BAB IV HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM DAN ANALISA DATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH GEOTEKSTIL TERHADAP KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI TRIAKSIAL TERKONSOLIDASI TAK TERDRAINASI SKRIPSI. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

LAMPIRAN 1 HASIL PENGUJIAN TRIAKSIAL UNCOSOLIDATED UNDRAINED (UU)

DAFTAR ISI. Agus Saputra,2014 PENGARUH ABU SEKAM PADI TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LUNAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia konstruksi, tanah menduduki peran yang sangat vital dalam

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

BAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

I. PENDAHULUAN. beban akibat konstruksi di atasnya, maka diperlukan perencanaan yang

KARAKTERISITIK KUAT GESER TANAH MERAH

BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Stabilisasi Tanah 3.2. Analisis Ukuran Butiran 3.3. Batas-batas Atterberg

UNIVERSITAS INDONESIA UJI TRIAKSIAL MULTISTAGE UNTUK TANAH KAOLIN SKRIPSI

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH ABSTRAK

KARAKTERISASI BAHAN TIMBUNAN TANAH PADA LOKASI RENCANA BENDUNGAN DANAU TUA, ROTE TIMOR, DAN BENDUNGAN HAEKRIT, ATAMBUA TIMOR

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Kuat Geser Puncak, Kuat Geser Sisa dan Konsolidasi dari Tanah Lempung Sekitar Bandung Utara

II. Kuat Geser Tanah

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang berasal dari

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

MODUL 4,5. Klasifikasi Tanah

ABSTRAK

BAB 3 METODE PENELITIAN

MEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)

KORELASI PARAMETER KEKUATAN GESER TANAH DENGAN MENGGUNAKAN UJI TRIAKSIAL DAN UJI GESER LANGSUNG PADA TANAH LEMPUNG SUBSTITUSI PASIR

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi

BAB III METODE PENELITIAN

Karakterisasi Sifat Fisis dan Mekanis Tanah Lunak di Gedebage

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. berbagai bahan penyusun tanah seperti bahan organik dan bahan mineral lain.

TINJAUAN KARAKTERISTIK KONSOLIDASI TANAH GAMBUT BAGAN SIAPI-API

Untuk tanah terkonsolidasi normal, hubungan untuk K o (Jaky, 1944) :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. beban lainnya yang turut diperhitungkan, kemudian dapat meneruskannya ke

2. Kekuatan Geser Tanah ( Shear Strength of Soil ), parameternya dapat diperoleh dari pengujian : a. Geser Langsung ( Direct Shear Test ) b.

Kuat Geser Tanah. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Shear Strength of Soils. Dr.Eng. Agus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc.

KESIMPULAN DAN SARAN

KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG YANG DITAMBAHKAN SEMEN DAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI SUBGRADE JALAN. (Studi Kasus: Desa Carangsari - Petang - Badung)

BAB 4 ANALISIS PERCOBAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MEKANIKA TANAH KEMAMPUMAMPATAN TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

KUAT GESER TANAH. Materi Kuliah : Mekanika Tanah I Oleh : Tri Sulistyowati

I. PENDAHULUAN. Dalam pembangunan konstruksi sipil, pekrjaan Teknik Sipil tidak akan lepas

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

juga termasuk mempertahankan kekuatan geser yang dimiliki oleh tanah bidang geser dalam tanah yang diuji. Sifat ketahanan pergeseran tanah

Pengaruh Subtitusi Pasir Pada Tanah Organik Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Geser. Rizky Dwi Putra 1) Iswan 2) Lusmeilia Afriani 2)

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah berbutir halus yang. diambil dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro.

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung

Keywords: shear strenght, soil stabilization, subgrade, triaxial UU, unconfined compression.

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN DENGAN KOMPOSISI 75% FLY ASH DAN 25% SLAG BAJA PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

PENGARUH KAPUR TERHADAP TINGKAT KEPADATAN DAN KUAT GESER TANAH EKSPANSIF

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang. diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.

Oleh: Dewinta Maharani P. ( ) Agusti Nilasari ( ) Bebby Idhiani Nikita ( )

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

KORELASI ANTARA TEGANGAN GESER DAN NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DENGAN BAHAN CAMPURAN SEMEN

Bab 1. Pendahuluan Pengaruh variasi kepadatan awal terhadap perilaku kembang susut tanah lempung ekspansif di Godong -Purwodadi

POTENSI BEBAN AWAL DALAM MENINGKATKAN KUAT GESER TANAH GAMBUT

BAB II TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DAN SILICA FUME

BAB 1 PENDAHULUAN. Bendungan merupakan salah satu dari beberapa bangunan sipil yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. KUAT GESER TANAH

Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu dan Semen Terhadap Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro

Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

PENGARUH PRAPEMBEBANAN TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH LUNAK BERDASARKAN UJI TRIAXIAL TERKONSOLIDASI TERBATAS TAKTERDRAINASI

