PENDAHULUAN. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 November Pembangunan Taman Hutan. Raya Bukit Barisan ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP SUMBER DAYA HUTAN

I. PENDAHULUAN. Taman Hutan Raya (Tahura) Tongkoh terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi semakin pesat,

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP SUMBER DAYA HUTAN (Studi Kasus Tahura Bukit Barisan, Kawasan Hutan Sibayak II, Kabupaten Karo) SKRIPSI

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

I. PENDAHULUAN. Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA adalah kawasan dengan ciri khas

TINJAUAN PUSTAKA. demikian fungsi hutan tidak lepas sebagai penyelenggara keseimbangan oksigen

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SMP NEGERI 3 MENGGALA

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kehutanan;

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. suatu sistem, dimana bagian-bagian tugas negara diserahkan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman


PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Inventarisasi Hutan

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

4 Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN HUTAN RAYA R.

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Konservasi di Taman Hutan Raya Bukit Barisan

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 7/Menhut-II/2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.1

AA. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki separuh keanekaragaman flora dan fauna dunia dan diduga sebagai

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III

BAB 2 Perencanaan Kinerja

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

I. PENDAHULUAN. melimpah, baik kekayaan mineral maupun kekayaan alam yang berupa flora

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Dari sebelas Taman Hutan Raya yang ada di Indonesia, salah satu terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam juga semakin besar, salah satunya kekayaan alam yang ada

GUBERNUR SULAWESI UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Tahun 2016 Bab I 1

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 16/Menhut-II/2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan merupakan Tahura ketiga di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 November 1988. Pembangunan Taman Hutan Raya Bukit Barisan ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan fungsi dan peranan hutan. Taman Hutan Raya Bukit Barisan adalah unit pengelolaan yang berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi dengan luas seluruhnya 51.600 Ha (Pusat Inventarisasi dan Statistik Kehutanan, 2002). Tahura Bukit Barisan sebagian besarnya merupakan hutan lindung berupa hutan alam pegunungan yang ditetapkan sejak jaman Belanda, meliputi Hutan Lindung Sibayak I dan Simancik I, Hutan Lindung Sibayak II dan Simancik II serta Hutan Lindung Sinabung. Bagian lain kawasan Tahura ini terdiri dari Cagar Alam (CA)/Taman Wisata (TW) Sibolangit, Suaka Margasatwa (SM) Langkat Selatan, TW Lau Debuk-debuk dan Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit (Balai Konservasi Sumberdaya Alam I, 1999). Pada beberapa kawasan hutan lindung, interaksi antar masyarakat lokal dengan sumber daya alam masih sangat kuat. Bahkan di beberapa lokasi, pola interaksi yang terjalin memberikan kecenderungan positif terhadap kelestarian hutan (MacKinnon, et al, 1990). Manusia selalu berusaha mengubah lingkungan untuk memperoleh keperluannya. Kadang-kadang dalam kegiatan demikian manusia seolah-olah mengganggu, dan bahkan dapat merusak komponen-komponen biotic. Manusia

adalah heterotrop dan phagotrop yang tumbuh dengan subur dekat penghujung rantai-rantai makanan yang kompleks. Ketergantungannya dari lingkungan alam tetap akan terjadi, tidak peduli bagaimana pun rumitnya teknologi yang dimilikinya (Irwan,1992). Upaya untuk berpartisipasi senantiasa diinginkan oleh masyarakat, namun demikian hingga saat ini peran partisipasi belum sepenuhnya optimal masih pada tahapan menginformasikan dari tahapan tangga partisipasi yang diharapkan (Komite PPA-MFP, 2006). Seperti halnya Tahura Bukit Barisan merupakan kawasan hutan lindung dan hutan konservasi yang seharusnya perlu dijaga dan dipertahankan secara lestari namun dalam kenyataannya menghadapi persoalan sosial ekonomi yang harus dipenuhi dan cenderung meningkat menyebabkan terjadinya pemanfaatan yang berlebihan tanpa memperhatikan fungsi dan kelestariannya lagi. Hal inilah yang mendasari Penulis untuk melakukan penelitian mengenai persepsi dan partisipasi (perilaku) masyarakat terhadap Tahura Bukit Barisan untuk mengetahui tingkat persepi masyarakat terhadap Tahura Bukit Barisan dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Tahura Bukit Barisan sehingga dapat memberikan masukan baik kepada pihak UPT Pengelola Balai Tahura Bukit Barisan maupun kepada masyarakat sekitar Tahura Bukit Barisan dalam pengelolaan sumber daya hutan. Perumusan Masalah Tahura Bukit Barisan memiliki beranekaragam potensi yang cukup baik untuk dikembangkan. Namun pengelolaan Tahura Bukit Barisan belum dapat

