BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berkepribadian baik dan mempunyai kecerdaan yang unggul

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mulai dari (kurikulum tahun 1994) yang menggunakan cara belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. terhadap perubahan ataupun kemajuan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani secara

BAB I PENDAHULUAN. didik melalui suatu interaksi, proses dua arah antara pendidik dan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun diluar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja hanya satu kali dalam kehidupan, jika seorang remaja merasa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peran tersebut menjadi hal yang biasa mengingat pendidikan merupakan. untuk memajukan mutu dan kualitas pendidikan di negeri ini.

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan dibidang pendidikan merupakan keniscayaan agar suatu bangsa dapat

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan hasil dari peradaban manusia lebih dari itu pendidikan adalah daya

BAB I PENDAHULUAN. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam perspektif Al-Qur an merupakan wujud dari. penyesuaian diri dengan pengalaman hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (STAIN Jember,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dewasa. Remaja memiliki beberapa karakter yang khas, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur'an Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalarn arti

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I PENDAHULUAN. kebaikan. Salah satunya nilai-nilai normatif yang berisi tentang petunjukpetunjuk. dalam menghadapi perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. penambahan, pengurangan, penggantian dan pengembangan yang selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. etimologis adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Khuluq di dalam Kamus

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dengan melaksanakan shalat,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan sesuai dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu membantu dan membentuk karakter dan keyakinan yang kuat pada setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas baik. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan berbagai cara,

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan yang Islami secara tidak langsung telah diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kesejahteraan hidup material dan spiritual, dunia, dan ukhrawi. Agama Islam yaitu agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jauh lebih banyak dan lebih komplek dibandingkan pada masa-masa sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan sebagai suatu gejala budaya dalam masyarakat telah berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan moralitas yang tinggi. manusia yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup suatu bangsa agar tidak sampai menjadi. bangsa yang terbelakang dan tertinggal dengan bangsa lain.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education. diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk bisa berperilaku lebih baik dari sebelumnya. pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa: Tujuan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan syariat Allah yang diturunkan kepada umat manusia agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan- Nya.. Dalam menanamkan keyakinan terhadap Allah dapat dilakukan melalui proses pendidikan baik di rumah, sekolah maupun lingkungan. 1 Dalam konteks pendidikan, hampir semua aktivitas yang dilakukan adalah aktivitas belajar. Aktivitas tersebut dilakukan kapanpun dan dimanapun, baik secara formal ataupun nonformal. Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Setiap saat dalam kehidupan selalu terjadi suatu proses belajar, baik disengaja atau tidak, disadari maupun tidak. Dari proses inilah diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut sebagai hasil belajar. Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka proses belajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi dengan baik. Oleh karena itu, dalam proses belajar haruslah disusun secara modelatik dan menarik agar dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif. Pembelajaran menurut Trianto merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara 1 Abdul Majid, Belajar Dan Pembelajaran (Pendidikan Agama Islam), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 11. 1

2 simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. 2 Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan pembelajaran efektif yang tidak terlepas dari peran guru, model pembelajaran yang digunakan serta sarana dan prasarana yang mendukung. Apabila seseorang telah melalui proses pembelajaran maka terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aktivitas belajar dilakukan untuk memperoleh kesuksesan dalam pengembangan potensi-potensi seseorang. 3 Dalam hal ini, Islam menginginkan perubahan tingkah laku manusia kearah yang sesuai dengan ajaran islam, termasuk dengan adanya pendidikan Islam yang bertujuan untuk mengarahkan dan membimbing manusia untuk berperilaku sesuai dengan Al-Qur an dan hadits. Upaya membimbing dan mengarahkan seseorang tidak hanya menjadi kewajiban keluarga. Instansi pendidikan Islam yaitu sekolah juga merupakan sarana untuk membentuk kepribadian seseorang. Di sekolah, Pendidikan Agama Islam (PAI) muncul sebagai usaha sadar dan terencana dalam 2 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 17. 3 Eveline Siregar, Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 3.