PEMANFAATAN KAPUR DAN FLY ASH UNTUK PENINGKATAN NILAI PARAMETER GESER TANAH LEMPUNG DENGAN VARIASAI LAMA PERAWATAN

GESER LANGSUNG (ASTM D

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10)

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat

Hubungan Batas Cair dan Plastisitas Indeks Tanah Lempung yang Disubstitusi Pasir Terhadap Nilai Kohesi Tanah pada Uji Direct Shear

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa pendapat tentang definisi tanah menurut para ahli dibidang. sipil, yaitu tanah dapat didefinisikan sebagai :

BAB 1 PENDAHULUAN. menghiraukan kualitas konstruksi atau kualitas pondasi nya.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM DAN ANALISA DATA IV.1 DATA INDEKS PROPERTIES Data indeks properties yang digunakan adalah data sekunder dari tanah gambut Desa Tampan Riau yang diperoleh pada penelitian sebelumnya yang ditampilkan pada tabel 4.1 Tabel 4.1. Hasil Pengujian Index Properties Tanah Gambut Desa Tampan Pengujian Hasil Pengujian Specific Gravity 1,49 Liquid Limit (%) 466,5 Plastic Limit (%) 37,9 Plasticity Index (%) 158,6 Kadar Abu (%) 21,1 Kadar Organik (%) 78,9 ph 3,5 Komposisi Mineral (%)* Material organik terisi mineralmineral Material organik Mineral lempung Mineral berat (magnetit, oksida besi, dll) Kwarsa Sumber : Ajeng (26) 25 72,48 2,9,14,26 Tanah Gambut Desa Tampan Riau memiliki kandungan serat, hal ini diindikasikan dari besarnya kadar air yang dimiliki sehingga berada dalam tingkat dekomposisi yang rendah. Pada tanah gambut, serat memiliki peranan penting dalam menahan air. Tanah gambut Desa Tampan tidak bercampur dengan bahan anorganik, hal ini ditunjukkan dari nilai specific gravity tidak lebih besar dari 2. 34 Perilaku kuat geser..., Andy Trisurya, FT UI, 28

35 Dari nilai indeks plastisitas diatas 35% menunjukkan bahwa memiliki plastisitas tinggi, sangat kohesif, dan sifat kompresibilitasnya tinggi. Dari nilai kadar abu yang didapat, tanah tersebut digolongkan dalam kategori high ash peat (Ajeng,26). IV.2 HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN TRIAKSIAL CONSOLIDATED UNDRAINED TANAH GAMBUT DESA TAMPAN RIAU YANG DIPADATKAN PADA KADAR AIR RENCANA 12% Pada pengujian yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah FTUI terdapat 2 kondisi persiapan benda uji yang semua dipadatkan pada kadar air rencana 12% dan dilakukan pada suhu ruangan sekitar 27 C. Kondisi pertama adalah persiapan benda uji yang direndam selama 4 hari setelah dipadatkan pada kadar air rencana dan kondisi kedua adalah persiapan benda uji yang direndam selama 4 hari dan dikeringkan selama 4 hari kemudian diuji triaksial CU (Consolidated Undrained). Pengujian ini bertujuan untuk membandingkan kurvakurva yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. IV.2.1 Kondisi Setelah Perendaman (Kondisi I) Pada kondisi ini dimana Tanah Gambut Desa Tampan Riau dihamparkan hingga didapat kadar air rencana pemadatan 12% yang kenyataannya didapat kadar air sebesar 119,7%, sedangkan untuk kadar air kondisi terpadatkan setelah perendaman, didapat kadar air sebesar 181,5%. Setelah dilakukan perendaman, kemudian dilakukan pengujian triaksial CU. Fungsi perendaman ini adalah untuk memudahkan pencetakan sampel ke dalam cetakan kecil yang dapat dilihat pada gambar 4.1. Pada kondisi ini didapatkan kurva hubungan tegangan deviator terhadap regangan, tegangan deviator terhadap tegangan efektif dan perubahan tekanan air pori terhadap regangan yang dapat dilihat pada gambar 4.2, gambar 4.3, dan gambar 4.4. Perilaku kuat geser..., Andy Trisurya, FT UI, 28

