BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang. menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kebutuhan masyarakat akan pembiayaan sekarang ini semakin tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

A B S T R A K S I PERJANJIAN PEMBIAYAAN DENGAN JAMINAN FIDUSIA DI KPI KOPINDO MULTI FINANCE SURAKARTA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. didirikan dengan berbagai layanan, mulai dari pengiriman barang secara

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tergiur untuk memilikinya meskipun secara financial dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

A B S T R A K S I. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Negara Republik Indonesia ditujukan bagi seluruh

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan,

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA (STUDI KASUS DI PT. CITRA MANDIRI MULTI FINANCE SEMARANG) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat telah memberikan kemajuan yang luar biasa kepada

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

I. PENDAHULUAN. lembaga pembiayaan melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensial, yaitu bank. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. yang memproduksi dapat tetap berproduksi. Pada dasarnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB I. mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh. merek, pembeli harus memesan lebih dahulu ( indent ).

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan keberadaan lembaga-lembaga pembiayaan. Sejalan dengan semakin

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. hukum. Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan membawa andil yang besar

PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menyebar ke bagian Asean lainnya termasuk Indonesia.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan hidup. Kebutuhan itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia otomotif di Indonesia dari tahun-ketahun

BAB I PENDAHULUAN. rangka pembaharuan hukum dengan mengadakan kodifikasi dan unifikasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari

PERJANJIAN KREDIT DENGAN SISTEM REKENING KORAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURAKARTA

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. diakses pada tanggal 11 Agustus 2009 pukul WIB.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rangkaian pembahasan sebelumnya mengenai perlindungan

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. menyelerasikan dan menyeimbangkan unsur-unsur itu adalah dengan dana (biaya) kegiatan untuk menunjang kehidupan manusia.

PELAKSANAAN PEMBEBANAN FIDUSIA SEBAGAI JAMINAN KREDIT BANK (Studi pada Kantor Notaris di Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

RAKA PRAMUDYA BEKTI

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan hubungan atau pergaulan antar masyarakat memiliki batasan yang

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

ASPEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) PERSERO

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia tidak bisa lepas dari dasar falsafah

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. macam, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. 1 Meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang mengelola kekuatan potensi ekonomi menjadi kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan. Bank sebagai lembaga keuangan ternyata tidak cukup mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa memiliki mobil sebagai barang milik pribadi. Rental mobil (persewaan mobil) yang dapat membantu seseorang yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS PENYELESIAN KREDIT MACET PADA PERJANJIAN KONSUMEN PEMBIAYAAN DENGAN JAMINAN FEDUSIA KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi ijin. untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari, yang dipasarkan secara terbuka baik pasar-pasar tradisional maupun melalui iklan di media masa, mendorong masyarakat untuk ikut memiliki dan menikmati produk yang dibutuhkannya. Tetapi disisi lain, sebagian besar masyarakat belum mampu membeli produk yang dibutuhkan itu secara tunai karena mereka tergolong masyarakat berpenghasilan rendah. Keadaan masyarakat yang demikian merupakan suatu fenomena dan fakta yang tidak terbantahkan bahwa di era globalisasi ini kebutuhan masyarakat akan pembiayaan semakin meningkat, selain lembaga keuangan bank adapula lembaga keuangan non bank seperti lembaga pembiayaan (leasing) yang mana lembaga tersebut menjadi tujuan dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan khususnya di bidang pembiayaan, baik itu pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana maupun barang modal. Perkembangan hukum bisnis khususnya lembaga pembiayaan (leasing) sudah merambah kesegala aspek, jika dalam dunia perbankan 1

2 terkenal dengan hukum perbankan, kemudian bantuan finansial melalui lembaga pembiayaan dikenal dengan nama hukum pembiayaan. Lembaga pembiayaan atau yang sering dikenal dengan istilah leasing tersebut merupakan pranata hukum yang banci, maksudnya adalah : Di satu pihak dia mirip sewa menyewa, tetapi lain pihak leasing mengandung unsur jual beli, bahkan unsur-unsur perjanjian pinjammeminjam juga ada, karena itu beberapa segi realisasi leasing dalam praktek masih terkesan ragu-ragu. 1 Munculnya lembaga pembiayaan terjadi karena lembaga keuangan konvensional (bank) di rasa tidak cukup ampuh untuk menanggulangi berbagai kebutuhan dana bagi masyarakat. Penyebab lain adalah keterbatasan jangkauan penyebaran kredit oleh bank dan keterbatasan dana. 2 Di Indonesia, pembiayaan yang disediakan untuk kebutuhan masyarakat sering disebut dengan Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance), berdasarkan Pasal 1 angka (6) Keppres Nomor 61 Tahun 1988 disebutkan bahwa : Pembiayaan Konsumen adalah pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan Konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala. 1 Munir Fuadi, Hukum Tentang Pembiayaan dalam Teori dan Praktek, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995, halaman 5.