3 menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahamai, menghayati, hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam. Pendidikan agama Islam tidak hanya berkonsentrasi pada persoalan teoritis keagamaan, namun diharapkan mampu mengubah pengetahuan yang bersifat teori (kognitif) tersebut menjadi nilai- nilai keagamaan yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. 4 Sekolah berupaya untuk menjadikan peserta didik mempunyai moral yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Dalam menunjang hal tersebut guru, khususnya guru PAI dituntut untuk dapat menciptakan pembelajaran yang membuat peserta didik bermoral yang baik. Karena dalam pendidikan Islam, tidak hanya menyentuh perkembangan dimensi intelektual saja, akan tetapi lebih menyentuh dimensi emosional dan spiritual para peserta didik. Selain di dalam kelas, pembelajaran PAI juga bisa dilakukan di luar kelas contohnya di dalam masjid. Hal tersebut dilakukan agar para peserta didik tidak mengalami kejenuhan dan bisa lebih leluasa dalam bertukar pengetahuan keagamaan yang mereka miliki. Pada masa permulaan Islam, masjid mempunyai fungsi yang sangat agung, termasuk berfungsi sebagai markas pendidikan. 5 Dan hingga saat ini, masjid masih menunjukkan eksistensinya dalam dunia pendidikan. Banyak guru khususnya pendidikan agama Islam yang menggunakan masjid sebagai sebagai tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. 4 Abdul Majid, Belajar Dan Pembelajaran, h. 10-11. 5 Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip Dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung: Diponegoro, 1998), h. 190.

4 SMA Negeri 11 Surabaya adalah salah satu sekolah yang menggunakan masjid sebagai sarana belajar mengajar. Kegiatan tersebut dipimpin oleh seorang guru yang menyampaikan materi terlebih dahulu kemudian dilanjutkan oleh para anggota dengan berdiskusi tentang materi yang telah disampaikan oleh gurunya. Para anggota atau peserta didik duduk di dalam masjid dengan posisi membentuk lingkaran. Kegiatan mengkaji pengetahuan Islam biasa disebut sebagai kegiatan halaqah. Halaqah merupakan model pembelajaran yang telah diterapkan sejak zaman nabi Muhammad SAW. Istilah halaqah (lingkaran) biasanya digunakan untuk menggambarkan sekelompok kecil muslim yang secara rutin mengkaji ajaran Islam. Saat itu nabi menggunakan masjid untuk menghimpun kaumnya agar dapat menerima materi yang disampaikan oleh beliau. Jumlah anggota dalam kegiatan halaqah tidak memiliki batasan resmi. Namun biasanya sebuah halaqah terdiri dari 20 orang siswa. Meskipun hal tersebut tidak terorganisir, kelompok yang disebut halaqah ini seringkali menjadi formal. 6 Meskipun kegiatan halaqah sudah terlaksana sejak zaman nabi Muhammad, namun sampai saat ini banyak forum-forum atau sekolahsekolah yang masih melaksanakan kegiatan halaqah, contohnya di SMA Negeri 11 Surabaya. Hal tersebut menunjukkan bahwa halaqah merupakan salah satu kegiatan yang sangat efektif untuk mengkaji pengetahuan keislaman. Bila ditinjau lebih lanjut, model halaqah yang seperti demikian adalah bentuk pendidikan yang tidak hanya menyentuh perkembangan 6 Baharuddin, Dikotomi Pendidikan Islam (Historitas Dan Implikasi Pada Masyarakat Islam), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 216.

5 dimensi intelektual, akan tetapi lebih menyentuh dimensi emosional dan spiritual para peserta didik. Karena dalam kegiatan halaqah terdapat proses bertukar pendapat yang menuntut adanya rasa menghormati dan menghargai antar anggota. Sehingga tidak hanya pengetahuan secara teori yang didapatkan, namun juga dapat membiasakan diri untuk bersikap lebih baik sesuai dengan ajaran Islam. Untuk saat ini dan insya Allah di masa datang halaqah menjadi alternatif model pembelajaran Islam yang cukup efektif untuk membentuk muslim berkepribadian Islami (syakhsiyah Islamiyah) yang sesuai dengan ajaran Islam. Keberadaan halaqah sangat penting untuk keberadaan umat Islam itu sendiri. Dengan terbentuknya kader-kader Islami melalui halaqah, maka di dalam tubuh umat akan lahir orang-orang yang senantiasa berdakwah kepada kebenaran. Dengan berkembangnya model halaqah, proses pembentukan umat yang Islami (takwinul ummah) akan mengalami akselarasi. Hal ini akan berdampak pada kehidupan manusia secara menye1uruh yang lebih berpihak pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan. 7 Berkembangnya halaqah juga bermanfaat bagi pengembangan pribadi (self development) para pesertanya. Halaqah yang berlangsung secara rutin dengan peserta yang tetap biasanya berlangsung dengan semangat kebersamaan (ukhuwwah Islamiyah). Dengan nuansa semacam itu, peserta belajar bukan hanya tentang nilai-nilai Islam, tapi juga belajar untuk 7 Sunanto, Sejarah Islam Klasik (Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam), (Bogor: Kencana, 2003), h. 29.

