ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DURIAN DI DESA WONOAGUNG, KECAMATAN KASEMBON, KABUPATEN MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
EFISIENSI PEMASARAN JERUK PAMELO DALAM WILAYAH MAGETAN (CITRUS GRANDIS L. OSBEK)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JERUK MANIS. (MARKETING EFFICIENCY ANALYSIS OF SWEET ORANGE) Djoko Koestiono 1, Ahmad Agil 1

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING MANIS (AVERRHOA CARAMBOLA) (STUDI KASUS DI DESA MOYOKETEN, KECAMATAN BOYOLANGU, KABUPATEN TULUNGAGUNG)

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

margin pemasaran dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut:

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

MARGIN PEMASARAN PRODUK PERTANIAN DAN ELASTISTAS TRANSMISI. Lecture Notes : Tatiek Koerniawati A.,SP.MP.

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

Melisa Dinda Anggraeni, Nur Baladina * Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang *

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

28 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

III. METODE PENELITIAN

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI DESA SIDONDO I KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS PEMASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI KUBIS DI DESA SUMBERJO KECAMATAN AMBULU KABUPATEN JEMBER

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi

SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN TEMBAKAU RAKYAT: Kasus Subak Cengcengan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Oleh Drs. Ketut Mudita, SP. M.Agb.

212 ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 3, Oktober 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

EFISIENSI PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Nida Nuraeni (1) Rina Nuryati (2) D. Yadi Heryadi (3)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,


IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

PENGARUH SISTEM PEMASARAN KACANG PANJANG TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI DESA KURIPAN KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN WORTEL DI SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA) KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH ORGANIK DI KABUPATEN DELI SERDANG

KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAMBU AIR DI DESA MRANAK KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK

Efisiensi Pemasaran Mangga Gedong Gincu (Mangifera Indica L) di Kabupaten Majalengka

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA MAWAR POTONG DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT. Abstrak

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

ANALISIS PEMASARAN DAN TRANSMISI HARGA PADA PETANI BAHAN OLAHAN KARET (BOKAR) DI DESA SEI TONANG KECAMATAN KAMPAR UTARA KABUPATEN KAMPAR

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS SALURAN TATANIAGA SAWI DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN PENAMPILAN PASAR OUTPUT DAN PASAR INPUT KEDELAI LOKAL DI DESA MLORAH PENDAHULUAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI JALAR DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH. (Analysis of the Marketing Efficiency of Sweet Potato In Central Lampung Regency)

ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE

PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

ANALISIS SALURAN TATANIAGA DAN MARJIN TATANIAGA KELAPA DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR. Siti Abir Wulandari 1 *, Rogayah 2 *

ANALISIS TATANIAGA KELINCI (Orictolagus, Spp.) DI KABUPATEN KARO ABSTRAK

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOMODITAS PANDANWANGI DI DESA BUNIKASIH KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS TATANIAGA AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

MIMBAR AGRIBISNIS Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis (1): 13-28

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHATANI BROKOLI (Brassica oleracea L.) DI DESA MUARA PERIKAN KECAMATAN PAGARALAM SELATAN KOTAMADYA PAGARALAM

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI JURNAL. ANALISIS PEMASARAN BUNGA POTONG ANTHURIUM (studi kasus di desa Sidomulyo kabupaten Batu)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

ANALISIS PEMASARAN KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN

ANALISIS SISTEM TATANIAGA KARET PADA PETANI KARET EKS UPP TCSDP DI DESA BINA BARU KECAMATAN KAMPAR KIRI TENGAH KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI DAN PEMASARAN MELON DI KECAMATAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI

ANALISIS PEMASARAN SAPI BALI DI KECAMATAN BANTAENG KABUPATEN BANTAENG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada. Penelitian tentang tata niaga gabah/ beras ini berusaha menggambarkan

ARTIKEL MEIFY SUMAMPOW / JURUSAN SOSIAL EKONOMI, FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PEMBUATAN GARAM DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU

Agriekonomika, ISSN ANALISIS INTEGRASI PASAR BAWANG MERAH DI KABUPATEN PAMEKASAN

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. GaneÇ Swara Vol. 8 No.2 September Tujuan dan Manfaat Penelitian. Jenis Penelitian. Lokasi Penelitian.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

ANALISIS PEMASARAN KOPRADI DESA TAMBU KECAMATAN BALAESANG KABUPATEN DONGGALA

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

ANALISIS MARJIN PEMASARAN AGROINDUSTRI BERAS DI KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

Transkripsi:

HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 ISSN: 0853-5167 ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DURIAN DI DESA WONOAGUNG, KECAMATAN KASEMBON, KABUPATEN MALANG (MARKETING EFFICIENCY ANALYSIS OF DURIAN IN WONOAGUNG VILLAGE, KASEMBON SUBDISTRICT, MALANG REGENCY) Nur Baladina 1, Ratya Anindita 1, Ariani Rosidi Putri 1 1) Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang E-mail: ila_nb@yahoo.com ABSTRACT The objectives of this research are : (1) To analyze the marketing channel of durian in Wonoagung, Kasembon Subdistrict, Malang Regency, (2) To analyze marketing margin, distribution margin, and farmer s share, (3) To analyze marketing efficiency of durian from price efficiency and operational efficiency side. The results of this research are : (1) There are 8 durian marketing channels in Wonoagung Village, Kasembon Subdistrict, Malang Regency. They are : (I) farmer consumer, (II) farmer local retailer consumer, (III) farmer local wholesale buyer consumer, (IV) farmer broker local retailer consumer, (V) farmer local wholesale buyer local retailer consumer, (VI) farmer local wholesale buyer broker local retailer consumer, (VII) farmer local wholesale buyer consumer, (VIII) farmer local wholesale buyer other city retailer consumer. (2) There is no marketing margin in marketing channel I, because there are no marketing institute in marketing channel I. Total margin of marketing channel II, III, IV, V, VI, VII, and VIII are Rp 2.261,50/fruit; Rp 4.257,50/fruit; Rp 14.163,79/fruit; Rp 12.975,63,-/fruit; Rp 17.975,-/fruit; Rp 7.100,-/fruit; and Rp 18.039,50/fruit. Farmer s share in marketing channel II, III, IV, V, VI, VII, and VIII are : 86,03%; 64,32%; 44,78%; 37,17%; 29,92%; 61,83%; dan 29,85. (3) From price efficiency side, we know that all of the marketing channel of durian are efficient, because the difference of prices are higher than cost. But from operational efficiency, we can see that local retailer in marketing channel III, local retailer in marketing channel IV, and broker from marketing channels VI aren t efficient yet. Keywords : efficiency, marketing channel of durian, margin, farmer s share ABSTRAK Tujuan penelitian ini antara lain : (1) Untuk menganalisis saluran pemasaran durian di Desa Wonoagung, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang. (2) Untuk menganalisis marjin pemasaran, distribusi marjin, dan share petani. (3) Untuk menganalisis efisiensi pemasaran dari sisi efisiensi harga dan efisiensi operasional. Hasil dari penelitian ini antara lain : (1) Terdapat delap an saluran pemasaran durian, yaitu: (I) Petani Konsumen, (II) Petani Pengecer lokal Konsumen, (III) Petani Penebas lokal Konsumen, (IV) Petani Tengkulak Pengecer lokal Konsumen, (V) Petani Penebas lokal Pengecer lokal Konsumen, (VI) P etani Penebas lokal Tengkulak Pengecer lokal Konsumen, (VII) Petani Penebas luar kota Konsumen, dan (VIII) : Petani

