KARAKTERISTIK SEDIMEN PERMUKAAN DASAR SUNGAI DAN LAUT DI DAERAH SUNGAI KUARO DAN TELUK ADANG KALIMANTAN TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI SEBARAN SEDIMEN BERDASARKAN TEKSTUR SEDIMEN DI PERAIRAN SAYUNG, DEMAK

PROSES SEDIMENTASI SUNGAI KALIJAGA, DAN SUNGAI SUKALILA PERAIRAN CIREBON

TEKSTUR SEDIMEN PERMUKAAN DASAR LAUT DI PERAIRAN TANJUNG DATU, SAMBAS-KALIMANTAN BARAT

KETERDAPATAN EMAS DAN PERAK DALAM SEDIMEN PERMUKAAN DASAR LAUT DI PERAIRAN BAYAH DAN CIHARA, BANTEN SELATAN

Terbentuknya Batuan Sedimen

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

Kandungan Unsur Tanah Jarang Sedimen Permukaan Dasar Laut di Perairan Kampar, Propinsi Riau. Abstract

3,15 Very Fine Sand 1,24 Poorlysorted -0,21 Coarse-Skewed. 4,97 Coarse Silt 1,66 Poorlysorted -1,89 Very Coarse-Skewed

STUDI SEBARAN SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN MUARA SUNGAI KLUWUT, KABUPATEN BREBES, JAWA TENGAH

ANALISIS KUALITAS SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU. oleh: Hardi Sandro Situmeang 1) dan Rifardi 2) Abstrak

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2017), Hal ISSN :

Distribusi Sedimen Dasar di Perairan Pesisir Banyuasin, Sumatera Selatan

KAJIAN SEBARAN UKURAN BUTIR SEDIMEN DI PERAIRAN GRESIK, JAWA TIMUR

BAB VII ANALISIS SARINGAN

REFARAT MAKALAH ILMIAH OLEH TOBER MARDAIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan 1.3 Pembatasan Masalah

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS

SUSPENSI DAN ENDAPAN SEDIMEN DI PERAIRAN LAUT JAWA

KANDUNGAN TOTAL SUSPENDED SOLID DAN SEDIMEN DI DASAR DI PERAIRAN PANIMBANG

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum. B. Maksud dan Tujuan

SEBARAN SEDIMEN DAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA SEDIMEN DASAR PERAIRAN PANTAI SLAMARAN PEKALONGAN

MEKANIKA TANAH KLASIFIKASI DARI SIFAT TANAH MODUL 3. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

KOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU

Tekstur Sedimen, Kelimpahan dan Keanekaragaman Foraminifera Bentik di Perairan Teluk Jakarta

Distribution of sediment grain in Dalegan beach, Gresik, East Java

PEMETAAN SEBARAN SEDIMEN DASAR BERDASARKAN ANALISA UKURAN BUTIR DI PELABUHAN TASIKAGUNG REMBANG. Abstrak

BAB 1 PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Penyebab Perubahan Garis Pantai

Sebaran Fraksi Sedimen Dasar Permukaan di Perairan Pantai Pulau Topang Provinsi Riau

KAITAN AKTIVITAS VULKANIK DENGAN DISTRIBUSI SEDIMEN DAN KANDUNGAN SUSPENSI DI PERAIRAN SELAT SUNDA

Praktikum m.k Sedimentologi Hari / Tanggal : PRAKTIKUM-3 ANALISIS SAMPEL SEDIMEN. Oleh

ANALISIS KARAKTERISTIK SEDIMEN DI MUARA SUNGAI INDRAGIRI

Sebaran Fraksi Sedimen Dasar Permukaan di Perairan Pantai Pulau Topang Provinsi Riau

KARAKTERISTIKA ALIRAN DAN BUTIR SEDIMEN

Foto 4.9 Singkapan batupasir sisipan batulempung

Lampiran 2. Prosedur Analisis Logam Dalam Sedimen dengan metode USEPA 3050B (APHA, 1992)

