BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi membuat persaingan dunia bisnis semakin kompetitif. Salah satu tujuan dasar perusahaan agar tetap bertahan dalam persaingan adalah dengan meningkatkan nilai perusahaan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan para pemilik perusahaan. Nilai perusahaan dapat dilihat dari harga saham dan jumlah saham yang beredar pada akhir periode. Semakin tinggi harga saham maka akan memperbesar nilai perusahaan (Annas, 2007). Perusahaan yang mampu bertahan dan terus berkembang akan mempunyai nilai yang tinggi di mata investor. Sebaliknya, perusahaan yang mengalami kerugian dan tidak mampu bertahan dalam persaingan akan menyebabkan investasi menurun. Hal itu ditandai dengan penurunan harga saham dan jumlah lembar saham yang beredar. Menurut Andri dan Hanung (2007) nilai perusahaan adalah nilai jual perusahaan atau nilai tumbuh bagi pemegang saham, nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Nilai perusahaan menurut Rika dan Islahudin (2008: 7) didefinisikan sebagai nilai pasar. Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya, semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. karena penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui pergerakan harga saham perusahaan yang 1
2 ditransaksikan di bursa untuk perusahaan yang sudah go public. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para profesional. Para profesional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris. Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham (pemilik perusahaan) yang sering disebut agency problem. Tidak jarang pihak manajemen yaitu manajer perusahaan mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan sering mengabaikan kepentingan pemegang saham. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut agency conflict, hal tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari manajer, karena apa yang dilakukan bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan berpengaruh terhadap harga saham sehingga menurunkan nilai perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Wien Ika Permanasari, 2010: 1). Forum for Corporate Governance (FCGI) dalam publikasi yang pertamanya mempergunakan definisi Cadbury Committee, yaitu: "seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan." Silveira dan Barros (2006) dalam Vinola Herawati (2008: 9) meneliti pengaruh kualitas CG terhadap nilai pasar atas 154 perusahaan
3 Brazil yang terdaftar di bursa efek pada tahun 2002. Mereka membuat suatu governance index sebagai ukuran atas kualitas CG. Sedangkan ukuran untuk market value perusahaan adalah dengan menggunakan dua variabel yaitu Tobin s Q dan PBV. Temuan yang diperoleh menunjukkan adanya pengaruh kualitas CG yang positif dan signifikan terhadap nilai pasar perusahaan Menurut BPKP (2001), latar belakang kebutuhan atas GCG, dari latar belakang praktis, dilihat dari pengalaman Amerika Serikat yang harus melakukan restrukturisasi corporate governance akibat market crash pada tahun 1929. Dari latar belakang akademis, kebutuhan GCG timbul berkaitan dengan principalagency theory. Implementasi dari GCG diharapkan bermanfaat untuk menambah dan memaksimalkan nilai perusahaan. GCG diharapkan mampu mengusahakan keseimbangan antara berbagai kepentingan yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan secara menyeluruh. Tumirin (2007), menyatakan adanya penerapan GCG akan mempengaruhi tercapainya nilai perusahaan. Perusahaan tentunya harus memastikan kepada para penanam modal bahwa dana yang mereka tanamkan untuk kegiatan pembiayaan, investasi, dan pertumbuhan perusahaan digunakan secara tepat dan seefisien mungkin serta memastikan bahwa manajemen bertindak terbaik untuk kepentingan perusahaan. Carningsih (2009), indikator mekanisme GCG yang digunakan adalah dewan komisaris independen, komite audit dan ukuran dewan direksi.
