OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN EFESIENSI CFB BOILER TERHADAP KEHILANGAN PANAS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya demikian juga perkembangannya, bukan hanya untuk kebutuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir dan kriteria penelitiannya adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER PADA INDUSTRI INDUSTRI TEPUNG TERIGU

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARAKTERISTIK CAMPURAN CANGKANG DAN SERABUT BUAH KELAPA SAWIT TERHADAP NILAI KALOR DI PROPINSI BANGKA BELITUNG

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

Analisa Teknis Evaluasi Kinerja Boiler Type IHI FW SR Single Drum Akibat Kehilangan Panas di PLTU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9)

ANALISIS SIKLUS KOMBINASI TERHADAP PENINGKATAN EFFISIENSI PEMBANGKIT TENAGA

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH FLY ASH PABRIK GULA DENGAN PEREKAT LUMPUR LAPINDO

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

Proses Pembakaran Dalam Pembakar Siklon Dan Prospek Pengembangannya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Cara Kerja Pompa Sentrifugal Komponen Komponen Pompa Sentrifugal Klasifikasi Pompa Sentrifugal Boiler...

KETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

ANALISA EFISIENSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON/JAM TEKANAN KERJA 20 BAR DI PABRIK KELAPA SAWIT

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Pemenuhan Kebutuhan Uap PMS Parindu PTP Nusantara XIII (PERSERO)

Analisis Tekno-Ekonomi Operasi Co-combustion Boiler Biomassa Kapasitas 10 kg/jam

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat

BAB.I 1. PENDAHULUAN. Limbah pada umumnya adalah merupakan sisa olahan suatu pabrik atau industri.

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun yang menjadi tempat pada penelitian adalah Laboratorium Teknik

Konservasi Energi di Kilang Gas Alam Cair/LNG Melalui Peningkatan Efisiensi Pembakaran pada Boiler

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai densitas pada briket arang Ampas Tebu. Nilai Densitas Pada Masing-masing Variasi Tekanan Pembriketan

ANALISA KETEL UAP PIPA AIR BERBAHAN BAKAR CANGKANG DAN FIBER PADA PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS 30 TON TBS/JAM

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH KANDUNGAN KARBON TETAP PADA BATUBARA TERHADAP EFISIENSI KETEL UAP PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2

Gambar.1.1. Kondisi Bauran Energi Indonesia Tahun 2011

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

Studi Kualitas Briket dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Limbah Nasi

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3 PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI

KAJIAN PERFORMANSI MESIN DIESEL STASIONER SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR CAMPURAN BIODIESEL SESAMUM INDICUM

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena serta hubungan-hubunganya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah di Indonesia. menyebabkan konsumsi bahan bakar yang tidak terbarukan seperti

ANALISA KEHILANGAN ENERGI PADA FIRE TUBE BOILER KAPASITAS 10 TON

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-615

SKRIPSI MOTOR BAKAR. Disusun Oleh: HERMANTO J. SIANTURI NIM:

PERFORMANSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 18 TON/JAM DI PKS MERBAUJAYA INDAHRAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan iklim global akibat efek rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan serius yang saat ini sedang

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA KARAKTERISTIK SERABUT SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PADA BOILER

UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30%

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membangun suatu jalan, tanah dasar merupakan bagian yang sangat

Efisiensi PLTU batubara

Transkripsi:

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR Grata Patisarana 1, Mulfi Hazwi 2 1,2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Medan 20155 e-mail : patisaranagrata@ymail.com Abstrak Penggunaan metode langsung (direct method) dalam mengevaluasi efisiensi termis boiler memiliki kelemahan karena tidak memberikan petunjuk tentang penyebab dan berbagai kehilangan yang berpengaruh didalam sistem. Untuk menjawab masalah tersebut maka peneliti menggunakan metode tidak langsung (indirect method). Metode ini memiliki keuntungan yaitu dapat mengetahui neraca bahan dan energi yang lengkap untuk setiap aliran, yang dapat memudahkan dalam mengidentifikasi opsi-opsi untuk meningkatkan efisiensi termis boiler. Dalam aplikasinya, metode ini harus melewati serangkaian uji eksperimen terhadap sampel yang digunakan yaitu serabut dan cangkang sawit yang hasilnya tersebut pada akhirnya digunakan untuk selanjutnya dianalisis. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pemakaian bahan bakar 75% untuk serabut (fiber) dan 25% untuk cangkang (shell) dibandingkan dengan metode langsung (indirect method) diperoleh selisih yang cukup signifikan melebihi 5% yang ditetapkan oleh peneliti. Selain itu diperoleh efisiensi termis tertinggi pada komposisi bahan bakar 25% serabut : 75% cangkang sebesar 89,29% dan efisiensi terendah pada komposisi bahan bakar 0% serabut : 100% cangkang sebesar 61,76%. Kata kunci : Rasio, Serabut, Cangkang, Efisiensi Termis 1. PENDAHULUAN Krisis energi listrik di Indonesia disebabkan karena semakin menipisnya sumber energi konvensional seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara yang tidak diimbangi dengan peningkatan pertumbuhan penduduk. Relevansi krisis energi listrik dengan krisis bahan bakar fosil tersebut terjadi karena banyak pembangkit tenaga listrik di Indonesia menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utamanya. Solusi bagi krisis energi listrik dan bahan baku fosil seperti tersebut di atas adalah adanya sumber energi alternatif. Sumber energi alternatif tersebut harus bisa menjadi bahan bakar substitusi yang ramah lingkungan, efektif, efisien, dan dapat diakses oleh masyarakat luas. Selain itu, sumber energi alternatif tersebut idealnya berasal dari sumber energi yang bisa diperbarui. Sumber energi yang bisa diperbarui relatif tidak berpotensi habis, sebaliknya, selalu tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang lebih dari cukup, antara lain energi air, angin, biomassa, tidal, panas bumi dan energi surya. Salah satu potensi energi yang dapat diperbarui adalah energi biomassa limbah kelapa sawit. Selama ini, kelapa sawit banyak digunakan sebagai penghasil minyak nabati tanpa mencoba menemukan potensi yang dimiliki limbah kelapa sawit. Limbah kelapa sawit yang ditimbulkan oleh pengolahan kelapa sawit memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi. Bila dikelola dengan baik limbah kelapa sawit dapat digunakan sebagai energi alternatif pengganti batu bara yang biasa digunakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan produk samping kelapa sawit sebagai sumber energi terbarukan dan berkelanjutan. Kelapa sawit di Indonesia merupakan salah satu komoditi yang mengalami pertumbuhan sangat pesat. Demikian pula halnya seperti pada PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Kebun Gunung Bayu yang bergerak 22