KUALITAS TANAH DAN KRITERIA UNTUK MENDUKUNG HIDUP DAN KEHIDUPAN KULTIVAN BUDIDAYA DAN MAKANANNYA

PERKIRAAN POTENSI CADANGAN PASIR LAUT YANG TERDAPAT DI PERAIRAN MUARA KAMPAR KEPULAUAN RIAU

SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DI PERAIRAN SEPANJANG JEMBATAN SURAMADU KABUPATEN BANGKALAN

Oleh Satria Yudha Asmara Perdana Pembimbing Eko Minarto, M.Si Drs. Helfinalis M.Sc

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAGIAN 3-2 KLASIFIKASI TANAH

STRATIGRAFI SEDIMEN PERAIRAN SELAT RUPAT BAGIAN TIMUR. Oleh Visius Uracha Sisochi Wau 1 dan Rifardi 2

KAJIAN EROSI DAN SEDIMENTASI DI PANTAI POPAYATO, PERAIRAN TELUK TOMINI, GORONTALO

SEDIMENT STRATIGRAPHY IN DUMAI WATERS RIAU PROVINCE. Ramot S Hutasoit 1), Rifardi 2) and Musrifin Ghalib 2)

UJI SARINGAN (SIEVE ANALYSIS) ASTM D-1140

Analisis Karakteristik Fisik Sedimen Pesisir Pantai Sebala Kabupaten Natuna Hendromi 1), Muhammad Ishak Jumarang* 1), Yoga Satria Putra 1)

STUDI ARUS DAN SEBARAN SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN PANTAI LARANGAN KABUPATEN TEGAL

BAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN

KARAKTERISTIK SEDIMEN DASAR PERAIRAN KAMPUNG BUGIS KELURAHAN KAMPUNG BUGIS KOTA TANJUNGPINANG

3. METODE PENELITIAN

STUDI SEBARAN SEDIMEN DASAR DAN KONDISI ARUS DI PERAIRAN KELING, KABUPATEN JEPARA

Modul (MEKANIKA TANAH I)

ANALISIS SEBARAN SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN BINAMU KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN Hadyan Rafdi Kamarz, Alfi Satriadi, Jarot Marwoto*)

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT TEMBAGA (Cu) DAN TIMBAL (Pb) PADA SEDIMEN DI PULAU PAYUNG KABUPATEN BANYUASIN, SUMATERA SELATAN

BAB II TINJAUAN UMUM

Oleh: Hananto Kurnio dan Catur Widi Hersenanto. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan No. 236 Bandung SARI

MODUL PRAKTIKUM MATERIAL KONSTRUKSI

Kata kunci: metode DoE, ACI

KLASIFIKASI TANAH SI-2222 MEKANIKA TANAH I

Proses Pembentukan Tanah

Analisis Arah Angin Pembentuk Gumuk Pasir Berdasarkan Data Morfologi dan Struktur Sedimen, Daerah Pantai Parangtritis, Daerah Istimewa Yogyakarta.

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman Online di :

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang

KAJIAN KONDISI ARUS DAN SEBARAN SEDIMEN PADA SAAT MUSIM TIMUR DI PERAIRAN SEMARANG - DEMAK

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENILITIAN

Kajian Pola Sebaran Sedimen di Perairan Pantai Sigandu Batang

BAB IV GEOLOGI PANTAI SERUNI DAERAH TAPPANJENG. pedataran menempati sekitar wilayah Tappanjeng dan Pantai Seruni. Berdasarkan

BAB IV ANALISA SEDIMENTASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Titik pengukuran kecepatan aliran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di :

UKURAN BUTIRAN TANAH DENGAN HIDROMETER (ASTM D )

LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN

Stratigrafi Seismik Laut Dangkal Perairan Celukanbwang, Bali Utara

PROSES SEDIMENTASI DASAR LAUT DI TELUK KUMAI, KALIMANTAN TENGAH, DAN HUBUNGANNYA DENGAN CEBAKAN EMAS DAN PERAK. E. Usman dan Imelda R.