36 Gambar 4.1. Sampel Tanah Gambut Cetakan Kecil Sebelum Pengujian Triaksial CU Dari gambar 4.2 terlihat bahwa tegangan deviator yang timbul semakin besar seiring nilai regangan yang semakin besar dan memilki titik maksimum. Dimana setelah titik maksimum, kurva mengalami penurunan nilai tegangan deviator meskipun nilai regangannya terus membesar, hal ini menunjukkan bahwa pada tanah tersebut terdapat over consolidated. Kurva pada gambar 4.4 adalah hubungan perubahan tekanan pori terhadap regangan. Pada kondisi undrained, air pori tidak diperbolehkan mengalir keluar dari contoh tanah, sehingga saat diberikan beban, air pori turut memikul beban. Ini terlihat dari kurva di atas dimana air pori terus meningkat sampai pada titik tertentu akan kembali konstan. Pada Gambar 4.3 kurva hubungan tegangan deviator terhadap tegangan efektif pada tegangan konsolidasi isotropis sebesar kpa,, dan 3 kpa bergerak mengarah ke sumbu-x positif, lalu bergerak berlawanan arah dan kembali lagi kearah sumbu-x positif hingga terjadi keruntuhan. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat simpangan tegangan masih bertambah, tegangan efektif sempat bergerak turun kemudian bergerak hampir konstan. Perilaku kuat geser..., Andy Trisurya, FT UI, 28

37 3 25 Deviatory Stress (kpa) 2 15 5 kpa 3 kpa 2 4 6 8 1 12 14 16 Gambar 4.2. Kurva hubungan Tegangan Deviator - Regangan pada Tanah Gambut Desa Tampan Riau yang dipadatkan pada kadar air rencana 12% - Kondisi I 3 25 y =.6177x + 82.81 Tegangan deviator (kpa) 2 15 5 kpa 3 kpa 5 15 2 25 3 35 Gambar 4.3. Kurva hubungan Tegangan Deviator - Tegangan Efektif pada Tanah Gambut Desa Tampan Riau yang dipadatkan pada kadar air rencana 12% -Kondisi I 3 Perubahan Tekanan Air Pori (kpa) 25 2 15 5 kpa 3 kpa 2 4 6 8 1 12 14 Gambar 4.4. Kurva hubungan Perubahan Tekanan Air Pori - Regangan pada Tanah Gambut Desa Tampan Riau yang dipadatkan pada kadar air rencana 12% -Kondisi I 16 Perilaku kuat geser..., Andy Trisurya, FT UI, 28

38 IV.2.2 Kondisi Setelah Perendaman dan Pengeringan Pada Suhu Ruangan (±27 C) (Kondisi II) Pada kondisi ini tanah gambut Desa Tampan Riau dihamparkan hingga didapat kadar air rencana pemadatan 12% sebelum dipadatkan, yang kenyataannya didapat kadar air sebesar 12,32%. Sedangkan kadar air untuk persiapan benda uji setelah proses perendaman selama 4 hari dan pengeringan pada suhu ruangan selama 4 hari pada kondisi terpadatkan, didapat sebesar 164,24%, kemudian dilakukan pencetakan benda uji untuk pengujian triaksial CU. Pada gambar 4.5 dapat dilihat saat contoh tanah diberikan tegangan isotropis kpa, maka puncak keruntuhan tercapai saat regangan mencapai sekitar 8%. Sedangkan saat contoh tanah diberikan tegangan konsolidasi isotropis sebesar dan 3 kpa maka pada masing-masing kondisi tegangan konsolidasi isotropis puncak tercapai saat regangan mencapai sekitar 8% sampai 1%. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar tegangan konsolidasi isotropis maka tanah akan menjadi semakin kaku. Begitu pula semakin besar tegangan konsolidasi isotropis yang diberikan, maka akan membuat tanah menjadi lebih mampat. Hal ini yang menyebabkan bertambah besarnya kemampuan tanah dalam menahan beban aksial. Pada gambar 4.6 diketahui apabila tanah diberikan pembebanan, maka akan timbul tegangan total yang terdiri dari tegangan efektif dan tekanan pori. Tegangan efektif timbul pada partikel tanah sedangkan tekanan pori timbul pada air yang terkandung di dalam pori-pori tanah. Pada gambar 4.7 kurva hubungan perubahan tekanan pori terhadap regangan menunjukkan bahwa semakin besar beban aksial yang diterima contoh tanah maka tekanan pori akan terus meningkat hingga titik tertentu seiring dengan pertambahan nilai regangan. Pada kurva pemberian tegangan konsolidasi isotropis 3 kp terlihat nilai perubahan tekanan air pori di bawah nilai kurva pemberian tegangan konsolidasi isotropis 2 kp. Pada saat pencetakan dari mold, terjadi kerusakan pada contoh tanah. Diameter ekstruder yang digunakan kurang cocok untuk cetakan yang digunakan, hal ini dikarenakan sebelum mencetak ke cetakan kecil, tidak mencocokkan terlebih dahulu antara diameter cetakan dengan ekstruder. Perilaku kuat geser..., Andy Trisurya, FT UI, 28