3 Karena yang dibiayai itu adalah barang untuk tujuan konsumtif, sudah tentu mengandung resiko, meskipun resiko tersebut menyebar pada banyak konsumen dengan pembiayaan yang relatif kecil, dan rate of interest yang relatif tinggi. Bagi perusahaan pembiayaan, keadaan ini masih aman kendatipun jaminan (security) dari pihak konsumen masih diperlukan. 3 Perusahaan pembiayaan menyediakan jasa kepada konsumen dalam bentuk pembayaran harga barang secara tunai kepada pemasok (supplier). Antara perusahaan pembiayaan dan konsumen harus ada lebih dahulu kontrak pembiayaan konsumen yang sifatnya pemberian kredit. Dalam kontrak tersebut, perusahaan pembiayaan wajib menyediakan kredit sejumlah uang kepada konsumen sebagai harga barang yang dibelinya dari pemasok, sedangkan pihak konsumen wajib membayar kembali kredit secara angsuran kepada perusahaan pembiayaan tersebut. 4 Dalam pembiayaan terhadap suatu barang modal oleh perusahaan pembiayaan yang kemudian diserahkan kepada konsumen, selanjutnya dituangkan dalam Kontrak Pembiayaan Konsumen yang memuat tentang kewajiban-kewajiban para pihak yang harus dilaksanakan. Pada prinsipnya, pembiayaan dilakukan dengan 2 Ibid, halaman 2. 3 Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000, halaman 246. 4 Ibid, halaman 247.

4 pembayaran sejumlah uang secara tunai dari perusahaan pembiayaan kepada pemasok untuk kepentingan konsumen, sehingga dengan penyerahan tersebut barang yang bersangkutan menjadi milik konsumen. Pihak konsumen wajib membayar secara angsuran sampai lunas kepada perusahaan pembiayaan sesuai dengan kontrak. Maka, selama angsuran belum dibayar lunas, maka barang milik konsumen tersebut menjadi jaminan hutang secara fidusia. 5 Namun demikian, disebutkan di atas, selama angsuran belum dibayar lunas, maka barang milik konsumen tersebut menjadi jaminan hutang secara fidusia dalam pembiayaan terhadap konsumen oleh perusahaan pembiayaan tersebut terjadi pengalihan hak kepemilikan atas dasar kepercayaan bahwa barang yang hak kepemilikannya dialihkan tetap dikuasai pemilik barang (konsumen). Hal tersebut di atas, di dalam Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 pada Pasal 1 disebutkan bahwa Fidusia adalah : Pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda. Sedangkan barang yang dikuasai oleh konsumen (pemilik barang), hak kepemilikannya sudah dialihkan dari konsumen kepada perusahaan pembiayaan dalam jangka waktu tertentu (selama masa hutang), barang tersebut dijadikan sebagai jaminan hutang konsumen, 5 Ibid, halaman 248.

5 meskipun barang tersebut dalam penguasaan (masih dinikmati secara langsung) oleh si konsumen. Dengan kata lain terjadi pengoperan hak milik dari debitur yang penyerahannya secara yuridise-levering dan hanya dimiliki oleh kreditur secara kepercayaan, sedangkan barangnya tetap dikuasai debitur. 6 Dengan demikian, penjaminan semacam ini disebut dengan Jaminan Fidusia, Jaminan Fidusia pada Pasal 2 undang-undang tersebut di atas, disebutkan : hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, dan tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam UU. No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditur lainnya. Dengan demikian didalam mekanisme pembiayaan oleh perusahaan pembiayaan, penjaminan terhadap Kontrak Pembiayaan Konsumen dilakukan secara fidusia, namun kemudian timbul pertanyaan, apakah mekanisme pembiayaan oleh perusahaan pembiayaan yang penjaminannya dilakukan secara fidusia dapat memenuhi aspek-aspek (hukum) perjanjian dalam Jaminan Fidusia? Dari pertanyaan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, yang akan penulis tuangkan sebagai judul penelitian skripsi, yaitu : PERJANJIAN PEMBIAYAAN 6 Andi Hamzah dan Senjun Manulang dalam Salim, HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta : Rajawali Press, 2000., halaman 56.

6 DENGAN JAMINAN FIDUSIA DI KPI KOPINDO MULTI FINANCE SURAKARTA. B. PEMBATASAN MASALAH Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan judul penelitian, maka penulis membatasi permasalahan mengenai pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan jaminan Fidusia, khususnya di KPI Kopindo Multi Finance Surakarta. C. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan jaminan Fidusia di KPI Kopindo Multi Finance Surakarta? 2. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan jaminan Fidusia di KPI Kopindo Multi Finance Surakarta serta bagaimana cara penyelesainya? D. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian skripsi ini antara lain sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan jaminan Fidusia di KPI Kopindo Multi Finance Surakarta.