BAB III METODE PENELITIAN

PROSES SEDMENTASI DI PERAIRAN DOMPAK KECAMATAN BUKIT BESTARI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan: mendapatkan campuran agregat halus dan kasar yang optimal, sehingga menghasilkan beton yang murah dan workable Syaratnya:

ANALISIS SIRKULASI ARUS LAUT PERMUKAAN DAN SEBARAN SEDIMEN PANTAI JABON KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMUR

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah Pasir ini berada di Kecamatan Pasir Sakti,

POLA SPASIAL SEBARAN MATERIAL DASAR PERAIRAN DI TELUK BUNGUS, KOTA PADANG

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum

ANALISA LAJU SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI CILAUTEUREUN GARUT

BAB III METODOLOGI. langsung terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi. Teweh Puruk Cahu sepanajang 100 km.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori

Analisis Logam Berat Timbal pada Sedimen Dasar Perairan Muara Sungai Sayung, Kabupaten Demak

STUDI SEBARAN SEDIMEN SECARA VERTIKAL DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

Analisis Kandungan Minyak Pada Air dan Sedimen di Perairan Sekitar Bungus Teluk Kabung Kota Padang Sumatera Barat. Abstract

Transkripsi:

KARAKTERISTIK SEDIMEN PERMUKAAN DASAR SUNGAI DAN LAUT DI DAERAH SUNGAI KUARO DAN TELUK ADANG KALIMANTAN TIMUR H. Kurnio dan U. Kamiludin Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Jl. Dr. Junjunan No. 6, Bandung-474 Sari Fenomena menarik sedimen permukaan sungai dan laut dalam kajian alur transportasi batubara di daerah Teluk Adang Kabupaten Kuaro Kalimantan Timur menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan tekstur, sebaran dan komposisi fraksi. Perbedaan-perbedaan tersebut dicoba diidentifikasi melalui tampilan-tampilan diagram histogram; posisi geografis dari contoh-contoh juga dapat membantu identifikasi perbedaanperbedaan tersebut. Dari tampilan histogram tampak bahwa fraksi lanau dominan tersebar ke arah lepas pantai sedangkan fraksi pasir cenderung dominan ke arah sungai. Contoh sedimen dari tengah sungai cenderung berpola unimodal sedangkan sedimen tepi sungai lebih berpola bimodal dan polimodal. Kandungan material organik yang terlalu tinggi merupakan kendala untuk identifikasi rejim pengendapan karena pola histogramnya tidak menunjukkan keadaan yang sesungguhnya. Sedangkan sedimen hasil perangkap sedimen menunjukkan sistem pengendapan suspensi dari dominannya fraksi halus lanau. Abstract An interesting phenomenon of river and marine surficial sedimens in coal transportation channel studies in the area of Adang Bay, Kuaro Regency showed differences of texture, distribution and fraction compositions. The differences were tried to be identified through features of histogram diagrams; while geogracal positions can also assist in identification of the differences. From histogram features revealed that silt fraction dominant to offshore while sand fraction distribute more to the direction of the river. Middle river samples tend to unimodal pattern compared to the riverside which show bimodal and polymodal. The very high contents of organic material is a constraint for identification of sedimenation regime due to improper histogram patterns. On the other hand, sedimen trap sedimens demonstrate suspension depositional system through recognition of silt dominances. PENDAHULUAN Kajian alur transportasi batubara di daerah Teluk Adang, Kabupaten Kuaro, Kalimantan Timur mendapatkan fenomena menarik sehubungan dengan keadaan sedimen permukaan yang diambil di sungai dan teluk atau laut. Sedimen dari kedua lingkungan pengendapan tersebut menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan terutama ditinjau dari tekstur, pola distribusi maupun komposisi fraksi. Hasil pemercontohan dari 77 lokasi baik di Sungai Kuaro maupun Teluk Adang telah dilakukan analisa besar butir dan analisa pipet. Pengelompokan sedimen berdasarkan tekstur yaitu prosentase fraksi kerikil, pasir, lanau dan lempung; serta menggunakan penamaan sedimen permukaan berdasarkan Folk (98) didapatkan: lanau, lanau pasiran, lumpur pasiran sedikit kerikilan, pasir lanauan dan pasir. Pola umum distribusi atau sebaran adalah sedimen fraksi kasar atau mengandung fraksi kasar cenderung tersebar di lingkungan sungai seperti Pasir dan Pasir lanauan; sedangkan sedimen fraksi halus seperti Lanau, Lanau pasiran dan Lumpur pasiran sedikit kerikilan lebih condong terdapat pada laut lepas atau daerah teluk. Makalah ini mencoba mengidentifikasi perbedaan-perbedaan tersebut di atas melalui tampilan-tampilan diagram histogram apakah berpola unimodal, bimodal atau polimodal