6 bekerjasama, saling memimpin dan dipimpin, belajar disiplin terhadap aturan yang mereka buat bersama, belajar berdiskusi, menyampaikan ide, belajar mengambil keputusan dan juga belajar berkomunikasi. Semua itu sangat penting bagi kematangan pribadi seseorang untuk mencapai tujuan hidupnya, yakni sukses di dunia dan akhirat. 8 Umat Islam akan mengalami kerugian yang besar jika sistern halaqah tidak berkembang dan terjadi kepunahan. Hal ini karena halaqah merupakan sarana yang efektif untuk melahirkan kader-kader Islam yang tangguh dan siap berkorban memperjuangkan Islam. Oleh karena itu, model pembelajaran halaqah merupakan model pembelajaran yang sangat penting untuk dikaji lebih mendalam, agar masyarakat khsusnya para guru dapat memahami akan pentingnya model pembelajaran halaqah di dunia pendidikan. Meskipun halaqah merupakan model pendidikan tradisional, namun banyak sekolahsekolah yang masih menggunakan model tersebut, salah satunya adalah SMA Negeri 11 Surabaya. Hal tersebut membuat penulis penasaran apa yang membuat model halaqah masih eksis di dunia pendidikan padahal keberadaannya dimulai sejak zaman nabi. Oleh karena itu, penulis ingin membahas tentang Implementasi Model Pembelajaran Halaqah pada Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 11 Surabaya. Dan kemudian akan penulis bahas dalam pembahasan berikutnya. 8 Ibid., h. 29-30.

7 B. Pembatasan Masalah Dalam hal ini, penulis membatasi masalah tentang Implementasi Model Pembelajaran Halaqah, dengan mengambil sumber dari beberapa siswa dan guru PAI yang menerapkan model pembelajaran tersebut di SMA Negeri 11 Surabaya. Mengingat luasnya pembahasan, maka untuk lebih memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam penulisan skripsi ini perlu adanya pembatasan masalah dalam pembahasannya. Maka penulis membatasi permasalahan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut: 1. Implementasi model pembelajaran halaqah pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 11 Surabaya. 2. Faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan model pembelajaran halaqah pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 11 Surabaya. 3. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan model pembelajaran halaqah pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 11 Surabaya. C. Rumusan Masalah Dari kerangka penelitian, latar belakang masalah di atas dapat dirinci sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi model pembelajaran halaqah di SMA Negeri 11 Surabaya? 2. Apa saja faktor yang mendukung pelaksanaan model pembelajaran halaqah pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 11 Surabaya?

8 3. Apa saja faktor yang menghambat pelaksanaan model pembelajaran halaqah pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 11 Surabaya? D. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini tidak lepas dari pokok permasalahan di atas. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan implementasi model pembelajaran halaqah pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 11 Surabaya. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung pelaksanaan model pembelajaran halaqah pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 11 Surabaya. 3. Untuk mengetahui faktor penghambat pelaksanaan model pembelajaran halaqah pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 11 Surabaya. E. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian dari skripsi ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain: 1. Manfaat Teoritis a. Adapun hasil penelitian ini diharapkan untuk mengembangkan teori model pembelajaran halaqah b. Penelitian ini sebagai evaluasi pembelajaran agar para guru dapat menerapkan pembelajaran yang efektif dengan halaqah. 2. Manfaat Praktis

