I. PENDAHULUAN. daerah yang dibagi atas perangkat daerah provinsi dan kabupaten/kota. Perangkat

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. daerah memiliki perangkat masing-masing baik di tingkat provinsi maupu di

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 ayat (2) menegaskan bahwa Pemerintah daerah mengatur dan mengurus

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA VERTIKAL

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, maupun kemasyarakatan maupun tugas-tugas pembantuan yang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pelayanan menjadi bahasan yang penting dalam penyelenggaraan

I. PENDAHULUAN. susunan pemerintahnya ditetapkan dengan undang-undang. Penyelenggaraan. dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara kesatuan, seperti yang terdapat dalam Undang-Undang

PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 70 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN WEWENANG BUPATI KEPADA CAMAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I P E N D A H U L U A N

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG MASALAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok. kemudian disempurnakan menjadi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

APA ITU DAERAH OTONOM?

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 Tahun 2010 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 7 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2001 TENTANG PELAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 52 TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kecamatan adalah sebuah pembagian wilayah administratif negara

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2001 TENTANG PELAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. UMUM. Dalam...

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah. Karena otonomi daerah itu sendiri adalah hak, wewenang, dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 05 TAHUN 2008

Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 2000 Tentang : Pedoman Organisasi Perangkat Daerah

Membanguan Keterpaduan Program Legislasi Nasional dan Daerah. Oleh : Ketua Asosiasi DPRD Provinsi Seluruh Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1/10 PELAYANAN RAMAH ANAK DALAM MENDUKUNG PELAYANAN PATEN DI KECAMATAN SEMARANG BARAT KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara yuridis, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. yang berpedoman pada peraturan pemerintah (PP). Kecamatan dipimpin oleh. Camat juga bertugas melaksanakan tugas umum pemerintahan.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

FUNGSI DAN TUGAS KECAMATAN BOJONGLOA KIDUL KOTA BANDUNG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2005

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PENGATURAN KECAMATAN DALAM PELAKSANAAN TUGAS PEMERINTAHAN DI KECAMATAN MEDAN JOHOR

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN KOTA SAMARINDA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 6 TAHUN 1988 TENTANG KOORDINASI KEGIATAN INSTANSI VERTIKAL DI DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INTISARI PP NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN OLEH : SADU WASISTIONO

Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Kecamatan Bandung Kidul Kota Bandung

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

Panduan diskusi kelompok

pada masa sekarang ini. Masyarakat masih memandang kinerja dari birokrasi publik pada

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi desentralisasi menandai proses demokratisasi di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan penyelesaian yang komprehensif. Hipotesis seperti itu secara kualitatif

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan

SKRIPSI. Pemekaran Nagari Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Pemerintahan Nagari

PEMERINTAH KABUPATEN WAROPEN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 27 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN BALIKPAPAN KOTA DALAM WILAYAH KOTA BALIKPAPAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan satu aspek yang penting dalam kehidupan. negara serta wujud dari upaya negara dalam memenuhi kepentingan

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

IV. GAMBARAN UMUM. Pada penelitian ini dilakukan di daerah Kota Bandar Lampung, dimana. wilayah km² dengan batas wilayah sebagai berikut :

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2008 NOMOR 18 SERI D

PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 02 TAHUN 2008

PERATURAN BUPATI KARAWANG

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POLA ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES

2012, No , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KERANGKA NASIONAL PENG

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan Daerah terdiri dari pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten/kota dan pemerintahan desa yang tersirat dalam Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dilaksanakan dengan prinsip otonomi daerah dan tugas pembantuan. Prinsip otonomi daerah adalah asas dekonsentrasi dan desentralisasi. Desentralisasi dalam UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 7 mengartikan desentraliasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penyelenggaraan urusan daerah oleh pemerintah daerah dibantu oleh perangkat daerah yang dibagi atas perangkat daerah provinsi dan kabupaten/kota. Perangkat daerah kabupaten/kota salah satunya adalah kecamatan. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 126 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten/kota dengan Perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Kecamatan dipimpin oleh camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.