Jurnal Geologi Kelautan, vol., no., April : - 9 dimana dengan ini dapat diketahui rejim pengendapan manakah yang lebih berperan dari satuan-satuan sedimen tersebut. Tinjauan lain posisi geografis dari pengambilan contoh apakah pada sungai, tepi teluk, tengah teluk dan laut lepas dapat membantu identifikasi perbedaan-perbedaan tersebut. Kandungan material organik (OM) yang berlebihan, hingga mencapai sekitar 6 persen, sebaliknya dapat merupakan kendala bagi identifikasi rejim pengendapan karena contoh sedimen yang demikian tidak merepresentasikan komposisi fraksi serta proses sesungguhnya. METODA Nomenklatur sedimen diklasifikasikan menurut diagram segitiga Folk (98).. Diagram segitiga dibagi menjadi dua kelas (gambar ), kelas pertama untuk sedimen yang mengandung kerikil yaitu berdasarkan proporsi persentase kerikil terhadap perbandingan (ratio) lumpur-pasir. Kelas ke dua untuk sedimen tanpa kerikil yaitu proporsi persentase pasir terhadap perbandingan lanau-lempung. Proses pengendapaan ditafsirkan berdasarkan pendekatan parameter statistika moment yang meliputi rata-rata (mean), deviasi standar (standard deviation), kepencongan (skewness) dan kurtosis (kurtosis). Analisa granulometri dilakukan dengan mengayak contoh kering (sieve analysis) untuk fraksi sedimen kasar yaitu kerikil-pasir dan analisa pipet dilakukan untuk fraksi halus yaitu lumpur dan atau yang tersisa di pan. Pengayakan kering menggunakan ukuran standar sistem mesh American Society and Testing Material (ASTM), di set pada ayakan - (4 mm) sampai 4 (/6 mm) dengan interval kelas set ayakan,. Prosedur pengayakan kering secara garis besar melalui tahapan sebagai berikut : pengeringan contoh, homogenisasi (sample splitter) untuk diambil seberat gram, pengayakan dengan goncangan (shaker) selama lebih kurang menit, dan terakhir penimbangan contoh tertinggal di setiap ayakan yang menunjukan ukuran butir tertentu sesuai set ayakan (- sampai 4 ). Pipet menggunakan pendekatan hukum Stokes berdasarkan kecepatan pengendapan (settling velocity) dimana pada suatu waktu tertentu, ukuran butir tertentu akan telah melewati suatu jarak tertentu pada sedimenasi dikarenakan gaya beratnya. Pemipetan dilakukan pada suatu selang waktu tertentu yang diperhitungkan sesaat setelah pengocokan larutan dan pada kedalaman pemipetan tertentu dari permukaan larutan. Pemipetan dilakukan untuk mendapatkan larutan yang mengandung ukuran butir (/ mm) sampai 9 (/ mm), selang dengan perangkat peralatan utama yaitu gelas ukur ( ml), pipet ( ml) dan gelas piala ( ml). Prosedur pipet secara garis besar melalui tahapan sebagai berikut : penyediaan lumpur atau yang tertinggal di pan, pengeringan, homogenisasi untuk diambil seberat - gram, pemipetan ( ml), pengeringan residu, penimbangan, dan terakhir perhitungan ukuran butir tertentu sesuai pemipetan ( sampai 9 ). Gambar. Penamaan sedimen berdasarkan diagram segitiga Folk (98).