39 3 25 Deviatory Stress (kpa) 2 15 kpa 3 kpa 5 2 4 6 8 1 12 14 16 Gambar 4.5. Kurva hubungan Tegangan Deviator-Regangan Tanah Gambut Desa Tampan Riau yang dipadatkan pada kadar air rencana 12% - Kondisi II 3 Tegangan Deviator (kpa) 25 2 15 5 y =.442x + 125.25 kpa 3 kpa 5 15 2 25 3 35 Gambar 4.6. Kurva hubungan Tegangan Deviator - Tegangan Efektif Tanah Gambut Desa Tampan Riau yang dipadatkan pada kadar air rencana 12% - Kondisi II 3 Perubahan Tekanan Air Pori (kpa) 25 2 15 5 kpa 3 kpa 2 4 6 8 1 12 14 16 Gambar 4.7. Kurva hubungan Perubahan Tekanan Air Pori - Regangan Tanah Gambut Desa Tampan Riau yang dipadatkan pada kadar air rencana 12% - Kondisi II Perilaku kuat geser..., Andy Trisurya, FT UI, 28

4 IV.2.3 Perbandingan Kondisi I dan Kondisi II Untuk Kadar Air 12% Untuk data yang dihasilkan pada kadar air rencana 12% pada kondisi I dan II tidak dapat dibandingkan, karena seperti yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya terjadi kerusakan sampel tanah gambut cetakan kecil pada kondisi II dengan σ 3 =3 kpa sehingga menyebabkan kurva yang ditampilkan pada gambar 4.7 yaitu nilai perubahan tekanan air pori untuk tegangan konsolidasi isotropis 3 kpa lebih rendah daripada dan kpa seiring dengan penambahan regangan tetapi pada saat regangan lebih dari 1%, nilai perubahan tekanan air pori kembali di atas kurva dan kpa. Seharusnya perolehan nilai perubahan tekanan air porinya sama dengan sebagaimana didapat pada kadar air 14% pada tiap kondisi persiapan benda uji, selalu didapat semakin besar seiring penambahan tegangan konsolidasi isotropis yang diberikan dan pertambahan regangan. Karena itulah untuk selanjutnya hasil percobaan pada setiap grafik kondisi I dan II kadar air 12%, σ 3 =3 kpa tidak dapat dibandingkan. Semua parameter kuat geser yang didapat dari pengujian ini ditampilkan pada tabel 4.3. Analisa hasil pengukuran kadar air tanah gambut Tampan Riau kadar air pemadatan 12% sebelum dilakukan pengujian triaksial CU memiliki nilai yang lebih tinggi daripada kadar air setelah pengujian triaksial CU. Hal ini disebabkan pada pengujian triaksial CU terdapat tahap kompresi setelah tahap konsolidasi. Penurunan nilai kadar air tersebut tidak terlalu signifikan yaitu kurang lebih 5%. Analisa potensi pengembangan (swelling) pada tanah gambut kadar air pemadatan 12% memiliki nilai 1,2 pada kondisi I dan 1,3 pada kondisi II, hal ini berarti sesuai dengan pengujian yang dilakukan oleh Siti Hadijah tahun 26 yaitu nilai swelling meningkat apabila kadar air pemadatan mendekati nilai optimum. Berikut adalah tabel 4.2 yang menampilkan nilai tegangan deviator dimana w 1 % adalah kadar air sebelum pengujian triaksial CU dan w 2 % adalah kadar air setelah percobaan triaksial CU serta tabel 4.3 yang menampilkan parameter geser tanah gambut Desa Tampan Riau. Perilaku kuat geser..., Andy Trisurya, FT UI, 28

41 Tabel 4.2. Nilai tegangan deviator kadar air pemadatan rencana 12% Tanah Gambut Desa Tampan Riau Kondisi I Kondisi II Swelling (%) 1,2 1,3 w 1 % 181,5 164,2 w 2 % 176,3 148,7 σ 3 = kpa 141,7 kpa 17,2 kpa σ 3 = 29,2 kpa 222,3 kpa σ 3 =3 kpa 269,2 kpa 266,6 kpa Tabel 4.3. Nilai M, q, dan Parameter Geser Kadar Air Pemadatan Rencana 12% Tanah Gambut Desa Tampan Riau Kondisi I Kondisi II w 1 % 181,5 164,2 w 2 % 176,3 148,7 M,6,4 q (kpa) 82,8 125 Φ ( o ) 16,3 11,8 c (kpa) 39,4 6,4 IV.3 HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN TRIAKSIAL CONSOLIDATED UNDRAINED TANAH GAMBUT DESA TAMPAN RIAU YANG DIPADATKAN PADA KADAR AIR RENCANA 14% Pada pengujian triaksial CU dengan kadar air rencana pemadatan 14% terdapat 3 kondisi persiapan benda uji, kondisi I adalah persiapan benda uji setelah dipadatkan direndam selama 4 hari, kondisi II adalah persiapan benda uji yang direndam selama 4 hari dan dikeringkan selama 4 hari. Untuk kondisi III, pengujian triaksial CU pada benda uji dilakukan setelah pemadatan tanpa perendaman. Pada kondisi I, tanah gambut Desa Tampan Riau dihamparkan hingga kadar air rencana 14% sebelum dipadatkan tetapi kenyataannya didapat kadar air pemadatan sebesar 143%. Sedangkan contoh tanah setelah dipadatkan dan direndam selama 4 hari, didapat sebesar 197,45%, kemudian sampel dicetak untuk pengujian triaksial CU. Pada kondisi II, tanah gambut Desa Tampan Riau dihamparkan hingga didapat kadar air rencana 14% sebelum dipadatkan didapat Perilaku kuat geser..., Andy Trisurya, FT UI, 28