4 Kerusakan alam mendorong munculnya Undang undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 mengenai tanggung jawab sosial lingkungan. Undang undang tersebut dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan cara mewajibkan perusahaan go public yang sudah terdaftar di BEI agar mengungkapkan aktivitas sosialnya dalam laporan tahunan (Annual Report) ataupun dibuat terpisah dalam Sustainability Report. CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan dalam memperbaiki kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas. Bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungannya, membuat image perusahaan menjadi meningkat. Investor lebih berminat pada perusahaan yang memiliki citra yang baik di masyarakat karena semakin baiknya citra perusahaan, loyalitas konsumen semakin tinggi sehingga dalam waktu lama penjualan perusahaan akan membaik dan profitabilitas perusahaan juga meningkat. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat. Penelitian mengenai hubungan corporate social responsibility (CSR) dan good corporate governance (GCG) telah banyak dilakukan, namun menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Dalam penelitian Lutfilah Amanti (2012) hasil penelitian antara lain menunjukkan bahwa 1) GCG berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, 2) pengungkapan CSR berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Dalam penelitian Titi Suhartati, Sabar Warsini, Nedsal Sixpria (2011) hasil penelitian antara lain : 1) Pengungkapan CSR tidak signifikan berpengaruh
5 terhadap nilai perusahaan sehingga meskipun memiliki arah positif tetapi variabel Independen ini tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. 2) Ukuran perusahaan (total aset) tidak signifikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan meskipun memiliki koefisien positif tetapi variabel independen ini tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. 3) Jumlah dewan komisaris signifikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan tetapi mempunyai arah negatif sehingga semakin banyak jumlah dewan komisaris maka akan menurunkan nilai perusahaan. 4) Jumlah dewan komisaris Independen signifikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan mempunyai arah positif sehingga semakin banyak jumlah dewan komisaris independen maka semakin meningkatkan nilai perusahaan. 5) Jumlah komite dewan komisaris (komite audit) tidak signifikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan meskipun mempunyai arah positif tetapi variabel Independen ini tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Beberapa peneliti menemukan tidak ada pengaruh antara corporate governance terhadap nilai perusahaan, seperti pada penelitian Chee Haat, et al (2008) yang meneliti corporate governance, transparency and performance of Malaysian Companies, menyimpulkan independensi dewan komisaris, crossdirectorship dewan, kepemilikan manajerial tidak signifikan dan berhubungan negatif terhadap tobin s Q. Sedangkan pada beberapa penelitian lain menemukan hubungan positif antara mekanisme corporate governance dan nilai perusahaan, seperti pada penelitian Lastanti (2004), yang meneliti pengaruh struktur corporate governance terhadap kinerja perusahaan dan reaksi pasar, menemukan
6 independensi dewan komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian Ni Wayan Rustiarini (2010), hasil pengujian menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan yang memberikan arti bahwa para investor di Indonesia telah mempertimbangkan laporan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil ini memperkuat hasil penelitian Harjoto dan Jo (2007), namun berbeda dengan hasil penelitian Dahlia dan Siregar (2008) serta Nurlela dan Islahudin (2008). Perbedaan hasil penelitian tersebut dan munculnya undang undang nomor 40 Tahun 2007 yang dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan nilai perusahaan, penulis menjadi termotivasi untuk mengkaji ulang penelitian mengenai GCG dan CSR dan nilai perusahaan dengan menambah periode penelitian, dan akan berfokus pada salah satu jenis perusahaan karena penulis beranggapan adanya kemungkinan perbedaan hasil antara jenis perusahaan satu dengan perusahaan yang lain, sehingga tidak dapat di generalisasikan. Di dalam penelitian ini dipilih perusahaan pertambangan dengan periode penelitian 2010-2013. Perusahaan pertambangan dianggap memiliki kontribusi cukup besar dalam masalah-masalah polusi, limbah, keamanan produk, dan tenaga kerja dibandingkan perusahaan lainnya. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis mengambil judul Pengaruh Good Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Study Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di BEI Periode 2010 2013).
7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini: 1. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan? 2. Apakah komite audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan? 3. Apakah ukuran dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan? 4. Apakah Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1) Tujuan Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan: 1. Untuk menganalisa pengaruh dewan komisaris independen terhadap nilai perusahaan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2010-2013, 2. Untuk menganalisa pengaruh komite audit terhadap nilai perusahaan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2010-2013, 3. Untuk menganalisa pengaruh ukuran dewan direksi terhadap nilai perusahaan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2010-2013, 4. Untuk menganalisa pengaruh pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan dengan variabel kontrol ukuran perusahaan, profitabilitas dan
8 leverage pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2010-2013, 2) Kontribusi Penelitian Kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai pengaruh Good Corporate Governance (dewan komisaris independen, komite audit, ukuran dewan direksi) dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap nilai perusahaan, serta sebagai referensi bagi penelitian-penelitian yang serupa di masa yang akan datang. 2) Manfaat Praktis a. Bagi Perusahaan Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk membuat kebijaksanaan di dalam menerapkan CSR dan kemudian mengungkapkannya dalam laporan keuangan tahunan, sebagai upaya meningkatkan nilai perusahaan. b. Bagi investor dan calon investor perusahaan yang terdaftar di BEI agar lebih seksama dan juga memperhatikan aspek GCG dan pengungkapan CSR perusahaan sebagai pertimbangan dalam melakukan investasi.