2 Ditengah semangat membangun otonomi, adalah hal ironis bahwa kewenangan dan sumber daya besar yang dimiliki Kabupaten/Kota kurang berdampak pada pemberdayaan Kecamatan dan Kelurahan. Padahal Kecamatan dan Kelurahan inilah yang semestinya diposisikan sebagai ujung tombak pelayanan kepada masyarakat. Otonomi boleh saja menjadi domein Pemkab/Pemkot, namun front line dari sebagian fungsi pelayanan mestinya diserahkan kepada Kecamatan dan Kelurahan, disamping kepada Dinas Daerah. Dengan demikian, Pemkab/Pemkot perlu lebih mengedepankan fungsi-fungsi steering seperti koordinasi, pembinaan, fasilitasi, dan pengendalian, dari pada fungsi penyelenggaraan langsung suatu urusan. Secara hirarkis dalam Pemerintahan Daerah, camat merupakan pejabat administratif yang melaksanakan pelimpahan sebagian kewenangan dari bupati/walikota. Camat membantu penyelenggaraan pemerintahan kabupaten/kota yang diatur dalam peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangannya. Camat dalam melaksanakan tugasnya dapat mengeluarkan peraturan-peraturan yang bersifat administratif. Camat dalam menjalankan tugastugasnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 126 ayat (2) dan ayat (3) UU No 32 Tahun 2004 dibantu oleh perangkat kecamatan dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah kabupaten/kota. Pemerintahan kabupaten dalam penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah dibantu oleh perangkat daerah. Camat yang sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang sebagai kepala administrasi di tingkat kecamatan menerima pelimpahan sebagaian kewenangan pemerintahan dari bupati. Sebagai tindak

3 lanjut dari ketentuan tersebut maka di Lampung Selatan dibentuklah Peraturan Daerah Lampung Selatan No 43 tahun 2000 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Kelurahan Se-Kabupaten Lampung Selatan (Perda No. 43 Tahun 2000). Atas peraturan daerah tersebut dikeluarkanlah Keputusan Bupati Lampung Selatan No. 28 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Kecamatan Lampung Selatan. Camat yang memiliki posisi penting sebagai perangkat daerah untuk membantu penyelenggraan urusan daerah menentukan kesuksesan pembangunan daerah di era otonomi daerah. Otonomi daerah yang masih memilki kelemahan dalam pelaksanaannya akan berpengaruh pada kinerja camat dalam melaksanakan tugasnya di pemerintah kecamatan. Menurut Josef Riwu Kaho, 1 Desentralisasi yang merupakan bentuk dari Otonomi daerah memiliki beberapa kelemahan, yaitu: 1. Besarnya organ-organ pemerintahan, maka struktur pemerintahan bertambah kompleks yang mempersulit koordinasi; 2. Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam kepentingan dan daerah dapat lebih mudah terganggu; 3. Khususnya mengenai desentralisasi teritorial, dapat mendorong timbulnya apa yang disebut daerahisme atau provinsialisme; 4. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama, karena memerlukan perundingan yang bertele-tele; 1 Kaho, Josef Riwu, 1997, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. hlm 167.

4 5. Dalam penyelenggaraan desentralisasi, diperlukan biaya yang lebih banyak dan sulit memperoleh keseragaman/uniformitas dan kesederhanaan. Kelemahan-kelemahan dari otonomi daerah tersebut akan memengaruhi pelaksanaan otonomi daerah. Camat sebagai pejabat administratif dalam pelaksanaan otonomi daerah harus mampu melaksanakan pelayanan publik dan urusan pemerintahan di tingkat kecamatan. Kewenangan tersebut ditentukan oleh bagaimana bupati atau walikota mendelegasikan kewenangan kepada camat. Masalahnya, di hampir semua daerah di Indonesia camat belum mendapatkan delegasi kewenangan dari bupati atau wali kota secara maksimal. Pemerintah daerah cenderung mengedepankan logika sektoral dan belum mampu memberdayakan kecamatan dalam logika kewilayahan. Sebagian besar kewenangan lebih banyak dimiliki instansi sektoral. Hal ini diperparah dengan tidak mudahnya membuka kesediaan instansi sektoral untuk berbagi kewenangan dengan kecamatan karena terkait dengan pembagian sumber daya. Meski ada komitmen menguatkan kelembagaan kecamatan, dalam praktiknya pemerintah daerah masih menemukan masalah dalam dua hal yaitu: 2 Pertama, masih lemahnya pembagian urusan dari instansi sektoral ke kecamatan. Kedua, adanya kecenderungan untuk melakukan pengaturan kelembagaan kecamatan yang seragam sehingga gagal merespons kebutuhan dan konteks lokal kecamatan. Faktor-faktor tersebut akan berpengaruh besar terhadap peran camat dalam pemerintahan tingkat kecamatan. Baik kedudukannya sebagai pelaksana pelayanan publik maupun urusan pemerintahan umum di tingkat kecamatan. Jika 2 http://www.kompas.com/menata-ulang-kelembagaan-kecamatan/, diakses tanggal 20 Maret 2010, 20:35.

