BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL)

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Teks khotbah Idul Adha yang disampaikan di masjid Agung Surakarta pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi yang berupa pesan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

PRATIWI AMALLIYAH A

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan menggunakan perantara. Komunikasi bahasa tulis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil ciptaan dan kreativitas pengarang yang menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANUSA NUGROHO

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa tersebut. Pendidikan bersifat umum atau universal. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi utama dalam kehidupan. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan. Seperti yang dinyatakan (Sumarlam, 2008:1) Sarana yang

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagian alat komunikasi, baik komunikasi antara individu yang satu dengan

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

KAJIAN REPETISI PADA CERPEN PERJAMUAN MALAIKAT KARYA AFIFAH AFRA. SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ketoprak atau dalam bahasa Jawa sering disebut kethoprak adalah

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan cat dan kanvas sebagai mediumnya, sedangkan seni sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu jenis (genre) sastra di samping jenis puisi dan prosa. Hubungan seni bahasa dan sastra dengan drama sangat erat. Hakikat drama adalah konflik (tikaian). Salah satu bentuk perwujudan konflik adalah cakapan (monolog atau dialog). Dalam cakapan, seni bahasa dan sastra tidak mungkin diabaikan (Soediro, 1991:16). Lakon adalah istilah lain dari drama. Kata lakon itu sendiri berasal dari kata Jawa, hasil bentukan dari kata laku yang mendapat akhiran an (Soediro, 1991:38). Bagi seorang sastrawan, lakon merupakan jenis sastra di samping puisi dan prosa. Lakon merupakan bentuk sastra yang belum sempurna. Kesempurnaan itu baru diperoleh apabila sudah dipentaskan atau dipergelarkan. Jenis lakon (drama) berbeda dengan jenis prosa atau puisi dalam hal hakikat, sifat, dan bentuk pengungkapan, dan teknik penyajiannya. Lakon (drama) merupakan bentuk pengungkapan sastra yang di dalamnya terdapat dua aspek, yaitu struktur dan tekstur. Aspek struktur lebih bersifat 1

2 literer yang dalam ilmu kesusastraan adalah bangunan yang terdiri atas unsurunsur atau komponen-komponen yang tersusun menjadi suatu kerangka bangunan yang arsitektural (Paul M. Levitt dan Robert Longeworth dalam Soediro, 1991:41). Jadi, struktur adalah tempat, hubungan, atau fungsi dari adegan-adegan di dalam peristiwa-peristiwa dan di dalam satu keseluruhan lakon. Istilah naskah dan teks sering menimbulkan pengertian yang rancu dan tumpang tindih. Menurut S.O. Robson, teks dianggap pertama-tama sebagai perbuatan penciptaan dalam bidang kesenian (Soediro, 1991:66). Teks sebagai hasil kebudayaan melalui pikiran atau ide pengarang ke dalam bentuk cipta seni merupakan pengalaman estetik tidak mungkin pernah diulangi dalam bentuk yang persis sama, seperti juga pada teks asli (yang pertama diciptakan) maupun pada sastra tradisional termasuk drama tradisional. Naskah merupakan hasil proses penurunan dari teks aslinya (yang mungkin hanya berupa gagasan, ide atau kerangka). Proses penurunan teks ini mungkin berjalan turun-temurun yang disebut tradisi. Tradisi penurunan teks akan menimbulkan banyak versi naskah baru. Versi-versi naskah baru inilah (yang sering banyak jumlahnya dalam sastra/drama tradisional) yang biasanya menjadi bahan atau objek pengkajian. Naskah-naskah lakon drama tradisional terutama wayang adalah naskah-naskah lakon yang telah mengalami tradisi penurunan dari teks aslinya. Dengan demikian, naskah lakon mempunyai kedudukan sebagai sumber cerita yang harus ditafsirkan oleh seluruh unsur