2 HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 Penebas lokal Pengecer Luar Kota Konsumen. (2) Tidak ada marjin dalam saluran pemasaran I karena pada saluran pemasaran ini, petani langsung memasarkan durian kepada konsumen, sehingga tidak ada lembaga pemasaran yang terlibat. Sedangkan total marjin pemasaran pada saluran pemasaran II sebesar Rp 2.261,50/buah; pada saluran pemasaran III sebesar Rp 4.257,50/buah; pada saluran pemasaran IV sebesar Rp 14.163,79/buah; pada saluran pemasaran V sebesar Rp 12.975,63,-/buah; pada saluran pemasaran VI sebesar Rp 17.975,-/buah; pada saluran pemasaran VII sebesar Rp 7.100,- /buah; sedangkan pada saluran pemasaran VIII sebesar Rp 18.039,50/buah. Share yang diperoleh petani pada saluran pemasaran II, III, IV, V, VI, VII, dan VIII adalah sebagai berikut: 86,03%; 64,32%; 44,78%; 37,17%; 29,92%; 61,83%; dan 29,85%. Dari hasil perhitungan analisis efisiensi harga, diketahui bahwa pemasaran durian di daerah penelitian sudah efisien, karena nilai selisih harga lebih besar daripada nilai rata-rata biaya transportasi dan biaya sortasi. Namun jika dilihat dari analisis efisiensi operasional, diketahui bahwa pada penebas lokal saluran pemasaran III, pengecer lokal saluran pemasaran IV, dan tengkulak saluran pemasaran VI belum efisien. Kata kunci: efisiensi, saluran pemasaran durian, marjin, share petani PENDAHULUAN Durian adalah salah satu tanaman hortikultura yang diminati oleh banyak orang. Di Indonesia, tanaman durian terdapat di seluruh Pulau Jawa dan Sumatra, sedangkan di Kalimantan dan Irian Jaya umumnya hanya terdapat di sepanjang aliran sungai (Anonymous, 2009). Salah satu tempat penanaman buah durian di Pulau Jawa adalah Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, yang merupakan salah satu kecamatan dari segitiga komoditas buah durian yang penting di Jawa Timur. Kecamatan Kasembon memiliki potensi durian yang sangat tinggi karena durian unggul lokal Kasembon memiliki ukuran, rasa, aroma dan kualitas yang tidak kalah dengan karakteristik durian impor (Anonymous, 2008). Oleh karena itu, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya memproyeksikan Kecamatan Kasembon menjadi salah satu pusat riset durian internasional. Salah satu desa di Kecamatan Kasembon yang memiliki potensi paling besar dalam produksi tanaman durian adalah Desa Wonoagung. Namun, berbagai kelebihan dari jenis durian yang ada di daerah tersebut masih memiliki permasalahan dalam aspek sosial ekonominya. Dalam memasarkan durian, petani tidak memiliki mitra dari lembaga pemasaran yang resmi. Sebagian besar durian yang dipanen, ditebas oleh tengkulak dengan harga yang relatif rendah. Namun dalam memasarkan durian ke lembaga pemasaran selanjutnya, tengkulak/penebas memberikan harga yang tinggi agar memperoleh keuntungan yang besar. Hal tersebut menyebabkan harga jual durian di tingkat konsumen tinggi dan share yang diperoleh petani di berbagai saluran pemasaran durian tidak adil karena cenderung lebih rendah, sehingga pemasaran durian di Desa Wonoagung, Kecamatan Kasembon belum efisien. Rendahnya harga jual durian di tingkat petani, salah satunya juga disebabkan karena petani tidak memberikan standard harga kepada tengkulak. Petani tidak menetapkan standard harga dikarenakan petani durian di Kecamatan Kasembon tidak membudidayakan duriannya secara profesional, mereka tidak memberikan perawatan, seperti pemupukan pada durian yang mereka tanam. Hal tersebut disebabkan durian yang dibudidayakan oleh petani durian yang ada di Desa Wonoagung sudah tergolong tua karena merupakan durian turun-