42 kadar air sebesar 142,37%. Sedangkan contoh tanah setelah dipadatkan, direndam selama 4 hari dan dikeringkan selama 4 hari, didapat kadar air sebesar 171,8%, kemudian dicetak untuk pengujian triaksial CU. Pada kondisi III tanah gambut Desa Tampan Riau dihamparkan hingga didapat kadar air rencana 14% sebelum dipadatkan, tetapi kenyataannya didapat sebesar 134,26%, kemudian dilakukan pencetakan sampel untuk pengujian triaksial CU. IV.3.1 Analisa Hasil Uji Triaksial CU Untuk Kondisi I, II, dan III pada kadar air rencana pemadatan 14% Hasil pengujian untuk kondisi I, II, dan III ditampilkan dalam gambar 4.8 hingga gambar 4.16. Pada kondisi I terlihat dari gambar 4.8 bahwa tegangan deviator yang timbul semakin besar seiring nilai regangan yang semakin besar dan memilki titik maksimum. Setelah titik maksimum, kurva mengalami penurunan nilai tegangan deviator hingga konstan meskipun nilai regangannya terus membesar, hal ini menunjukkan bahwa pada tanah tersebut terdapat over consolidated. Kurva pada gambar 4.1 adalah hubungan perubahan tekanan pori terhadap regangan. Pada kondisi undrained, air pori tidak diperbolehkan mengalir keluar dari contoh tanah, sehingga saat diberikan beban, air pori turut memikul beban. Ini terlihat dari kurva di atas dimana air pori terus meningkat sampai pada titik tertentu akan kembali konstan. Pada Gambar 4.9 kurva hubungan tegangan deviator terhadap tegangan efektif pada tegangan konsolidasi isotropis sebesar kpa,, dan 3 kpa bergerak mengarah ke sumbu-x positif, lalu bergerak berlawanan arah dan kembali lagi kearah sumbu-x positif hingga terjadi keruntuhan. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat tegangan deviator masih bertambah, tegangan efektif sempat bergerak turun kemudian bergerak hampir konstan. Pada kondisi II ditampilkan pada gambar 4.11 dapat dilihat saat contoh tanah diberikan tegangan isotropis kpa, maka puncak keruntuhan tercapai saat regangan mencapai sekitar 11%. Sedangkan saat contoh tanah diberikan tegangan konsolidasi isotropis sebesar puncak keruntuhan tercapai regangan mencapai sekitar 9% tegangan konsolidasi isotropis sebesar 3 kpa keruntuhan Perilaku kuat geser..., Andy Trisurya, FT UI, 28

43 saat regangan mencapai sekitar 11% maka pada masing-masing kondisi tegangan konsolidasi isotropis puncak keruntuhan tercapai saat regangan mencapai sekitar 8% sampai 11%. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar tegangan konsolidasi isotropis maka tanah akan menjadi semakin kaku. Begitu pula semakin besar tegangan konsolidasi isotropis yang diberikan, maka akan membuat tanah menjadi lebih mampat. Hal ini yang menyebabkan bertambah besarnya kemampuan tanah dalam menahan beban aksial. Pada gambar 4.12 kurva hubungan tegangan deviator terhadap tegangan efektif pada tegangan konsolidasi isotropis sebesar kpa,, dan 3 kpa bergerak mengarah ke sumbu-x positif, lalu bergerak berlawanan arah dan kembali lagi kearah sumbu-x positif hingga terjadi keruntuhan. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat simpangan tegangan masih bertambah, tegangan efektif sempat bergerak turun kemudian bergerak hampir konstan. Pada gambar 4.13 kurva hubungan perubahan tekanan pori terhadap regangan menunjukkan bahwa semakin besar beban aksial yang diterima contoh tanah maka tekanan pori akan terus meningkat hingga titik tertentu seiring dengan pertambahan nilai regangan. Pada kondisi III terlihat dari gambar 4.14 bahwa tegangan deviator yang timbul semakin besar seiring nilai regangan yang semakin besar dan memilki titik maksimum. Setelah titik maksimum, kurva mengalami penurunan nilai tegangan deviator hingga konstan meskipun nilai regangannya terus membesar, hal ini menunjukkan bahwa pada tanah tersebut terdapat over consolidated. Kurva pada gambar 4.16 adalah hubungan perubahan tekanan pori terhadap regangan. Pada kondisi undrained, air pori tidak diperbolehkan mengalir keluar dari contoh tanah, sehingga saat diberikan beban, air pori turut memikul beban. Ini terlihat dari kurva di atas dimana air pori terus meningkat sampai pada titik tertentu akan kembali konstan. Pada Gambar 4.15 kurva hubungan tegangan deviator terhadap tegangan efektif pada tegangan konsolidasi isotropis sebesar kpa,, dan 3 kpa bergerak mengarah ke sumbu-x positif, lalu bergerak berlawanan arah dan kembali lagi kearah sumbu-x positif hingga terjadi keruntuhan. Semua parameter kuat geser yang didapat dari pengujian ini ditampilkan pada tabel 4.5. Perilaku kuat geser..., Andy Trisurya, FT UI, 28