3 teater sebelum dipentaskan dan berfungsi sebagai sarana terbukanya kemungkinan proses pementasan. Menurut Harymawan, naskah lakon dari kata naskah yang berarti bentuk atau rencana tertulis dari sebuah cerita, dan lakon adalah hasil perwujudan dari naskah yang dimainkan. Jadi, naskah lakon (wayang) adalah bentuk atau rencana tertulis dari sebuah cerita (wayang) yang perwujudannya dimainkan atau dipertunjukkan dalam sebuah pementasan atau pertunjukan (1988:23). Naskah lakon merupakan gabungan dari wacana dialog yang berbentuk tulis dan wacana naratif. Wacana dialog, yaitu jenis wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih, sedangkan wacana naratif yaitu bentuk wacana yang dipergunakan untuk menceritakan suatu kisah. Penyusunan naskah lakon merupakan langkah pertama dalam penggarapan pertunjukan wayang Sandosa. Naskah lakon merupakan bahan baku yang harus ada dalam pertunjukan wayang Sandosa. Pada dasarnya, naskah berisi serangkaian cerita yang telah disusun secara sistematis. Di dalam naskah lakon Sandosa terdapat dialog dan narasi, tokoh-tokoh yang memainkan peranan, serta keterangan suasana adegan. Naskah lakon memiliki kedudukan sebagai pemandu jalannya pertunjukan wayang Sandosa (Sunardi, 2004:23). Dialog dan narasi yang tertuang dalam naskah itu menggunakan bahasa Indonesia sebagai mediumnya. Bahasa sebagai sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan, maksud, dan sebagainya memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan

4 sehari-hari. Salah satu peranan bahasa yang sangat penting adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam proses komunikasi, bahasa mempunyai fungsi yang sangat efektif. Setiap anggota masyarakat dan komunitas selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik yang bertindak sebagai komunikator (pembicara atau penulis) maupun sebagai komunikan (mitra bicara, penyimak, pendengar, atau pembaca). Secara garis besar komunikasi verbal dibedakan menjadi dua macam, yaitu sarana komunikasi yang berupa bahasa lisan dan sarana komunikasi yang berupa bahasa tulis. (Sumarlam, 2003:1). Selanjutnya, melalui bahasa dalam wujud konkret berupa wacana (lisan atau tulis) para partisipan (penutur dan mitra tutur) berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Demikian juga menurut Sumarlam (2003:15) wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan, seperti pidato, ceramah, khotbah, dan dialog, atau secara tertulis, seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk) bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu. Aspek-aspek yang membentuk kohesi di dalam wacana harus berkesinambungan dan membentuk kesatuan struktur teks agar dapat mendukung koherensi. Konsep kohesi pada dasarnya mengacu kepada hubungan bentuk. Artinya, unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu

5 dan utuh dan dapat pula dikatakan bahwa kohesi itu merupakan aspek internal struktur wacana (Mulyana, 2005:26). Selanjutnya, HG Tarigan (1993:96) mengemukakan bahwa kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana, sedangkan koherensi menurut Brown dan Yule (dalam Mulyana, 2005:30) dapat diartikan kepaduan dan keterpahaman antarsatuan dalam suatu teks atau tuturan. Aspek koherensi ini sangat diperlukan keberadaannya dalam struktur wacana. Banyak istilah wacana digunakan dari berbagai aspek. Di dunia pewayangan misalnya, dikenal istilah wacana-pati (dewa yang bertugas sebagai juru bicara), antawacana (karakter/pola ucapan wayang), sedangkan di dunia pendidikan banyak dipakai sebagai nama badan atau sekolah, misalnya Satya Wacana, Widya Wacana, dan sebagainya. Pemakaian kata wacana di belakang istilah-istilah tersebut mengandung makna motto, janji, atau perkataan yang dapat dipercaya sehingga wacana dapat dimaknai sebagai ucapan, perkataan, bacaan, yang bersifat kontekstual. Pemilihan naskah lakon Sandosa Sokrasana: Sang Manusia untuk dijadikan analisis karena naskah tersebut : Pertama, penggunaan bahasa Indonesianya tidak terlalu puitis dan penuh kias, tetapi dengan bahasa yang komunikatif yaitu mudah dipahami pembaca. Kedua, penulis utama naskah lakon Sandosa Sokrasana: Sang Manusia, Yanusa Nugroho, adalah seorang cerpenis yang memahami aspek kebahasaan populer bagi masyarakat umum. Ia banyak bercerita tentang dunia