Nur Baladina, Analisis Efisiensi Durian... 3 temurun atau warisan dari nenek moyangnya. Padahal, dengan memberikan perawatan akan dapat meningkatkan nilai tambah bagi durian. Menurut Soekartawi (1991), keadaan tersebut memang sering terjadi dalam banyak kenyataan. Di antara para pelaku pemasaran, posisi produsen atau petani adalah yang paling lemah. Dalam pemasaran komoditi pertanian, juga sering dijumpai adanya rantai pemasaran yang panjang (bahkan dapat dikatakan terlalu panjang), sehingga banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam rantai pemasaran tersebut. Akibatnya adalah terlalu besarnya keuntungan yang diambil oleh para pelaku pemasaran tersebut. Beberapa sebab mengapa terjadi rantai pemasaran hasil pertanian yang panjang dan produsen (petani) sering dirugikan antara lain karena : (1) Pasar yang tidak bekerja secara sempurna, (2) Lemahnya informasi pasar, (3) Lemahnya produsen (petani) memanfaatkan peluang pasar, (4) Lemahnya produsen (petani) dalam melakukan penawaran untuk mendapatkan harga yang lebih baik, dan (5) Produsen (petani) melakukan usahatani tidak berdasarkan permintaan pasar, melainkan karena usahatani yang diusahakan secara turun-temurun. yang efisien sangat dibutuhkan agar petani dapat memperoleh keuntungan yang maksimal. Sistem pemasaran dikatakan efisien apabila dapat memberikan kepuasan maksimum bagi produsen, konsumen, dan pelaku pemasaran dengan penggunaan sumber ekonomi yang serendah-rendahnya (Rhodes, 1993 dalam Irawan, 2007). Menurut Mubyarto (1995), sistem pemasaran di katakan efisien apabila memenuhi dua syarat, yaitu : (1) Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya, dan (2) Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut. Yang dimaksud dengan adil dalam hal ini adalah pemberian balas jasa fungsi-fungsi pemasaran sesuai dengan sumbangan masing-masing. Menurut Anindita (2004), pen gukuran efisiensi pemasaran yang sering dilakukan menyangkut bagaimana memperpendek saluran pemasaran dan mengurangi biaya pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis saluran pemasaran durian di Desa Wonoagung, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, (2) Menganalisis marjin pemasaran, distribusi marjin, dan share petani, dan (3) Menganalisis efisiensi pemasaran dari sisi efisiensi harga dan efisiensi operasional METODE PENELITIAN Penentuan responden untuk petani durian adalah dengan menggunakan metode simple random sampling, dengan jumlah petani durian sebanyak 697 orang. Untuk penentuan jumlah sampel petani menggunakan rumus Slovin, dimana didapatkan nilai n (sampel penelitian) adalah 41,79 (42 responden) dengan tingkat galat penduga sebesar 15 %. Penentuan sampel untuk lembaga pemasaran durian dilakukan dengan menggunakan nonprobability sampling, dengan prosedur pengambilan sampel menggunakan snowball sampling, yaitu dimulai dari petani (produsen) sampai pedagang pengecer. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi mengenai fenomena lapang yang diamati, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi harga dan efisiensi operasional, nilai marjin pemasaran dan distribusi marjin, serta share harga dari masingmasing lembaga pemasaran durian.

4 HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 1. Analisis Efisiensi Harga Salah satu cara untuk mengetahui efisiensi pada sebuah saluran pemasaran adalah dengan menggunakan analisis efisiensi harga. Dimana sebuah pasar diasumsikan sebagai pasar persaingan sempurna. Pengukuran efisiensi ini didasarkan pada perhitungan selisih harga aktual sebuah komoditi dengan biayabiaya fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran yang terlibat. Suatu saluran pemasaran dapat dikatakan efisien apabila nilai selisih harga lebih besar daripada nilai rata-rata biaya. Sebaliknya, suatu saluran pemasaran dikatakan tidak efisien apabila nilai selisih harga lebih kecil daripada nilai ratarata biaya. Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran efisiensi harga menurut fungsi transportasi serta sortasi dan bongkar muat, sehingga rata-rata biaya yang diambil adalah rata-rata biaya transportasi serta sortasi dan bongkar muat. Perhitungan untuk analisis efisiensi harga adalah sebagai berikut : a) Biaya Transportasi Hi H(i-1) B T Kriteria efisiensi harga apabila : Hi H(i-1) > BT dimana : Hi = Harga durian durian pada lembaga pemasaran ke-i H(i- 1) = Harga durian pada lembaga pemasaran sebelum i BT = Biaya transportasi b) Selisih harga jual antar lembaga HJi HJ(i-1) B p i Kriteria efisiensi harga apabila : Hji HJ(i-1) > Bpi dimana : Hji = Harga jual durian pada lembaga pemasaran ke-i H(i- 1) = Harga jual durian pada lembaga pemasaran sebelum i Bpi = Biaya pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran ke-i 2. Analisis Efisiensi Operasional Efisiensi operasional dapat diketahui dengan load factor efficiency, yaitu suatu tingkat penggunaan secara penuh fasilitas-fasilitas yang tersedia oleh perusahaan sebagai industri. Load factor eficiency dapat dilihat dari bagaimana cara menggunakan fasilitas yang ada secara optimal. Fasilitas yang diukur adalah transportasi, apabila daya angkut mencapai 100% (full capacity) atau lebih dari 100% (over capacity), maka saluran pemasaran dapat dikatakan efisien. Sebaliknya, apabila daya angkut tidak mencapai 100%, maka dapat dikatakan tidak efisien. Penjelasan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : Cp 100% maka dapat dikatakan efisien Cp < 100% maka dapat dikatakan tidak efisien Cp = Kapasitas 3. Analisis Marjin dan Distribusi Marjin Dengan menggunakan analisis marjin pemasaran, dapat diketahui distribusi share, biaya-biaya yang dibutuhkan dalam memasarkan durian, dan keuntungan yang diperoleh lembaga-lembaga pemasaran terhadap marjin total dari berbagai saluran pemasaran. Marjin pemasaran secara sistematis dirumuskan sebagai berikut:

Nur Baladina, Analisis Efisiensi Durian... 5 M m n i 1 j 1 Cij j dimana: M = marjin pemasaran C ij = biaya pemasaran untuk melakukan fungsi pemasaran ke i oleh lembaga ke j j = keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran ke j m = jumlah jenis biaya pemasaran n = jumlah lembaga pemasaran Distribusi marjin pemasaran adalah bagian keuntungan lembaga pemasaran atas biaya jasa yang telah dialokasikan untuk melakukan fungsi pemasaran. Formulasi matematis untuk menghitung distribusi marjin pemasaran adalah: Sbij = [cij/(pr-pf)] x 100% Cij = Hjj - Hbj - cij Skj = [Pij/(Pr-Pf)] x 100% Pij = Hjj Hbj - cij Keterangan: Sbij = bagian biaya untuk melaksanakan fungsi pemasaran ke i oleh lembaga pemasaran ke j Cij = biaya untuk melaksanakan fungsi pemasaran ke i oleh lembaga pemasaran ke k Pr = harga di tingkat pengecer Pf = harga di tingkat petani Hjj = harga jual lembaga pemasaran ke j Hbj = harga beli lembaga pemasaran ke j Skj = bagian keuntungan lembaga pemasaran ke j Agar perhitungan biaya dan marjin pemasaran cukup beralasan sesuai dengan nilai tambah dari komoditi tersebut, maka digunakan rumus produ referensi, yaitu : Reference to petani berat produk setelah susut berat awal produk 4. Share harga yang Diterima Petani Jika dilihat dari sudut usahataninya, maka share harga di tingkat petani adalah biaya yang dikeluarkan dalam produksi durian ditambah dengan keuntungan yang diterima dari usahataninya. Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh petani dapat diartikan sebagai pendapatan petani bagi keluarganya, yang apabila petani memilih saluran pemasaran durian yang berbeda, maka besarnya share harga yang diterima petani akan berbeda pula. dimana; SPf = Pf x 100% Pr SPf = share harga di tingkat petani

6 HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 Pf = harga di tingkat petani Pr = harga di tingkat konsumen akhir HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Saluran Durian di Desa Wonoagung, Kecamatan Kasembon Dari hasil penelitian pada lembaga pemasaran, diketahui terdapat delapan saluran pemasaran durian. Setiap lembaga pemasaran menyalurkan durian yang sudah dibeli ke berbagai tempat yang berbeda. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat, maka saluran pemasaran akan semakin panjang. Dalam memasarkan durian, ada petani dan lembaga pemasaran yang memasarkan durian di luar Desa Wonoagung, seperti di Malang, Jombang, dan Kediri. Berikut adalah saluran-saluran pemasaran durian di Desa Wonoagung, Kecamatan Kasembon. a) Saluran I : Petani Konsumen b) Saluran II : Petani Pengecer lokal Konsumen c) Saluran III : Petani Penebas lokal Konsumen d) Saluran IV : Petani Tengkulak Pengecer lokal Konsumen e) Saluran V : Petani Penebas lokal Pengecer lokal Konsumen f) Saluran VI : Petani Penebas lokal Tengkulak Pengecer lokal Konsumen g) Saluran VII : Petani Penebas luar kota Konsumen h) Saluran VIII : Petani Penebas lokal Pengecer luar kota Konsumen Analisis Marjin dan Distribusi Marjin Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat delapan saluran pemasaran durian dari Desa Wonoagung. Setiap saluran pemasaran tersebut memiliki marjin pemasaran dan distribusi marjin yang berbeda-beda, seperti berikut : Tabel 1. Perbandingan Marjin dan Distribusi Marjin dari Delapan Saluran Saluran Total Marjin (Rp/kg) Penebas Lokal Tengkulak Distribusi Marjin (%) Pengecer Lokal Penebas Luar Kota Pengecer Luar Kota I - - - - - - II 2.261,50-2.261,50 - - III 4.257,50 4.257,50 - - - - IV 14.163,79-2.596,54 11.567,25 - - V 12.975,63 4.205,00-8.770,63 - - VI 17.975,00 3.957,50 11.434,50 2.583,00 - - VII 7.100,00 - - - 7.100,00 - VIII 18.039,50 7.175,00 - - - 10.864,50 76.772,92 19.595,00 14.031,04 25.182,38 7.100,00 10.864,50 Sumber: Data Primer Diolah, 2010