44 3 Deviatory Stress (kpa) 25 2 15 kpa 3 kpa 5 2 4 6 8 1 12 14 16 Gambar 4.8. Kurva hubungan Tegangan Deviator Regangan pada Tanah Gambut Desa Tampan Riau yang dipadatkan pada kadar air rencana 14% - Kondisi I 2 Tegangan Deviator (kpa) 18 y =.4257x + 62.82 16 14 12 8 6 4 2 5 15 2 25 3 35 kpa 3 kpa Gambar 4.9. Kurva hubungan Tegangan Deviator Tegangan Efektif Regangan pada Tanah Gambut Desa Tampan Riau yang dipadatkan pada kadar air rencana 14% - Kondisi I 3 Perubahan Tekanan Air Pori (kpa) 25 2 15 5 ` kpa 3 kpa 2 4 6 8 1 12 14 Gambar 4.1. Kurva hubungan Perubahan Tekanan Air Pori Regangan pada Tanah Gambut Desa Tampan Riau yang dipadatkan pada kadar air rencana 14%- Kondisi I 16 Perilaku kuat geser..., Andy Trisurya, FT UI, 28

45 3 25 Deviatory Stress (kpa) 2 15 kpa 3 kpa 5 2 4 6 8 1 12 14 16 Gambar 4.11. Kurva hubungan Tegangan Deviator Regangan pada Tanah Gambut Desa Tampan Riau yang dipadatkan pada kadar air rencana 14% - Kondisi II 3 Tegangan Deviator (kpa) 25 2 15 5 y =.3968x + 141.8 kpa 3 ka 5 15 2 25 3 35 Gambar 4.12. Kurva hubungan Tegangan Deviator Tegangan Efektif pada Tanah Gambut Desa Tampan Riau yang dipadatkan pada kadar air rencana 14% - Kondisi II 3 Perubahan Tekanan Air Pori (kpa) 25 2 15 5 ` kpa 3 kpa 2 4 6 8 1 12 14 16 Gambar 4.13. Kurva hubungan Perubahan Tekanan Air Pori - Regangan pada Tanah Gambut Desa Tampan Riau yang dipadatkan pada kadar air rencana 14% - Kondisi II Perilaku kuat geser..., Andy Trisurya, FT UI, 28

46 3 25 Deviatory Stress (kpa) 2 15 kpa 3 kpa 5 2 4 6 8 1 Gambar 4.14. Kurva Hubungan Tegangan Deviator Regangan Tanah Gambut Desa Tampan Riau yang dipadatkan pada kadar air rencana 14% - Kondisi III 12 35 Tegangan Deviator (kpa) 3 25 2 15 5 y =.329x + 193.16 kpa 3 kpa 5 15 2 25 3 35 Gambar 4.15. Kurva Hubungan Tegangan Deviator - Tegangan Efektif Tanah Gambut Desa Tampan Riau yang dipadatkan pada kadar air rencana 14% - Kondisi III 3 Perubahan Tekanan Air Pori (kpa) 25 2 15 5 kpa 3 kpa 2 4 6 8 1 Gambar 4.16. Kurva Hubungan Perubahan Tekanan Air Pori Regangan Tanah Gambut Desa Tampan Riau yang dipadatkan pada kadar air rencana 14% - Kondisi III 12 Perilaku kuat geser..., Andy Trisurya, FT UI, 28