dibidang agro industri menggunakan sumber energi biomassa limbah kelapa sawit. Sumber energi biomassa yang digunakan adalah berasal dari limbah padat pengolahan. Limbah tersebut yang akan digunakan sebagai bahan bakar ketel uap. Pemanfaatan biomassa serabut dan cangkang sawit secara optimal sangat berguna dalam hal peningkatan efisiensi termis suatu ketel uap (boiler). Efisiensi termis boiler didefinisikan sebagai persen energi (panas) masuk yang digunakan secara efektif pada uap yang dihasilkan. Terdapat dua metode pengkajian efisiensi boiler, yaitu dengan menggunakan metode langsung (direct method) dan metode tidak langsung (indirect method). Dari data sekunder yang diperoleh, ketel uap yang digunakan yaitu Takuma Water Tube Boiler Model N.600 SA, dengan pemakaian bahan bakar 75% untuk serabut (fiber) dan 25% untuk cangkang (shell), efisiensi boiler yang didapat sebesar 73% dihitung menggunakan metode langsung (direct method). Yang menjadikan kelemahan dalam mengevaluasi efisiensi boiler menggunakan metode langsung adalah metode tersebut tidak memberikan petunjuk tentang penyebab dan berbagai kehilangan yang berpengaruh didalam sistem. Hal ini mendorong peneliti untuk meneliti fenomena tersebut menggunakan metode tidak langsung (indirect method). 2. KAJIAN PUSTAKA Dalam bagian ini diuraikan mengenai penelitian sebelumnya yang telah dilakukan baik didalam negeri maupun diluar negeri. Penelitian tersebut berasal dari jurnal penelitian ilmiah yang diterbitkan sesuai dengan kajian ilmu yang dibahas dalam penelitian yang dilakukan peneliti. Beberapa jurnal penelitian yang telah dipublikasikan antara lain ; a. Dalimunthe (2006) dalam jurnalnya mengutarakan bahwa tingkat efisiensi pembakaran gas alam cair pada boiler menggunakan metode tak langsung sebesar 71%. Dibandingkan dengan tingkat efisiensi boiler diatas 80%, maka boiler tersebut kurang efisien. Ketidakefisienan boiler, kemungkinan disebabkan oleh ekses udara yang cukup besar serta kehilangan panas oleh gas buang, untuk itu efisiensi boiler perlu ditingkatkan lagi hingga mencapai tingkat efisiensinya [1] b. J. Barroso et al. (2003) dalam jurnalnya menyimpulkan tingkat efisiensi termal ampas tebu pada boiler yang dihitung menggunakan metode tak langsung dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Gambar 1. Grafik laju aliran massa uap untuk empat rasio stoikiometrik (α ) terhadap efisiensi termis boiler Untuk semua boiler yang dianalisis, nilai optimal dari rasio stoikiometrik ini berkisar antara 1,5 dan 1,55, untuk seluruh kisaran laju aliran massa uap, kontras dengan rasio stoikiometrik yang digunakan sebelum penelitian ini yaitu 1,8. Hasil ini sangat menyederhanakan pengambilan keputusan oleh insinyur dan operator boiler, yang sekarang dapat dengan mudah mengontrol boiler untuk kinerja yang optimal [2] 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Laboratorium Motor Bakar Teknik Mesin USU dan Laboratorium Konversi Energi PTKI (Pendidikan Teknologi Kimia Industri) Medan. Alasan yang menjadi pertimbangan mengapa penelitian dilakukan di dua tempat tersebut 23

dikarenakan adanya kekurangan peralatan laboratorium penunjang kegiatan penelitian guna memperoleh data-data yang diinginkan. 3.2 Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah limbah biomassa kelapa sawit. Sampel yang diambil dari limbah biomassa kelapa sawit yaitu berupa serabut dan cangkang sawit. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, dimana didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu dikarenakan jumlahnya secara kuantitatif cukup besar. 3.3 Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk : a. Variabel bebas, dilakukan dengan menggunakan skala rasio (skala perbandingan). Berikut ini adalah tabel yang berisikan setiap elemen atau anggota dari populasi yang diambil sebagai sampel beserta skala rasio yang akan diuji : Tabel 1: Tabel sampel beserta rasio Sampel Rasio (%) Serabut - 25 40 60 75 100 Cangkang 100 75 60 40 25 - b. Variabel kontrol, dilakukan dengan menggunakan metode tidak langsung (indirect method) atau juga dikenal dengan metode kehilangan panas (heat loss). Standar acuan untuk uji boiler dengan menggunakan metode tidak langsung adalah British Standard, BS 845:1987 dan USA Standard ASME PTC-4-1 Power Test Code Steam Generating Units [3]. Berikut adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menggunakan metode tidak langsung : Tahap I : Menghitung kebutuhan udara teoritis Tahap II : Menghitung persen kelebihan udara yang dipasok (EA) persen O 100 21 persen O Tahap III : Menghitung massa udara sebenarnya yang dipasok/kg bahan bakar (AAS) 1 + EA udara teoritis 100 Tahap IV : Memperkirakan seluruh kehilangan panas 1. Persentase kehilangan panas yang diakibatkan oleh gas buang yang kering = m C T T 100 2. Persentase kehilangan panas karena penguapan air yang terbentuk karena adanya H dalam bahan bakar = 9 H 584 + C T T 3. Persentase kehilangan panas karena penguapan kadar air dalam bahan bakar = M 584 + C (T T ) 4. Persentase kehilangan panas karena kadar air dalam udara = AAS kelembaban udara C T T 100 5. Persentase kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang/fly ash (11,43 C) + 34,5 H O = total abu terkumpul per kg bahan bakar yang terbakar GCV 8 + (4,32 S) 100 kg kg bahan bakar 24

