BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari- hari. Lesunya pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil, telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar akhir-akhir ini

HUBUNGAN ANTARA MOTIF BERPRESTASI DENGAN INTENSI BERWIRASWASTA PADA MAHASISWA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

IRRA MAYASARI F

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Indonesia dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

Oleh : Pengaruh kreatifitas siswa dan prestasi belajar mata diklat produktif terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Mohamad Abdul Rasyid Ridho, 2013

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

Menumbuhkan dan Mengembangkan Jiwa Wirausaha Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. menitikberatkan pada konsep risiko (Sumarsono, 2013). Kemudian pada abad 18

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan di tengah masyarakat modern memiliki tingkat persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

SAMBUTAN REKTOR. Malang, Maret 2015 a.n. Rektor Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, TTD. Prof. Dr. Ir. Arief Prajitno, MS

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk mendapatkan peluang kerja yang kian terbatas. Bukan saja yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

PENGARUH MODAL DAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP LABA USAHA PEDAGANG KAIN

PENGARUH BESARAN MODAL DAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP LABA USAHA PADA CELLULER PHONE

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

KARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

I. PENDAHULUAN. Teknologi (IPTEK) yang semakin kompleks di berbagai bidang kehidupan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

RITA PATRIASIH, S.Pd., M.Si Prodi Pend Tata Boga PKK FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan kerja terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

I. PENDAHULUAN. kerja dengan penawaran angkatan kerja yang tersedia. upaya menumbuhkembangkan kewiraswastaan kepada masyarakat luas

Modul ke: Kewirausahaan I

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

KOMPETENSI DASAR DARI MK. KEWIRAUSAHAAN SISTEMIK DAN ILMIAH 2). MENJADI WIRAUSAHAWAN YANG BERBASIS ILMU PENGETAHUAN, DENGAN MODAL BISNIS.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. salah satu subtansi yang diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan. bahwa:

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sarjana banyak yang memilih untuk menganggur daripada menjalani pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pegawai atau karyawan perusahaan swasta. Setiap lulusan Perguruan Tinggi sudah tentu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. menuju keadaan yang lebih baik pada kurun waktu tertentu dan dengan adanya. pembangunan ekonomi dari suatu negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pengangguran di Indonesia sekarang ini terus bertambah,

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN jumlah pengangguran terdidik meningkat, yaitu sebanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Agustus 1945, pemerintah bersama masyarakat mulai mengisi kemerdekaan

manusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia mempunyai dampak besar dalam kehidupan masyarakat untuk mendapatkan penghasilan sebagai biaya kehidupan sehari- hari. Lesunya pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil, telah mendorong terciptanya penganggur baru bagi 2.000 4.000 orang setiap hari (Kompas, 15 November 2009). Seiring dengan semakin bertambahnya penduduk dan tenaga kerja, maka dibutuhkan pula penambahan jumlah lapangan kerja. Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan bagi satu orang memerlukan biaya lima juta rupiah (Sumahamijaya, 1980). Sedemikian besar pengeluaran yang harus ditanggung oleh pemerintah, padahal dengan bertambahnya penduduk dan tenaga kerja maka tidak mungkin pemerintah untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang dapat menampung semua angkatan kerja yang ada. Pemikiran yang kreatif dan inovatif dari para pencari kerja harus lebih banyak dikembangkan guna menciptakan lapangan kerja baru. Oleh karena itu semakin terasa pentingnya bidang kewiraswastaan untuk menanggulangi masalah tersebut (Sumanto, 1999). Beberapa permasalahan yang menarik perhatian, bersifat mendesak dan perlu penanganan secepatnya di Indonesia antara lain adalah masalah pengangguran dan dan setengah pengangguran, khususnya pengangguran terdidik output Pendidikan Tinggi. 1

2 Jumlah penganggur dan setengah pengangguran terdidik bertumbuh dengan cepat hal ini sebagai akibat dari ketidak seimbangan antara suplai tenaga kerja output perguruan tinggi dengan kesempatan kerja yang tersedia. Jumlah lulusan Perguruan Tinggi di Indonesia yang berstatus penganggur terbuka pada tahun 2012 adalah sebanyak 634.990, mereka terdiri dari lulusan. D I/II/III/akademi sebanyak 196.780 orang dan Universitas sebanyak 438.210 orang. Jumlah lulusan Perguruan Tinggi di Indonesia yang masuk kedalam kelompok setengah penganggur (bekerja dibawah jam kerja normal atau kurang dari 35 jam perminggu) pada tahun 2012 (Sakernas 2012) jumlahnya bahkan lebih besar lagi. Untuk lulusan D I/II/III/akademi sebanyak 687.944 orang dan Universitas sebanyak 1.662.512 orang. Jumlah pengangguran ini disatu sisi, mengindikasikan banyaknya output perguruan tinggi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja, disisi lain bisa juga menggambarkan rendahnya kesempatan kerja baru dan rendahnya penciptaan lapangan kerja baru sebagai akibat aktifitas produksi, aktifitas usaha dan atau semangat wirausaha yang rendah.. Saat ini Indonesia kekurangan sumber daya manusia wirausahawan atau pencipta kerja sementara disisi lain kelebihan sumber daya manusia pencari kerja, sehingga solusi utama yang perlu dilakukan adalah menciptakan sebanyak - banyaknya sumber daya manusia pencipta kerja yang bisa menjadi solusi bagi dirinya sendiri, solusi bagi orang lain, solusi bagi kekayaan alam yang belum terkelola dengan baik dan solusi bagi masyarakat dan Pemerintah. Senior Marketing Communication JobStreet.com Ade Wisnu Brata mengatakan, banyak perusahaan mengeluh rendahnya soft skills, seperti