47 IV.3.2 Perbandingan Hasil Uji Kondisi I, II, dan III Untuk Kadar Air Pemadatan Rencana 14% Pada bagian ini akan dibahas hasil kondisi kadar air rencana pemadatan 14%. Pada contoh tanah dengan kadar air rencana pemadatan 14% ditampilkan pada gambar 4.8, gambar 4.11, dan gambar 4.14 yang menggambarkan kurva hubungan tegangan deviator terhadap regangan, dimana nilai tegangan deviator yang dimiliki kondisi III lebih besar daripada kondisi II dan nilai tegangan deviator yang dimiliki kondisi II lebih besar dari nilai tegangan deviator pada kondisi I karena kadar air yang dimiliki kondisi III lebih rendah daripada kondisi II dan kondisi I. Nilai tegangan deviator terbesar dimiliki oleh contoh tanah gambut Desa Tampan Riau kadar air rencana 14% kondisi III pada tegangan konsolidasi isotropis kpa sekitar 228 kpa dan yang terendah pada kondisi I kadar air rencana 14% pada tegangan konsolidasi isotropis kpa sekitar 98 kpa. Nilai tegangan deviator terbesar dimiliki oleh contoh tanah gambut Desa Tampan Riau kadar air rencana 14% kondisi III pada tegangan konsolidasi isotropis sekitar 27 kpa dan yang terendah pada kondisi I kadar air rencana 14% pada tegangan konsolidasi isotropis sekitar 136 kpa. Nilai tegangan deviator terbesar dimiliki oleh contoh tanah gambut Desa Tampan Riau kadar air rencana 14% kondisi III pada tegangan konsolidasi isotropis 3 kpa sekitar 291 kpa dan yang terendah pada kondisi I kadar air rencana 14% pada tegangan konsolidasi isotropis 3 kpa sekitar 183 kpa. Analisa hasil pengukuran kadar air tanah gambut Tampan Riau kadar air pemadatan 14% sebelum dilakukan pengujian triaksial CU memiliki nilai yang lebih tinggi daripada kadar air setelah pengujian triaksial CU. Hal ini disebabkan pada pengujian triaksial CU terdapat tahap kompresi setelah tahap konsolidasi. Penurunan nilai kadar air tersebut tidak terlalu signifikan yaitu kurang lebih 4%. Analisa potensi pengembangan (swelling) pada tanah gambut kadar air pemadatan 14% memiliki nilai,3 sampai,75 pada kondisi I, II, dan III, hal ini berarti sesuai dengan pengujian yang dilakukan oleh Siti Hadijah tahun 26 yaitu nilai swelling meningkat apabila kadar air pemadatan mendekati nilai optimum. Dapat Perilaku kuat geser..., Andy Trisurya, FT UI, 28

48 dilihat pada tabel 4.4 dimana w 1 % adalah kadar air sebelum pengujian triaksial CU dan w 2 % adalah kadar air setelah percobaan triaksial CU. Tabel 4.4. Nilai Tegangan Deviator Kadar Air Pemadatan Rencana 14% Tanah Gambut Desa Tampan Riau Kondisi I Kondisi II Kondisi III Swelling (%),33,63,75 w 1 % 197,45 171,8 134,26 w 2 % 194,1 166,9 131 σ 3 = kpa 98,22 kpa 177,77 kpa 227,85 kpa σ 3 = 135,63 kpa 224,62 kpa 27,27 kpa σ 3 =3 kpa 182,62 kpa 252,25 kpa 291,22 kpa Selanjutnya untuk kurva hubungan tegangan deviator terhadap tegangan efektif, contoh tanah dengan kadar air rencana pemadatan 14% dapat dilihat pada gambar 4.9, 4.12, dan 4.15. Semua kurva menggambarkan kemiripan yaitu bergerak ke sumbu-x positif kemudian ke sumbu-x negatif meskipun ada yang bergerak ke sumbu-x positif lagi. Hal ini menandakan apabila bergerak ke sumbux positif, nilai tegangan efektif terus bertambah tetapi apabila bergerak ke sumbux negatif maka nilai tegangan efektif akan berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat beban aksial masih bertambah, tegangan efektif bergerak turun. Perbedaan dari masing-masing kurva terletak dari persamaan garis yang didapat yang selanjutnya akan didapat parameter geser dari contoh tanah. Sampel yang diuji tidak homogen, ini akibat dari kandungan serat pada contoh tanah yang mengakibatkan kemampuan partikel tanah dalam menahan beban menjadi berkurang. Saat kurva bergerak kembali ke arah sumbu-x positif, partikel padat sudah dalam keadaan lebih mampat dan menyebabkan luas permukaan partikel tanah yang bertemu menjadi semakin besar. Hal tersebut menyebabkan tegangan efektif mengalami peningkatan kembali. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, didapat nilai M yaitu nilai gradien garis kondisi kritis kurva hubungan tegangan deviator tegangan efektif dan q o adalah pembebanan awal yang dialami contoh tanah akibat proses pemadatan serta parameter geser yang tercantum dalam tabel 4.5 Perilaku kuat geser..., Andy Trisurya, FT UI, 28