Gambar. Peta lokasi contoh-contoh sedimen Sungai Kuaro dan Teluk Adang, peta juga memperlihatkan lokasi-lokasi pengukuran pasut, arus dan perangkap sedimen. Tabel. Nomenklatur sedimen permukaan (Folk,98) dan Statistika Moment No. Lokasi Statistika Moment Persentase K l a s i f i k a s i Percontoh X () Sort. Skew. Kurt. Kri. Pas. Lan. Lem. Folk (98) GB. Tad..6..4.. 6. 4.. GB. Tad. 4....8. 4.7.9. GB. Tad... -.7.8..9 7.. Pasir lumpuran sed. kerikilan Lumpur pasiran sed. kerikilan Lumpur pasiran sed. kerikilan 4 GB. Tad. 4 4....8.. 48.6.4 Pasir lanauan GB. Tad. Karang (singkapan) 6 GB. Tad. 6.4. -...... Pasir 7 GB. Tad. 7 4.8.6.6.. 4.4 4.. Lanau pasiran 8 GB. Tad. 8 6..4... 4. 8.7. Lanau 9 GB. Tad. 9.4..... 7..6 Lanau pasiran GB. Tad. 6..4..9..6 8.8.6 Lanau GB. Tad. 6...... 9.9 6. Lanau GB. Tad..9.....9 9..6 Lanau GB. Tad. 6......8 9. 7.7 Lanau 4 GB. Tad. 4.8...4..6 9. 6. Lanau

Jurnal Geologi Kelautan, vol., no., April : - 9 GB. Tad..8...6. 4.8 87.4 7.8 Lanau 6 GB. Tad. 6 6...... 9.9 4. Lanau 7 GB. Tad. 7..9..9. 9.4 9.4. Lanau pasiran 8 GB. Tad. 8..7... 6.7 7. 6. Lanau pasiran 9 GB. Tad. 9 6..4... 4.6 8.4. Lanau pasiran GB. Tad..7..... 8. 8. Lanau pasiran GB. Tad. 6......8 9.8 8.4 Lanau GB. Tad. 6...4...4 89.9 8.8 Lanau GB. Tad. 4.7.8..9. 8.8 6.4.8 Lanau pasiran 4 GB. Tad. 4.9.....9 9.4 7.7 Lanau GB. Tad. 6.7.8 -.6.. 6.. 4. Lumpur 6 GB. Tad. 6.9.....8 94. 4. Lanau 7 GB. Tad. 7.9.....8 9..8 Lanau 8 GB. Tad. 8.9..... 9..6 Lanau 9 GB. Tad. 9.. -.4... 7.. Lanau pasiran GB. Tad. 4.7.7.4.. 4... Lanau pasiran GB. Tad..4. -... 7.8 8.8.4 Lanau pasiran GB. Tad...8..9.. 6.8. Lanau pasiran GB. Tad..9.... 4.8 4..7 Pasir lanauan 4 GB. Tad. 4 4.7.7.4.. 4. 7..6 Lanau pasiran GB. Tad. 4.6.7.. 48..6. Lanau pasiran 6 GB. Tad. 6 4..7.. 48..8. Lanau pasiran 7 GB. Tad. 7 4..8... 47..7.9 Lanau pasiran 8 GB. Tad. 8 4..6.... 47.. Pasir lanauan 9 GB. Tad. 9.7.4 -..8.. 86.9.8 Lanau pasiran 4 GB. Tad. 4.7.6... 7. 74.4 8. Lanau pasiran 4 GB. Tad. 4.8.6 -..7. 9.9 8.4 8.8 Lanau 4 GB. Tad. 4..9 -....6 67.. Lanau pasiran 4 GB. Tad. 4 6..4..7..4 8.7.9 Lanau 44 GB. Tad. 44.6...8. 6.9 9. 4.8 Pasir lanauan 4 GB. Tad. 4.8.7 -..6.. 76.8.9 Lanau pasiran 46 GB. Tad. 46.9.6... 9.6 77.9.4 Lanau 47 GB. Tad. 47 4.4. -.6.9. 9.8. 4. Lumpur pasiran sed kerikilan 48 GB. Tad. 48 4.8.9.4.. 4..7 8. Lanau pasiran 49 GB. Tad. 49 4.7.8.8.4..8 4.8 7.4 Pasir lanauan GB. Tad..6.6... 4.7 76.9 8. Lanau pasiran GB. Tad..7.8 -.. 6.9 7.. Lanau pasiran GB. Tad...6..7.... Pasir GB. Tad... -..9.... Pasir 4