Nur Baladina, Analisis Efisiensi Durian... 7 Dari tabel distribusi marjin di atas, pada saluran pemasaran I diketahui bahwa petani langsung memasarkan durian kepada konsumen, sehingga tidak terdapat nilai marjin pemasaran karena tidak ada lembaga pemasaran yang terlibat. Karena petani membudidayakan durian tersebut sendiri, maka petani tidak membutuhkan biaya untuk membeli durian, dan biaya yang diperlukan hanya biaya perawatan dan sortasi. Adapun dari saluran pemasaran II sampai VIII, diketahui bahwa marjin pemasaran yang paling besar terletak pada saluran pemasaran VIII (Petani Penebas Lokal - Pengecer Luar Kota Konsumen), yaitu sebesar Rp 18.039,-/buah. Sedangkan marjin pemasaran yang terkecil terdapat pada saluran pemasaran II (Petani-Penebas Lokal-Konsumen), yaitu sebesar Rp 2.261,50/buah. Hal tersebut terjadi karena keuntungan yang diambil dari masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran durian pada saluran pemasaran VIII relatif besar, sehingga mengakibatkan harga jual durian menjadi lebih tinggi. Harga jual durian yang tinggi tersebut mengakibatkan marjin pemasaran menjadi besar. Sedangkan pada saluran pemasaran II, lembaga pemasaran yang terlibat hanya penebas lokal dan keuntungan yang diambil juga tidak terlalu tinggi, sehingga harga jual yang ditetapkan relatif lebih murah dan marjin yang ada pada lembaga pemasaran ini rendah. Analisis Share Harga yang Diterima Petani Durian Apabila suatu saluran memiliki nilai marjin pemasaran yang semakin besar, maka share harga yang diterima petani dari harga yang dibayarkan konsumen akan menjadi semakin kecil, dengan syarat kualitas produk yang dijual identik. Tabel 2. Perbandingan Share Harga yang Diterima Petani Durian dari Delapan Saluran Saluran Share Harga (%) Persentase (%) I 100,00 22,03 II 86,03 18,95 III 64,32 14,17 IV 44,78 9,87 V 37,17 8,19 VI 29,92 6, 59 VII 61,83 13,62 VIII 29,85 6,58 Jumlah 453,9 100,00 Sumber: Data Primer Diolah, 2010 Diketahui bahwa dari saluran pemasaran durian I sampai VIII, share harga terendah yang diterima petani terdapat pada saluran pemasaran VIII sebesar 29,85 %, sedangkan share harga tertinggi yang diterima petani terdapat pada saluran pemasaran I sebesar 100 % dan saluran pemasaran II sebesar 86,03 %. Hal ini disebabkan karena pada saluran pemasaran I, petani langsung memasarkan durian kepada konsumen, sehingga tidak terdapat nilai marjin pemasaran karena tidak ada lembaga pemasaran yang terlibat dan share harga yang diterima petani besar. Walaupun saluran pemasaran I paling menguntungkan bagi petani, namun mempunyai kelemahan karena kapasitas produksi yang mampu dibeli oleh konsumen terbatas.