49 Tabel 4.5. Nilai M, q, dan Parameter Geser Kadar Air Pemadatan Rencana 14% Tanah Gambut Desa Tampan Riau Kondisi I Kondisi II Kondisi III w 1 (%) 197,45 171,8 134,26 M,42,39,32 q (kpa) 62 141 193 Φ ( ) 11,46 1,7 8,76 c (kpa) 29,98 68,3 94,6 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai M terbesar dimiliki oleh tanah gambut Desa Tampan Riau kadar air pemadatan 14% kondisi I yaitu,42 dan paling kecil dimiliki tanah gambut dengan kondisi III kadar air rencana pemadatan 14% yaitu,32. Hal ini tidak mengindikasikan bahwa semakin besar nilai M semakin mampu menahan regangan aksial. Nilai M yang semakin besar juga menandakan lintasan kritis yang semakin curam, hal ini berarti sampel tanah semakin tidak mudah mengalami keruntuhan. Sebaliknya semakin rendah nilai M maka lintasan kritis semakin landai yang menandakan contoh tanah semakin mudah runtuh. Dari tabel 4.5 didapat nilai q yaitu pembebanan awal untuk kadar air rencana 14%, nilai q untuk kondisi I didapat paling kecil yaitu 62 kpa sedangkan nilai q paling besar terjadi pada sampel tanah kondisi III yaitu 193 kpa. Dari tabel 4.5, besarnya sudut geser efektif Φ contoh tanah dengan kadar air rencana 14% kondisi I lebih besar daripada kondisi II dan III. Untuk nilai kohesi c pada sampel tanah kondisi III paling besar yaitu 94,6 kpa sedangkan nilai kohesi paling kecil yaitu pada kondisi I yaiu 29,98 kpa. Nilai kohesi tanah gambut Desa Tampan Riau semakin mengecil seiring dengan bertambahnya kadar air. Pada tanah gambut, yang berperan menahan tegangan geser adalah bagian yang memiliki kohesi dan kepadatan butiran. Jadi semakin tinggi nilai kohesinya maka akan semakin baik menahan tegangan geser. Pada kurva hubungan perubahan tekanan air pori terhadap regangan pada kadar air pemadatan 14% dapat dilihat pada gambar 4.1, gambar 4.13, dan 4.16 dimana dari kurva-kurva tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi undrained, air pori tidak diperbolehkan mengalir keluar dari contoh tanah, sehingga saat diberikan beban, air pori turut memikul beban. Kondisi ini dapat dibuktikan dari Perilaku kuat geser..., Andy Trisurya, FT UI, 28

5 bentuk kurva yang semakin meningkat seiring peningkatan nilai regangan. Hal inilah yang menjadikan tekanan air pori terus meningkat sampai pada kondisi air pori tidak mampu lagi menahan beban yang diberikan. Pada perbandingan kurva stress path, pergerakan lintasan tegangan ke arah sumbu-x positif pada tanah gambut Tampan Riau yang dipadatkan kondisi III mengalami overconsolidated sangat besar karena bentuk lengkungannya yang condong ke kanan, apabila dibandingkan dengan kondisi I lintasan tegangan mulai mengalami normally consolidated yang ditandai dengan pergerakan lintasan teangan condong ke kiri, hal ini dipengaruhi oleh proses perendaman sampel tanah setelah dipadatkan, sedangkan kondisi III tidak mengalami perendaman. Selanjutnya apabila dilihat dari pergerakan lintasan tegangan pada kondisi II, menunjukkan sampel tanah mengalami overconsolidated lalu bergerak berlawanan yang menunjukkan tanah mengalami normally consolidated selanjutnya kecenderungan stress path seakan-akan bergerak vertikal. Hal ini disebabkan karena pada kondisi II sampel tanah mengalami perendaman setelah itu mengalami pengeringan setelah dipadatkan. Peristiwa ini berlaku untuk kedua kadar air 12% dan 14% dengan tegangan sel yang diberikan kpa,, dan 3 kpa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar 4.17. Perilaku kuat geser..., Andy Trisurya, FT UI, 28

51 2 3 Tegangan Deviator (kpa) 18 16 14 12 8 6 4 2 y =.4257x + 62.82 kpa 3 kpa Tegangan deviator (kpa) 25 2 15 5 y =.6177x + 82.81 kpa 3 kpa 5 15 2 25 3 35 5 15 2 25 3 35 Kadar air 14% Kondisi I Kadar air 12 % Kondisi I 3 Tegangan Deviator (kpa) 25 2 15 5 y =.3968x + 141.8 kpa 3 ka 5 15 2 25 3 35 Kadar air 14% Kondisi II 35 Tegangan Deviator (kpa) 3 25 2 15 5 y =.329x + 193.16 kpa 3 kpa 5 15 2 25 3 35 Kadar air 14% Kondisi III 3 Tegangan Deviator (kpa) 25 2 15 5 y =.442x + 125.25 kpa 3 kpa 5 15 2 25 3 35 Kadar air 12% kondisi I Gambar 4.17. Perbandingan kurva stress path tanah gambut Tampan Riau Perilaku kuat geser..., Andy Trisurya, FT UI, 28