9 a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan tambahan pengetahuan mengenai model pembelajaran halaqah yang kemudian bisa ditransformasikan kepada masyarakat. b. Bagi penulis yaitu sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menyelesaikan program sarjana di jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). UIN Sunan Ampel Surabaya. c. Adapun penelitian ini dapat dijadikan bahan literatur atau referensi baru untuk memberi wawasan tambahan bagi peneliti selanjutnya. F. Definisi Operasional Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih mengarah dan terfokus pada permasalahan yang akan dibahas, sekaligus untuk menghindari terjadinya persepsi lain mengenai istilah-istilah yang ada, maka perlu adanya penjelasan mengenai definisi istilah. Hal itu sangat diperlukan agar tidak terjadi kesamaan penafsiran dan terhindar dari kesalahan pengertian pada pokok pembahasan ini. Oleh karena itu, untuk lebih mudah dalam memahami judul skripsi ini, penulis akan menjelaskan tentang definisi operasionalnya sebagai berikut: 1. Implementasi Definisi implementasi dalam kamus besar bahasa indonesia, berarti pelaksanaan. 9 Kata ini sangat dekat kaitannya dengan kata penerapan. 9 Gornat Abi Manyu, Kamus Populer, (Yogyakarta: Pan Utama, 2005), h. 279.

10 Yang berarti pemasangan, pengenaan, dan mempraktekkan. 10 Dalam konteks pendidikan maka implementasi berarti pelaksanaan pendidikan atau pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan menurut Mulyasa, Implementasi berarti suatu proses penerapan ide, konsep kebijakan/ inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberi dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. 2. Model pembelajaran Sedangkan definisi dari model pembelajaran merupakan sebuah pola atau kerangka terstruktur yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. 11 Oleh sebab itu, dalam mencapai tujuan yang diinginkan, seorang guru harus menyiapkan rancangan atau rencana pembelajaran yang disusun secara sistematis agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. 3. Halaqah Halaqah yaitu suatu kelompok murid atau kelompok orang yang berkumpul di sebuah masjid (majelis ta lim) dengan mengelilingi seorang guru atau syeikh dan mengkaji tentang ilmu-ilmu Islam. 12 Halaqah merupakan model pendidikan yang telah diterapkan sejak zaman nabi Muhammad SAW. Istilah halaqah (lingkaran) biasanya digunakan untuk menggambarkan sekelompok kecil muslim yang secara rutin mengkaji 10 Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 377. 11 Trianto, Mendesain Model, h. 17. 12 Baharuddin, Dikotomi Pendidikan, h. 215.

11 ajaran Islam. Saat itu nabi menggunakan masjid untuk menghimpun kaumnya agar dapat menerima materi yang disampaikan oleh beliau. 4. Mata pelajaran PAI Mata pelajaran PAI atau bisa disebut juga bidang studi PAI merupakan satuan pelajaran yang memuat tentang pendidikan agama Islam yang diajarkan oleh guru kepada siswanya sesuai dengan tuntunan Islam. Mata pelajaran PAI secara keseluruhan meliputi ruang lingkup Al-Qur an dan Al-Hadits, keimanan, akhlak, fiqh/ ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya. (hablun minallah wa hablun minannas). 13 Dalam proses belajar mengajar PAI, guru diharapkan tidak hanya sebatas menyampaikan materi kepada siswa tanpa mengetahui nilai-nilai Islam yang tertanam dalam diri siswa. Siswa tidak hanya memahami konsep atau teori saja, melainkan mampu mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 5. SMA Negeri 11 Surabaya SMA Negeri 11 Surabaya merupakan sekolah umum tanpa memiliki latar belakang sekolah Islam yang menerapakan model pembelajaran halaqah di dalam pembelajarannya khususnya mata pelajaran PAI. 13 Abdul Majid, Belajar Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 13.

12 Dari beberapa definisi diatas, maka penulis mengambil judul dalam skripsi ini yaitu Implementasi Model Pembelajaran Halaqah Pada Mata Pelajaran PAI Di SMAN 11 Surabaya, dengan maksud untuk membahas tentang penerapan atau pelaksanaan suatu model pembelajaran yaitu halaqah yang diterapkan pada mata pelajaran PAI di SMAN 11 Surabaya. Penulis ingin meneliti sejauh mana pelaksanaan model pembelajaran halaqah di sekolah tersebut. Sekolah yang tanpa latar belakang Islam tetapi melaksanakan model halaqah yang merupakan model tertua dalam pendidikan Islam dan sudah ada sejak zaman nabi. Hal tersebut menunjukkan bahwa halaqah merupakan salah satu kegiatan yang sangat efektif untuk mengkaji pengetahuan keislaman. Oleh karenanya, penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul tersebut. G. Penelitian Terdahulu Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak serta merta menuangkan pikiran ke dalam sebuah tulisan ilmiah begitu saja. Penulis masih harus melakukan pengkajian terhadap beberapa karya yang menginspirasi penulis, sehingga terciptalah judul implementasi model pembelajaran halaqah pada mata pelajaran PAI di SMAN 11 Surabaya. Beberapa karya tersebut diantaranya adalah Implementasi Model Halaqah Dan Peranannya Dalam Pembentukan Religiusitas Anggota Jamaah Masjid Manarul Ilmi (JMMI) Di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Dalam penelitian tersebut berisi tentang peran halaqah dalam