6. Persentase kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah/bottom ash = total abu terkumpul per kg bahan bakar yang terbakar GCV 7. Persentase kehilangan panas karena radiasi dan koveksi serta kehilangan lain yang tidak terhitung Pada umumnya kehilangan akibat radiasi dan konveksi lebih rendah untuk boiler yang lebih besar dan lebih tinggi untuk boiler yang lebih kecil. Nilai kerugian radiasi dan konveksi biasanya ditentukan dari grafik standar American Boiler Manufacturers Association (ABMA) [4] yang ditampilkan pada gambar dibawah ini : Gambar 2. Grafik yang menunjukkan kehilangan radiasi dan konveksi sesuai dengan laju aliran massa uap yang dihasilkan boiler c. Variabel terikat, dalam hal ini adalah efisiensi termis boiler, dapat dihitung dengan mengurangkan bagian kehilangan panas dari 100, dengan demikian dapat dituliskan kedalam persamaan : η th (%) = 100 L i 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil perhitungan yang dilakukan menggunakan metode tidak langsung (indirect method) atau juga dikenal dengan metode kehilangan panas (heat loss) dengan standar acuan untuk uji boiler adalah British Standard, BS 845:1987 dan USA Standard ASME PTC-4-1 Power Test Code Steam Generating Units, maka dapat dilihat perbedaan nilai efisiensi termis yang mampu dicapai dari setiap variasi komposisi bahan bakar yang diuji pada grafik dibawah ini ; Efisiensi (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 61.76 Efisiensi Termis vs Rasio Bahan Bakar 89.29 84 83 84.38 83.96 0 : 100 25 : 75 40 : 60 60 : 40 75 : 25 100 : 0 Serabut : Cangkang (%) Gambar 3. Grafik variasi komposisi bahan bakar serabut dan cangkang sawit terhadap efisiensi termis boiler Tampak bahwa terdapat selisih yang cukup tajam antara rasio 100% cangkang dan rasio 100% serabut terhadap efisiensi termis boiler, yaitu : 61,76% dan 83,96%. Kemungkinan hal ini disebabkan ; a. Pembakaran pada cangkang sawit relatif lambat dikarenakan cangkang sawit mengandung unsur karbon yang tinggi yaitu sekitar 45,74% dibandingkan dengan serabut sawit yaitu sekitar 44,97% b. Pembakaran pada cangkang sawit termasuk pembakaran yang tidak sempurna. Hal ini menyebabkan perpindahan panas berkurang dan panas hilang karena ekses udara tinggi (O tinggi) Pada grafik diatas dapat dilihat adanya peningkatan efisiensi termis boiler apabila dilakukan penambahan rasio cangkang terhadap serabut walau selisihnya sedikit, dan puncaknya didapat dari campuran 25% serabut : 75% cangkang. Rasio : 0 : 100 25 : 75 40 : 60 60 : 40 75 : 25 100 : 0 25

5. KESIMPULAN a. Laju peningkatan efisiensi termis boiler terjadi apabila dilakukan penambahan rasio pada cangkang sawit, dan mengalami penurunan apabila dilakukan penambahan rasio pada serabut sawit walaupun selisihnya tidak terlalu besar b. Komposisi bahan bakar yang memiliki efisiensi termis tertinggi diperoleh dari rasio bahan bakar 25% serabut : 75% cangkang, sedangkan bahan bakar yang memiliki efisiensi termis terendah diperoleh dari rasio bahan bakar 0% serabut : 100% cangkang c. Besarnya selisih efisiensi termis boiler yang dikaji menggunakan metode tidak langsung bila dibandingkan dengan hasil dari data sekunder yang didapat menggunakan metode langsung pada pemakaian bahan bakar 75% untuk serabut (fiber) dan 25% untuk cangkang (shell ) adalah melebihi dari 5%, yaitu : 11,38% DAFTAR PUSTAKA [1] Dalimunthe, Darmansyah. (2006). Konservasi Energi di Kilang Gas Alam Cair/ LNG Melalui Peningkatan Efisiensi Pembakaran pada Boiler. Jurnal Teknologi Proses (ISSN 1412-7814). Hlm. 156-162. [2] Barroso, J. et al. (2003). On the optimization of boiler efficiency using bagasse as fuel. Spain: University of Zaragoza [3] UNEP. (2006). Peralatan Energi Panas: Tungku dan Refraktori. Diambil dari: www.energyefficiencyasia.org [4] www.pdhcenter.com 26