4 GB. Tad. 4..9.... 6. 8.9 Lanau pasiran GB. Tad..4..6.. 6.7..7 Pasir lumpuran sed. Kerikilan 6 GB. Tad. 6.8.7 -... 4.7 7.. Lanau pasiran 7 GB. Tad. 7 4.8.9.4.. 44. 48.4 7. Lanau pasiran 8 GB. Tad. 8 Karang (singkapan) 9 GB. Tad. 9 Karang 6 GB. Tad. 6 Karang 6 GB. Tad. 6 Karang 6 GB. Tad. 6..... 46. 4. 4. Pasir lumpuran kerikilan 6 GB. Tad. 6.. -.6.8. 9.6 74. 6. Lanau pasiran 64 GB. Tad. 64.9.4 -... 4. 89.8 6. Lanau 6 GB. Tad. 6.8..7.. 6.8 6.. Pasir lanauan 66 GB. Tad. 66.9.4..7.4 47..9.6 Lumpur pasiran sed. Kerikilan 67 GB. Tad. 67..7 -..4.. 7.8. Lanau pasiran 68 GB. Tad. 68...8...7 94. 4. Lanau 69 GB. Tad. 69 4.4.9.4.9. 44.4.7.8 Lanau pasiran 7 GB. Tad. 7 6..4.6... 8.8 8. Lanau 7 GB. Tad. 7.4.6 -... 9.8 78.. Lanau pasiran 7 GB. Tad. 7..7 -... 4. 8.. Lanau pasiran 7 GB. Tad. 7.7. -..4.. 8. 6.6 Lanau pasiran 74 GB. Tad. 74..8 -... 6. 7.. Lanau pasiran 7 GB. Tad. 7.. -..4..4 8.. Lanau pasiran 76 GB. Tad. 76.9..4.9.. 9.4 6.4 Lanau 77 GB. Tad. 77.9.....7 9.6.7 Lanau DISKUSI Sedimen permukaan dasar sungai dan laut di daerah Sungai Kuaro dan Teluk Adang Kalimantan Timur terdiri dari Lanau, Lanau pasiran, Pasir lanauan, Pasir lanauan sedikit kerikilan, Pasir dan karang dimana didominasi oleh Lanau dan Lanau pasiran. Kajian dari analisa besar butir dan ditampilkan dalam diagram histogram memperlihatkan hal-hal menarik sebagai berikut: Ke arah laut lepas apapun jenis sedimennya dominasi fraksi halus lanau tampak nyata. Sedimen yang diendapkan di dasar sungai dengan kedalaman cukup tinggi atau di tengah sungai memperlihatkan distribusi fraksi dengan pola unimodal pada diagram histogram, berbeda dengan contoh-contoh dari pinggir sungai yang cenderung bimodal bahkan polimodal. Hal ini menunjukkan bahwa agen pembentuk pola yang demikian cenderung satu sumber atau asal, berbeda dengan pola bimodal dan polimodal yang menunjukkan kecenderungan multiagen. Contoh-contoh unimodal diantaranya GB.Tad. (kedalaman 8 m), contoh GB.Tad. (8, m), GB.Tad.47 ( m), GB.Tad.. Fungsi kedalaman ini mungkin sangat berperan dalam pembentukan pola yang unimodal tersebut dimana pada kedalaman tidak banyak arah arus yang mempengaruhi sedimen dasar sungai, berbeda dengan contoh-contoh bimodal dan polimodal yang dijumpai pada kedalaman dangkal dan di tepi sungai; arus bisa datang dari berbagai

