnya membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : Berupa landasan teoritis, yang secara garis besarnya mengikuti beberapa teori dan konsep mengenai widyaiswara, konsep minat belajar dan konsep pelatihan dalam pendidikan luar sekolah. BAB III : Membahas tentang metode penelitian berisi tentang uraian metode penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan data dan teknik pengolahan data. BAB IV : Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan. BAB V : Simpulan dan Saran