13 membentuk religiusitas anggota jamaah, penelitian tersebut adalah jenis penelitian kuantitatif yang ingin mengetahui sejauh mana pengaruh model halaqah tersebut terhadap tingkat religiusitas anggota jamaah masjid yang ada di ITS Surabaya, sehingga dalam penelitian tersebut membahas tentang sikap keagamaan (religiusitas) para anggota setelah mengikuti kegiatan halaqah. Kemudian karya yang kedua dengan judul Pelaksanaan Halaqoh (Kajian Keislaman) Di SMA Mujahidin Perak Surabaya membahas tentang pelaksanaan halaqoh di SMA Mujahidin Perak Surabaya. Penelitian tersebut merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang menggambarkan tentang pelaksanaan halaqah dan perannya bagi pembentukan kepribadian muslim. Judul tersebut hampir sama dengan judul yang penulis ambil, namun perbedaannya terletak pada sasaran penelitiannya. Jika penelitian yang terdahulu tersebut membahas tentang kajian keislaman halaqah sebagai rutinitas, maka dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui pelaksanaan model halaqah jika diterapkan pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 11 Surabaya. Kedua karya diatas menjadi rujukan bagi penulis untuk menulis skripsi dengan judul implementasi model pembelajaran h\alaqah pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 11 Surabaya. Penelitian ini lebih menekankan proses pelaksanaan model halaqah pada mata pelajaran PAI. Dengan demikian, yang membedakan skripsi ini dengan yang lainnya adalah terletak pada pelaksanaan model pembelajaran halaqah pada mata pelajaran PAI.

14 H. Sistematika Pembahasan Untuk lebih memudahkan pembaca dalam memahami maksud yang diinginkan oleh penulis, maka sistematika penulisan penelitian ini sengaja disusun sebagai berikut: Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, dan sistematika pemahasan. Bab kedua adalah kajian teori, berisi yang pertama memaparkan tentang tinjauan model pembelajaran, dengan sub pokok bahasan yang meliputi pengertian model pembelajaran, fungsi model pembelajaran dan ciri model pembelajaran. Kedua, menjelaskan tentang model halaqah, yang terdiri dari sub pokok bahasan pengertian model halaqah, sejarah penggunaan model halaqah, metode yang digunakan dalam model halaqah, serta kelebihan dan kekurangan model halaqah. Ketiga berisi tentang tinjauan mata pelajaran PAI yang meliputi pengertian mata pelajaran PAI, fungsi dan tujuan mata pelajaran PAI, karakteristik mata pelajaran PAI, urgensi mata pelajaran PAI bagi peserta didik, Keempat implementasi model pembelajaran halaqah pada mata pelajaran PAI. Kelima berisi tentang urgensi model pembelajaran halaqah terhadap PAI. Bab ketiga adalah metodologi penelitian, bab ini berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

15 Bab keempat adalah analisa hasil penelitian. Pada bab empat ini berisi tentang sejarah berdirinya SMAN 11 Surabaya, Letak Geografis, Profil sekolah, Tujuan, Visi, dan Misi SMAN 11 Surabaya, stuktur organisasi sekolah, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, Sarana dan prasarana, penyajian data dan analisis hasil penelitian tentang implementasi model pembelajaran halaqah pada mata pelajaran PAI. Bab terakhir adalah penutup. Bab kelima ini merupakan rangkaian terakhir dari penulisan skripsi yang memuat simpulan dan saran-saran. Penulis memberikan kesimpulan dan saran-saran yang konstruktif bagi perkembangan dan perbaikan nanti.