Jurnal Geologi Kelautan, vol., no., April : - 9 Gambar. Peta sebaran sedimen menunjukkan pola sebaran yang jelas dengan sedimen fraksi halus tersebar ke arah teluk dan laut lepas serta sedimen kasar di dan dekat sungai arah sehingga terbentuk pola yang mengindikasikan adanya berbagai sumber sedimen. Contoh-contoh sedimen dengan pola unimodal juga menunjukkan kecenderungan distribusi fraksi yang lebih bervariasi seperti pada GB.Tad., GB.Tad.47 dan GB.Tad. dengan ragam fraksi dari kerikil, pasir kasar, menengah, halus, sangat halus hingga lanau. Komposisi fraksi satuan Lanau berbeda untuk contoh dari laut lepas dengan pantai maupun sungai dimana contoh laut lepas tersebut cenderung tidak memiliki komponen fraksi kasar pasir, berbeda dengan contoh sungai maupun pantai kandungan fraksi pasirnya cukup signifikan terutama sungai (sekitar. hingga 4 gram dari contoh asal 9 gr). Indikasi akan terjadinya pendangkalan ditunjukkan oleh adanya gosong di tengah sungai seperti yang tampak pada lokasi GB.Tad. yang berupa pasir berukuran halus hingga sangat halus. Contoh yang diambil dari kedalaman sungai sekitar meter ini memperlihatkan pola distribusi fraksi yang cenderung bimodal, berbeda dengan contoh pasir lainnya didekatnya (GB.Tad.) yang diambil dari tengah sungai pada kedalaman 8, m memperlihatkan pola distribusi unimodal. Kandungan komponen tumbuhan dalam contoh-contoh sedimen permukaan dasar sungai dan teluk menunjukkan gejala peningkatan ke arah perairan dekat pantai dibandingkan perairan tengah teluk maupun sungai. Kandungan tertinggi terdapat di contoh GB.Tad.9 (6,94 gr) yang berada di muara sungai (peta lokasi). Kandungan terendah terdapat di perairan tengah sungai seperti pada GB.Tad.44 (,69 gr). Contohcontoh banyak mengandung tumbuhan banyak dijumpai pada sedimen Lanau pasiran. 6

GB.Tad. (Pasir lumpuran sdkt kerikilan) contoh GB.Tad.47 (Lumpur pasiran sedikit kerikilan-sungai) 4 -. -. -... 4.. 6. 7. 8. -. -. -... 4.. 6. 7. 8. contoh GB.Tad.47 (Lumpur pasiran sedikit kerikilan-sungai) -. -. -... 4.. 6. 7. 8. contoh GB.Tad.(Pasir lumpuran sdkt kerikilan) 4 -. -... 4.. 6. 7. 8. Gambar 4. Histogram unimodal dengan distribusi fraksi bervariasi GB.Tad.6 (Lanau-T.Adang luar) contoh GB.Tad.4 (Lanau-sungai) 4.. 6. 7. 8... 4.. 6. 7. 8. Gambar. Histogram perbedaan komposisi lanau sungai dengan lanau laut lepas 7