mencapai hasil yang maksimal jika tingkat persepsi dan partisipasi masyarakat belum diketahui. Padahal tingkat persepsi dan partisipasi masyarakat yang ada sekarang dapat menjadi pedoman bagi UPT Pengelola Tahura Bukit Barisan untuk memberdayakan masyarakat agar lebih berperan aktif dalam mengelola dan memanfaatkan potensi hutan. Masyarakat sekitar hutan memiliki keterkaitan yang erat dengan hutan dan lingkungan serta adanya ketergantungan antara masyarakat dan sumber daya hutan. Apabila pengelolaan sumber daya hutan tidak seimbang dengan pemanfaatannya maka akan terjadi kerusakan pada ekosistem hutan sehingga pemberdayaan masyarakat menjadi hal yang penting dan sangat menentukan dalam upaya menjaga kelestarian hutan. Sehingga perlu diketahui tingkat persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap kawasan Tahura Bukit Barisan. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap Tahura Bukit Barisan, Kawasan Hutan Sibayak II, Kabupaten Karo 2. Mengetahui partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Tahura Bukit Barisan, Kawasan Hutan Sibayak II, Kabupaten Karo Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai salah satu upaya mendorong peningkatan pengetahuan dan kesadaran berbagai pihak akan pentingnya keberadaan sumber daya hutan

2. Memberikan masukan bagi instansi seperti Dinas Kehutanan dan Balai Tahura Bukit Barisan Kabupaten Karo serta masyarakat lokal sekitar Tahura Bukit Barisan agar dapat mengelola sumber daya hutan dengan memperhatikan prinsip kelestarian hutan. Batasan Penelitian Persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah 1. Peraturan dalam pengelolaan Tahura Bukit Barisan tentang perlu tidaknya dijaga dan dilestarikan keberadaan hutan 2. Kondisi Tahura Bukit Barisan tentang ada tidaknya terjadi konversi hutan, perambahan hutan, penebangan liar 3. Kelembagaan pengelolaan Tahura Bukit Barisan tentang struktur atau hierarki organisasi UPT Pengelola Tahura Bukit Barisan dan hubungan kerjasama antara pihak UPT Pengelola Tahura Bukit Barisan dengan pihak lain dalam mengelola hutan 4. Hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan Tahura Bukit Barisan tentang ada tidaknya hak dan kewajiban masyarakat dalam mengelola hutan 5. Fungsi dan manfaat Tahura Bukit Barisan tentang ada tidaknya fungsi dan manfaat hutan bagi masyarakat 6. Keterlibatan masyarakat terhadap pengelolaan Tahura Bukit Barisan tentang bersedia tidaknya masyarakat dilibatkan atau terlibat dalam mengelola hutan 7. Keamanan kawasan Tahura Bukit Barisan tentang ada tidaknya pelanggaranpelanggaran yang terjadi di dalam dan sekitar kawasan hutan seperti illegal logging, pemburuan satwa liar, dan lain-lain

8. Sikap/attitude masyarakat terhadap Tahura Bukit Barisan tentang bagaimana respon masyarakat dalam menanggapi setiap kegiatan pengelolaan hutan Partisipasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah 1. Partisipasi masyarakat Desa Dolat Rayat yang berada di Kecamatan Dolat Merdeka dalam perencanaan kegiatan yaitu hadir dalam pertemuan untuk merencanakan kegiatan pengelolaan Tahura Bukit Barisan dan memberi usulan atau ide untuk kelancaran di lapangan 2. Partisipasi masyarakat Desa Dolat Rayat yang berada di Kecamatan Dolat Merdeka dalam pelaksanaan kegiatan yaitu mengikuti pelatihan dari pihak UPT Pengelola Tahura Bukit Barisan, penanaman bibit di lapangan serta penangkaran satwa 3. Partisipasi masyarakat Desa Dolat Rayat yang berada di Kecamatan Dolat Merdeka dalam evaluasi kegiatan berupa pelaporan hasil survei tanaman di lapangan setelah penanaman