3 kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, kepercayaan diri, dan tanggung jawab para pelamar kerja. Selain itu, pencari kerja baru (sarjana baru) sering kali berharap segera punya fasilitas kerja dan posisi baik secara cepat. Banyak pencari kerja tidak bisa mempertanggungjawabkan apa yang ada di CV-nya. Kompetensinya ternyata tidak seperti kenyataan. Saat ini tercatat 1,5 juta pencari kerja di JobStreet.com. Apabila kita amati di Indonesia banyak sekali Perguruan Tinggi yang mempunyai Fakultas atau Kejuruan yang menghasilkan sarjana ilmu terapan, seperti Fakultas Pertanian, Peternakan, Teknik Elektro, Teknik Mesin, Perkebunan, Perikanan dan lain lain. Jika para mahasiswanya maupun para Dosen pada waktu kuliah pada Tingkat DIII, SI, S2 dan S3 diwajibkan melakukan penelitian untuk kemudian menyusun laporan, Skripsi, Thesis, Disertasi dan sebagainya, maka tentunya sudah sedemikian banyak hasil penelitian yang dihasilkan. Jika saja hasil penelitian tersebut dibisniskan, dipatenkan dan diproduksi secara masal maka berapa banyak uang yang dihasilkan?, berapa banyak peningkatan daya beli mereka? berapa banyak tenaga kerja yang terserap? Berapa banyak orang miskin yang berhasil dientaskan? dan berapa banyak fasilitas masyarakat yang dapat dibangun? Mengapa para Ahli Madya (DIII), Sarjana, Master dan Doktor tersebut merelakan hasil penelitian, inovasi dan hasil pemikirannya yang dilakukan dengan susah payah memeras keringat, otak dan biaya untuk hanya ditukarkan dan dihargai dengan selembar ijasah DIII, S1, S2, S3? Jawabannya adalah karena

4 kurangnya semangat jiwa wirausaha dikalangan pendidikan tinggi kita (karena kewirausahaan memang kurang gencar diajarkan dalam kurikulum pendidikan). Lalu sampai kapan butiran butiran berlian hasil penelitian tersebut tersimpan dilaci para peneliti? atau tersimpan dirak rak perpustakaan kampus sebagai pajangan atau dokumentasi bahwa penyusun karya ilmiah tersebut layak menyandang gelar sebagai Ahli Madya, Sarjana, Master atau Doctor? Jawabannya tentu, sudah saatnya dunia perguruan tinggi mulai mengembangkan semangat wirausahawan inovatif dengan mengajak pada dosen dan mahasiswa di Fakultas dan Kejuruan Ilmu Terapan untuk mengembangkan ilmunya kearah inovasi inovasi produk dengan dijiwai semangat wirausaha sehingga produknya bukan saja bermanfaat dunia pendidikan, akan tetapi juga memiliki nilai jual sehingga dapat dibisniskan sehingga nantinya akan memberikan sumbangan besar bagi masyarakat, bangsa dan negara. Ratih Ibrahim, psikolog pendidikan, mengatakan persaingan terbesar generasi muda masa kini adalah persaingan global. Untuk mencapai kesuksesan, diperlukan modal yakni kepercayaan diri, mimpi, passion, dan sikap. Untuk itu, dari sejak bangku kuliah, mahasiswa haruslah dipersiapkan dengan segala hal yang berhubungan dengan dunia kerja sehingga nantinya akan menjadi pekerja siap pakai, intelektual, dan kompetitif dengan para pekerja asing. Dukungan pendidikan yang terbaik, keterampilan yang mumpuni dan kepercayaan diri akan menghasilkan para mahasiswa yang siap terjun ke dunia kerja.