5 salah satu dari faktor tersebut tidak ada maka camat dalam melaksanakan tugas, fungsi dan kewenangannya akan berjalan pincang. Selain itu pemenuhan dari beberapa faktor diatas juga akan berpengaruh pada siap tidaknya daerah untuk melaksanakan otonomi daerah. Karena pemekaran daerah yang bertujuan untuk pembentukan otonomi daerah merupakan salah satu dinamika pembangunan daerah yang dapat memberi pengaruh terhadap kinerja camat di daerah. Selain itu kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang kepada camat membatasi ruang kerja camat, karena kewenangan camat tergantung kepada pendelegasian kewenangan yang diberikan oleh bupati/walikota. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai dengan 6 Lintang Selatan. Mengingat letak yang demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia merupakan daerah tropis. Kabupaten Lampung Selatan bagian selatan meruncing dan mempunyai sebuah teluk besar yaitu Teluk Lampung. Di Teluk Lampung terdapat sebuah pelabuhan yaitu Pelabuhan Panjang dimana kapal-kapal dalam dan luar negeri dapat merapat. Secara umum pelabuhan ini merupakan faktor yang sangat penting bagi kegiatan ekonomi penduduk Lampung, terutama penduduk Lampung Selatan. Pelabuhan ini sejak tahun 1982 termasuk dalam wilayah Kota Bandar Lampung. Dari studi kabupaten di Lampung Selatan, yang salah satunya adalah Kecamatan Katibung, ternyata ada sebagian informan merasa bahwa lembaga kecamatan masih diperlukan. Ada alasan yang dikemukakan oleh berbagai pihak untuk

6 mendukung keberadaan bahkan penguatan kecamatan. Wakil Bupati Kabupaten Lampung Selatan Eki Setyanto misalnya yang mengajukan beberapa alasan mengapa camat/kecamatan masih diperlukan, salah satunya dari segi manajemen dengan adanya jumlah desa yang mencapai ratusan dalam kabupaten apakah bisa langsung ke Bupati tanpa ada Kecamatan yang tentunya hal ini akan sangat berat. Selain itu dari segi pembagian wilayah perlu adanya penajaman kewilayahan yang memerlukan adanya pihak yang lebih dekat ada di lapangan dan hubungan emosional antara warga dalam satu wilayah kecamatan yang tidak mudah untuk dihapukan begitu saja. Pada kenyataan yang ada dilapangan pun, seperti yang diungkapkan oleh wakil Bupati di Kabupaten Lampung selatan, dengan adanya camat lebih mudah untuk dapat mengkoordinir desa, mengingat luasnya Kabupaten Lampung Selatan, pihak bupati dan wakilnya akan merasa terbantu dengan adanya camat. 3 Berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya tugas dan fungsi camat dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul : Analisis Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Camat Dalam Pemerintahan Daerah (Studi di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan). B. Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 3 http://www.pelitaonline.com/read-cetak/13514/rapat-forkopinda-kabupaten-lampung-selatan diakses 27 Januari 2012 pukul 23:06.

7 a. Analisis masalah-masalah apa saja yang dihadapi camat dalam melakukan tugas, fungsi dan tata kerja dalam Pemerintahan Daerah di kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan? b. Apakah faktor pendukung dan penghambat camat dalam melaksanakan tugastugas Pemerintahan Daerah khususnya di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan? 2. Ruang Lingkup Penelitian Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di Kantor Camat Katibung Lampung Selatan. Sedangkan lingkup pembahasan dalam penelitian ini hanya terbatas pada tugas, fungsi dan tata kerja dalam Pemerintahan Daerah di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan serta faktor pendukung dan penghambat camat dalam melaksanakan tugas-tugas Pemerintahan. Sedangkan lingkup bidang ilmu adalah bidang hukum administrasi negara. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi camat dalam melakukan tugas, fungsi dan tata kerja dalam Pemerintahan Daerah di kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan. b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat camat dalam melaksanakan tugas-tugas Pemerintahan Daerah khususnya di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan.

8 D. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah : a. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan demi pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kedudukan camat dalam Pemerintahan Daerah. b. Kegunaan Praktis 1) Sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam tugas, fungsi dan tata kerja camat. 2) Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.