Jurnal Geologi Kelautan, vol., no., April : - 9 6 4 contoh GB.Tad. (Pasir-sungai).. 4. KESIMPULAN Pola diagram histogram contoh-contoh sungai dan laut memperlihatkan perbedaanperbedaan. Fraksi halus lanau dalam contohcontoh sedimen permukaan dominasinya semakin nyata ke arah laut lepas, sedangkan sedimen fraksi kasar lebih terpola tersebar ke arah sungai. histogram GB.Tad.9 (Lanau pasiran-muara sungai) 6 4 contoh GB.Tad. (Pasir-sungai pendangkalan) 4 4.. 4.. 6. 7. 8... 4. contoh GB.Tad.44 (Pasir lanauansungai) Gambar 6. Histogram perbedaan komposisi pasir distribusi normal-unimodal (kiri) dengan komposisi pasir pendangkalan (kanan). Hasil perangkap sedimen contoh-contoh yang dianalisa pipet memberikan hasil jenis sedimen semuanya lanau. Jenis sedimen fraksi halus ini mengindikasikan material yang diendapkan dalam sistem suspensi. Pengamatan diagram histogram dari bagianbagian alat perangkap sedimen kadar fraksi lanau terbanyak ( gr) adalah pada bagian tengah atau SDT.C (gambar diagram histogram), sedangkan sudut timur atau SDT.B jumlah sedimen yang terperangkap paling sedikit (7 gr). SDT.U, SDT.S dan SDT.B memperlihatkan distribusi fraksi yang relatif rata pada ukuran-ukuran 4,, 6, 7 dan 8 ; berbeda dengan SDT.T dan SDT.C dimana fraksi 8 nya berkomposisi rendah (gambar diagram). 4 4.. 4.. 6. 7. 8. Gambar 7. Histogram kiri menunjukkan sedikitnya material detritus akibat tingginya material organik (OM), diagram kanan prosentase normal fraksi-fraksi sedimen dengan kadar OM rendah. Lanau dari lepas pantai cenderung tidak memiliki komponen fraksi pasir dibandingkan dengan lanau dari sungai dengan kandungan yang cukup signifikan. Pola sedimenasi di sungai memperlihatkan perbedaan dimana di tengah sungai dengan kedalaman cukup tinggi mendapatkan distribusi fraksi dengan pola unimodal dibandingkan dengan contoh-contoh dari pinggir sungai yang cenderung bimodal bahkan polimodal. 8

histogram hasil pipet SDT.U histogram SDT.C BERAT FRAKSI (gr)... 4 6 7 8 BERAT FRAKSI (gr... 4 6 7 8 BERAT FRAKSI (gr BERAT FRAKSI (gr BERAT FRAKSI (gr......... histogram SDT.S 4 6 7 8 histogram SDT.B 4 6 7 8 histogram SDT.T 4 6 7 8 Gambar 8. Tampilan histogram contoh sedimen hasil perangkap sedimen Kecenderungan distribusi fraksi yang lebih bervariasi dengan ragam fraksi dari kerikil, pasir kasar, menengah, halus, sangat halus ditunjukkan oleh contoh-contoh sedimen dengan pola unimodal. Terdapat pasir di sungai yang menunjukkan indikasi akan terjadinya pendangkalan dengan adanya gosong di tengah sungai. Pola pasir pendangkalan ini memperlihatkan kecenderungan polimodal berbeda dengan pasir biasa di tengah sungai yang unimodal. Dalam contoh-contoh sedimen permukaan dasar sungai dan teluk, kandungan material organik menunjukkan gejala peningkatan ke arah perairan dekat pantai dibandingkan perairan tengah teluk maupun sungai. Sedimen Lanau pasiran banyak mengandung tumbuhan dibandingkan dengan sedimen lainnya. Sedimen hasil perangkap sedimen mengindikasikan jenis sedimen semuanya lanau. Jenis sedimen fraksi halus ini mengindikasikan material yang diendapkan dalam sistem suspensi ACUAN Folk, R.L., 98. Petrology of Sedimenary Rocks, Hemll Publishing Company, Austin. 9