7 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan jaminan Fidusia di KPI Kopindo Multi Finance Surakarta serta cara penyelesaiannya. E. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan jaminan Fidusia di KPI Kopindo Multi Finance Surakarta beserta hambatanhambatan dan cara mengatasinya. 2. Memberikan sumbangan, masukan, dan informasi kepada masyarakat sehingga mereka mengetahui tentang pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan jaminan Fidusia di KPI Kopindo Multi Finance Surakarta beserta hambatan-hambatan dan cara mengatasinya. F. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah deskriptif kualitatif, 7 yang dimaksudkan adalah untuk menggambarkan dan memaparkan data yang diperoleh dari hasil penelitian secara jelas mengenai pelaksanaan perjanjian

8 pembiayaan dengan jaminan Fidusia di KPI Kopindo Multi Finance Surakarta. 2. Metode Pendekatan Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan Yuridis-Sosiologis, 8 dalam perspektif yuridis bermaksud menjelaskan legalitas aturan-aturan asas hukum dan aspek-aspek hukum tentang perjanjian pembiayaan dengan jaminan Fidusia, kemudian dalam perspektif empiris dimaksudkan untuk mengetahui pelaksanaannya di KPI Kopindo Multi Finance Surakarta beserta hambatan-hambatan dan cara mengatasinya. 3. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data Primer Yaitu sejumlah keterangan atau fakta yang secara langsung diperoleh dilokasi penelitian. b. Data Sekunder Yaitu yang berupa dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh KPI Kopindo Multi Finance Surakarta. 4. Metode Pengumpulan Data 7 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1994, halaman 103.

9 Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Penelitian Lapangan Yaitu data yang diperoleh secara langsung pada obyek penelitian adalah dengan cara : 1) Observasi (pengamatan) Yaitu pengamatan secara langsung yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan jaminan Fidusia di KPI Kopindo Multi Finance Surakarta. 2) Interview (wawancara) Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung atau tertulis dengan responden yaitu pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan jaminan Fidusia di KPI Kopindo Multi Finance Surakarta. 3) Kuisener Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara tidak langsung atau tertulis dengan responden. b. Studi Kepustakaan 8 Mochtar Kusumaatmadja, dalam Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum diakhir Abad 20, Bandung : Alumni, 1994, halaman 24.

10 Yaitu untuk mengumpulkan data sekunder dengan melakukan studi pustaka dengan membaca, mengkaji, dan menelaah literatur serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan pokok permasalahan tentang perjanjian pembiayaan dengan jaminan Fidusia. 5. Analisa Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian deskriptif ini dilakukan secara kualitatif yaitu teknik analisis data yang bertujuan mengungkap dan mengambil kebenaran dari studi kepustakaan yaitu peraturan-peraturan tentang perjanjian pembiayaan dengan jaminan Fidusia, kemudian dipadukan dengan pendapat responden di lapangan yaitu tentang pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan jaminan Fidusia di KPI Kopindo Multi Finance Surakarta, dan dari hasil analisis tersebut disimpulkan secara deduktif 9 dan digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada. G. SISTEMATIKA SKRIPSI Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai arah dan ruang lingkup skripsi ini, maka disajikan sistematika skripsi sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

11 A. LATAR BELAKANG MASALAH B. PEMBATASAN MASALAH C. PERUMUSAN MASALAH D. TUJUAN PENELITIAN E. MANFAAT PENELITIAN F. METODE PENELITIAN G. SISTEMATIKA SKRIPSI BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN 1. Pengertian Perjanjian 2. Syarat sahnya Perjanjian 3. Obyek dan Subyek dalam Perjanjian 4. Wanprestasi dan Akibat Hukumnya B. TINJAUAN TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN (LEASING) 1. Pengertian Lembaga Pembiayaan (Leasing) 2. Obyek dan Subyek Perjanjian Pembiayaan 3. Jenis-jenis Perusahaan Pembiayaan (Leasing) 4. Metode Pembayaran Leasing C. TINJAUAN TENTANG FIDUSIA 1. Pengertian Fidusia dan Jaminan Fidusia 2. Obyek dan Subyek Jaminan Fidusia 9 Lexy J. Moleong, Op.,Cit.

12 3. Pembebanan Jaminan Fidusia 4. Eksekusi Jaminan Fidusia BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Berupa penyajian data-data berbentuk dokumen dan keterangan tentang obyek yang diteliti. B. PEMBAHASAN 1. Pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan jaminan Fidusia, khususnya di KPI Kopindo Multi Finance Surakarta. 2. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan jaminan Fidusia di KPI Kopindo Multi Finance Surakarta dan cara mengatasinya. BAB IV : PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN-SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

13