6 pewayangan, yang sebagian besar dapat dikatakan sebagai carangan modern, dan menggunakan bahasa Indonesia. Karenanya, ia dianggap sebagai warga yang sah dalam sastra Indonesia. Yanusa Nugroho dibantu oleh Bambang Murtiyoso (salah satu kreator seni di ISI Surakarta), bertindak selain sebagai penulis naskah lakon tersebut juga sebagai sutradara. Ekspresi kebahasaan, yang berbentuk narasi dan dialog, dilakukan dengan warna yang terbebas dari kungkungan tradisi atau kultur Jawa sehingga tampak lebih representatif untuk mengungkapkan karakter tokoh dan suasana adegannya. Ketiga, para pendukung wayang Sandosa dalam lakon Sokrasana: Sang Manusia adalah orang yang kompeten dalam dunia sinetron dan sandiwara, seperti Ferry Fadli, Ine Febriyanti, Zainil Abidin Domba, dan lain-lain. Keempat, wayang Sandosa dalam lakon Sokrasana: Sang Manusia yang diproduksi oleh PT Gelar Nusantara bersama STSI Surakarta pada tahun 2001 ini pernah dipentaskan pada acara Semata Wayang di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Kelima, cerita wayang tentang Sokrasana dan Sumantri karya Yanusa Nugroho ini ditampilkan dalam berbagai bentuk, selain naskah lakon Sandosa sebelumnya juga ada yang berbentuk cerpen dan novel, sedangkan yang berbentuk puisi dibuat oleh Sapardi Djoko Damono.

7 C. Pembatasan Masalah Sebuah penelitian memerlukan pembatasan masalah yang berguna untuk memfocuskan pengumpulan data dan analisa data, lebih dari itu juga membatasi bidang yang hendak dikaji. Penelitian ini dibatasi hanya pada aspek : Analisis Penggunaan Peranti Kohesi pada Wacana Naskah Lakon Sandosa Sokrasana : Sang Manusia Karya Yanusa Nugraha. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang pemilihan masalah, penelitian ini dapat dirumuskan menjadi dua: 1. Bagaimanakah penggunaan peranti kohesi alat-alat bahasa, baik secara gramatikal maupuin leksikal dalam naskah lakon Sandosa Sokrasana : Sang Manusia Karya Yanusa Nugraha.? 2. Bagaimana konteks pendukung peranti kohesi dalam naskah lakon Sandosa Sokrasana : Sang Manusia Karya Yanusa Nugraha.? E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan masalah tersebut, ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini : 1. Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui penggunaan peranti kohesi alat-alat bahasa, baik secara gramatikal maupuin leksikal

8 dan konteks pendukung peranti kohesi dalam naskah lakon Sandosa Sokrasana : Sang Manusia Karya Yanusa Nugraha. 2. Tujuan Khusus Dengan penelitian ini, diperoleh hasil analisis yang tepat untuk digunakan memecahkan masalah penggunaan peranti kohesi alat-alat bahasa, baik secara gramatikal maupuin leksikal dan konteks pendukung peranti kohesi dalam naskah lakon Sandosa Sokrasana : Sang Manusia Karya Yanusa Nugraha. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoretis a. Melengkapi teori-teori tentang piranti kohesi alat-alat bahasa, baik secara gramatikal maupun leksikal dalam naskah lakon Sandosa Sokrasana :Sang Manusia dan konteks pendukung piranti kohesi dalam naskah lakon Sandosa Sokrasana : Sang Manusia. b. Hasil analisis penggunaan piranti kohesi alat-alat bahasa, baik secara gramatikal maupun leksikal dalam naskah lakon Sandosa Sokrasana : Sang Manusia dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya pada materi yang sama.

9 2. Manfaat Praktis Memperluas wawasan penerapan ilmu bahasa di dalam menganalisis naskah lakon Sadosa, terutama mengenai piranti kohesi alat-alat bahasa dalam wacana, khususnya dalam naskah lakon Sandosa Sokrasana : Sang Manusia.