8 HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 Analisis Efisiensi Harga Perhitungan efisiensi harga dan efisiensi operasional dalam penelitian ini dihitung dari saluran pemasaran II. Hal tersebut terjadi karena dalam saluran pemasaran I tidak terjadi fungsi transportasi karena konsumen membeli durian langsung ke rumah petani. Analisis efisiensi harga menurut fungsi transportasi pada lembaga pemasaran durian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3. Analisis Efisiensi Harga Menurut Fungsi Transportasi Lembaga Durian Saluran Lembaga Selisih Harga (Rp) Rata-rata Biaya Transportasi (Rp) II Pengecer 2.26 1,50 57,47 III Penebas Lokal 4.257,50 59,08 IV Tengkulak 2.596,54 61,22 Pengecer local 11.567,25 25,00 V Penebas Lokal 4.205,00 165,79 Pengecer lokal 8.770,63 4 1,40 VI Penebas Lokal 3.957,50 165,79 Tengkulak 11.434,50 400,00 Pengecer lokal 2.583,00 25,00 VII Penebas Luar Kota 7.100,00 72,00 VIII Penebas Lokal 7.175,00 2 10,94 Pengecer luar kota 10.864,50 102,99 Sumber : Data Primer Diolah, 2010 Dari tabel 3 di atas, diketahui bahwa seluruh saluran pemasaran durian di Desa Wonoagung, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang sudah efisien. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai selisih harga yang lebih besar daripada rata-rata biaya transportasi. Tabel 4. Analisis Efisiensi Harga Menurut Fungsi Sortasi Pada Lembaga Durian Saluran Lembaga Selisih Harga (Rp) Rata-rata Biaya Sortasi (Rp) II Pengecer 2.261,50 III Penebas Lokal 4.257,50 119,65 IV Tengkulak 2.596,54 45,92 Pengecer lokal 11.567,25 V Penebas Lokal 4.205,00 105,26 Pengecer Lokal 8.770,63 VI Penebas Lokal 3.957,50 105,26 Tengkulak 11.434,50 Pengecer Lokal 2.583,00 VII Penebas Luar Kota 7.100,00 72,00 VIII Penebas Lokal 7.175,00 3 12,50 Sumber : Data Primer Diolah, 2010 Pengecer Luar Kota 10.864,50 110,45

Nur Baladina, Analisis Efisiensi Durian... 9 Dari tabel 4 tersebut, dapat disimpulkan bahwa seluruh saluran pemasaran durian sudah efisien. Efisiensi dari saluran pemasaran tersebut dapat dilihat bahwa semua nilai selisih harga dari seluruh saluran pemasaran lebih besar daripada nilai rata-rata biaya sortasi. Analisis Efisiensi Operasional Dari analisis efisiensi operasional menurut fungsi transportasi pada lembaga pemasaran durian, diketahui bahwa pada penebas lokal saluran pemasaran III, pengecer lokal saluran pemasaran IV, dan tengkulak saluran pemasaran VI belum efisien. Hal tersebut disebabkan lembaga pemasaran yang terkait tidak membawa buah durian sesuai dengan kapasitas yang dapat diangkut oleh sepeda motor untuk mengantisipasi kerusakan sepeda motor yang dimiliki, sedangkan pada lembaga pemasaran lainnya sudah efisien. Tabel 5. Analisis Efisiensi Operasional Menurut Fungsi Transportasi Pada Lembaga Durian Kapasitas Normal (Buah) Rata-rata Angkut Normal (Buah) Saluran Lembaga Alat Transportasi Persentase (%) II Pengecer Lokal Sepeda Motor 100 105 105,00 III Penebas Lokal Sepeda Motor 80 70 87,50 IV Tengkulak Sepeda Motor 80 82 10250 Pengecer Lokal Sepeda Motor 100 90 90,00 V Penebas Lokal Sepeda Motor 80 80 100,00 Pengecer Lokal Sepeda Motor 100 100 100,00 VI Penebas Lokal Sepeda Motor 80 80 100,00 Tengkulak Sepeda Motor 80 75 93,7 5 Pengecer Lokal Sepeda Motor 80 80 100,00 VII Penebas Luar Kota Pick up 600 600 100,00 VIII Penebas Lokal Sepeda Motor 80 80 100,00 Pengecer luar kota Pick up 600 600 100,00 Sumber : Data Primer Diolah, 2010 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari hasil penelitian pada lembaga pemasaran, diketahui terdapat delapan saluran pemasaran durian di Desa Wonoagung, Kecamatan Kasembon, yaitu : a. Saluran I : Petani Konsumen b. Saluran II : Petani Pengecer lokal Konsumen c. Saluran III : Petani Penebas lokal Konsumen d. Saluran IV : Petani Tengkulak Pengecer lokal Konsumen e. Saluran V : Petani Penebas lokal Pengecer lokal Konsumen f. Saluran VI : Petani Penebas lokal Tengkulak Pengecer lokal Konsumen