5 Generasi muda termasuk mahasiswa dianggap sebagai agen perubahan pembangunan. Mahasiswa adalah salah satu sumber daya yang potensial yang memiliki pengetahuan dan kompetensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan SMA. Wiraswasta merupakan alternatif pilihan yang cukup tepat bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensinya. Mahasiswa merupakan bagian kelompok masyarakat yang dinamis, artinya mahasiswa dapat mengikuti perubahan yang terjadi dalam masyarakat, dan dengan kapasitas intelektualnya mahasiswa mampu mengembangkan diri. Di sisi lain, ide-ide besar yang membawa perubahan dalam kehidupan manusia sebenarnya lahir dari keprihatinan orang-orang yang termotivasi untuk meringankan beban antar sesama manusia. Orang-orang inilah yang mempunyai obsesi bagaimana memberikan karya terbaik bagi kesejahteraan manusia. Bila orang telah berpikir seperti itu berarti telah menyimpan bakat kewirausahaan (Baumassepe, 2001). Mahasiswa melakukan kegiatan-kegiatan pada organisasi kemahasiswaan baik pada tingkat universitas, fakultas maupun jurusan. Didalam organisasi kemahasiswaan tersebut, mahasiswa melaksanakan kegiatan yang terkait dengan kemahasiswaan atau pihak luar. Mahasiswa melakukan beberapa kegiatan misalnya menentukan rencana, membuat proposal, rencana kerja, upaya memperoleh pendanaan. Dalam konteks pendanaan kegiatan, mahasiswa telah melakukan kerja sama dengan pihak sponsor yang berminat dan saling menguntungkan terhadap kegiatan tersebut. Dari contoh di atas telah mencerminkan ciri ciri wiraswasta seperti kreatif, mampu bekerja sama, mempunyai visi ke depan, dan berani mengambil resiko.

6 Mahasiswa pada segi usia sudah bukan remaja lagi, mereka berada masa peralihan menuju masa dewasa. Mahasiswa juga memiliki motif berprestasi yang tinggi. Hal ini ditunjukan antara lain : Mahasiswa berusaha mendapatkan IPK yang baik dengan belajar keras, mengulangi mata kuliah yang jelek walau sudah mengulangi beberapa kali tetap dilakukan untuk mendapatkan nilai yang baik, mengikuti berbagai macam lomba-lomba seperti karya ilmiah, pertandingan olahraga, karya seni baik itu tingkat kota, propinsi bahkan sampai tingkat nasional. Mahasiswa melakukan semua ini berusaha agar dapat memperoleh prestasi yang lebih baik bagi dirinya dan dapat bersaing lebih baik dari temanteman mahasiswa lainya. Hal ini ia lakukan karena dengan berprestasi yang baik akan memberikan kepuasan tersendiri baginya. Mc Clelland (1987) menyatakan bahwa golongan wiraswastawan yang memiliki Need for Achivement atau motif berprestasi yang tinggi ialah para wiraswastawan yang berhasil. Sebaliknya ia tidak menemukan adanya manager yang memiliki Need for Achievement atau motif berprestasi yang tinggi. Motif berprestasi yaitu kebutuhan untuk memperoleh suatu hasil atau prestasi yang lebih, dan melakukan sesuatu dengan lebih cepat dan efisien. Selain itu memiliki kebijakan pribadi, kebijakan sosial dan perhatian pada kesejahteraan orang lain. Pendapat dan studi pengantar yang telah dikemukakan menyatakan bahwa motif berprestasi sangat penting dalam mewujudkan kewiraswastaan dikalangan mahasiswa. Pada kenyataannya mahasiswa memang sudah memiliki kriteria tersebut, tetapi intensi berwiraswastanya kurang di kalangan mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa lebih fokus pada keinginan mendapat pekerjaan pada badan

7 usaha milik pemerintah atau swasta setelah menyelesaikan pendidikan, artinya bekerja pada orang lain. Orientasi pada mencari kerja bukan pada memberi pekerjaan mengesankan bahwa bidang wiraswasta kurang dapat menyentuh intensi para mahasiswa. Kondisi yang terjadi di lapangan masih banyak ditemui mahasiswa ataupun lulusan perguruan tinggi yang kurang siap bersaing dalam merebut pasar pekerjaan yang ada. Sebagai konsekuensinya banyak tenaga terdidik yang menganggur. Nampaknya wiraswasta yang sebenarnya mampu menjadi pilihan pekerjaan belum mampu menarik sebagian mahasiswa untuk bergelut didalamnya. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka peneliti ingin mengetahui adakah hubungan antara motif berprestasi dengan intensi berwiraswasta pada kalangan mahasiswa? Untuk itulah peneliti mencoba melakukan penelitian dengan judul : Hubungan Antara Motif Berprestasi Dengan Intensi Berwiraswasta Di Kalangan Mahasiswa. B.Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Hubungan antara motif berprestasi dengan intensi berwiraswasta 2. Tingkat motif berprestasi pada subyek penelitian 3. Tingkat intensi berwiraswasta pada subyek penelitian 4. Sumbangan efektif motif berprestasi terhadap intensi berwiraswasta.

8 C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Bagi ilmuwan psikologi diharapkan dengan penelitian ini dapat memperdalam. Memperkaya dan mengembangkan khasanah keilmuan psikologi, khususnya psikologi pendidikan dan industri. b. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kerangka pemikiran pada penelitian yang akan datang. 2. Manfaat praktis a. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan dasar acuan sebagai pelecut bagi mahasiswa tentang pentingnya mental berwiraswasta yang handal sehingga nantinya siap bersaing dalam dunia kerja yang sangat kompetitif. b. Bagi pihak kampus dan instansi instansi pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan khusus dalam membuat kebijakan tentang sistem pendidikan / perkuliahan sehingga dapat mencetak lulusan yang berjiwa entrepreneur.