10 HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 g. Saluran VII : Petani Penebas luar kota Konsumen h. Saluran VIII : Petani Penebas lokal Pengecer luar kota Konsumen 2. Pada saluran pemasaran I tidak terdapat marjin karena pada saluran pemasaran ini, petani langsung memasarkan durian kepada konsumen, sehingga tidak ada lembaga pemasaran yang terlibat. Sedangkan total marjin pemasaran pada saluran pemasaran II sebesar Rp 2.261,50/buah; pada saluran pemasaran III sebesar Rp 4.257,50/buah; pada saluran pemasaran IV sebesar Rp 14.163,79/buah; pada saluran pemasaran V sebesar Rp 12.975,63,-/buah; pada saluran pemasaran VI sebesar Rp 17.975,-/buah; pada saluran pemasaran VII sebesar Rp 7.100,-/buah; sedangkan pada saluran pemasaran VIII sebesar Rp 18.039,50/buah. Dengan demikian, dapat dibuktikan bahwa semakin panjang saluran pemasaran, maka marjin pemasaran akan semakin besar. Share harga yang diperoleh petani pada saluran pemasaran II, III, IV, V, VI, VII, dan VIII adalah sebagai berikut: 86,03%; 64,32%; 44,78%; 37,17%; 29,92%; 61,83%; dan 29,85%. Nilai share harga tertinggi untuk petani terdapat pada saluran pemasaran I. Hal tersebut terjadi karena pada saluran pemasaran I, petani langsung memasarkan durian kepada konsumen, sehingga tidak ada lembaga pemasaran yang terlibat dan share harga yang diterima tinggi. Namun saluran pemasaran I mempunyai kelemahan karena kapasitas produksi yang mampu dibeli oleh konsumen terbatas. 3. Seluruh saluran pemasaran durian sudah efisien jika dilihat dari analisis efisiensi harga karena seluruh nilai selisih harga lebih besar daripada nilai rata-rata biaya transportasi dan sortasi. Namun jika dilihat dari analisis efisiensi operasional, diketahui bahwa penebas lokal pada saluran pemasaran III, pengecer lokal pada saluran pemasaran IV, dan tengkulak pada saluran pemasaran VI belum efisien. Hal tersebut disebabkan lembaga pemasaran yang terkait tidak membawa buah durian sesuai dengan kapasitas yang dapat diangkut oleh sepeda motor karena untuk mengantisipasi kerusakan sepeda motor yang dimiliki, sedangkan pada pemasaran lainnya sudah efisien. Saran 1. Petani sebaiknya mengolah durian yang memiliki kualitas rendah untuk diproduksi menjadi produk olahan siap konsumsi ( misal: lempok, selai, dll) dengan mempertimbangkan perolehan tingkat keuntungan yang lebih tinggi apabila memproduksi produk olahan durian siap konsumsi. 2. Perlu dibentuk suatu kelembagaan atau sebuah kelompok yang didalamnya terdapat para petani durian. Dengan dibentuknya suatu kelembagaan ini, maka diharapkan para petani durian akan mudah dalam memperoleh informasi pasar serta dapat memperkuat posisi tawar para petani dalam menghadapi persaingan. 3. Pemerintah, termasuk juga Lembaga Pengabdian Masyarakat seperti Fakultas Pertanian UB diharapkan dapat terus meningkatkan program-program pendampingan dan penyuluhan bagi petani durian. Melalui kegiatan ini, diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani durian.

Nur Baladina, Analisis Efisiensi Durian... 11 DAFTAR PUSTAKA Anindita, Ratya. 2004. Hasil Pertanian. Papyrus. Surabaya. pp : 3, 18-21, 105 106-107,108,110, 114 117.. 2006. Ekonomi Pertanian. Universitas Terbuka. Jakarta.pp : 5.8 5.9. 5.15-5.16 Anonymous. 2009. Durian. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/durian. Verified on June 03, 2010, 1:00 AM. Anonymous. 2008. Durian Langka Dari Ngantang-Kasembon Jadi Riset Dunia.Available at http ://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi- harian/jatimkti/1id75824.html. Verified on Tuesday, November 03, 2009, 10:08:21 PM. Baladina, Nur. 2009. Modul Praktikum Tata Niaga Pertanian : Marjin dan Elastisitas Transmisi. Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.Malang. Downey, David. and Steven P Ericson.1992. Manajemen Agribisnis. Erlangga. Jakarta. pp : 278, 279, 280-285. Irawan, Bambang. 2007. Fluktuasi Harga, Transmisi Harga dan Marjin Sayuran dan Buah. Available at http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/art5-4c.pdf. Verified on December 12, 2009,12:14:46 AM. Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. pp : 166, 169-170. Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Manajemen Hasil-hasil Pertanian Teori dan Aplikasinya.Rajawali Pers. Jakarta. pp : 2. 1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Rajawali Pers. Jakarta. pp : 120-121