PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 02/P/BPH Migas/XII/2004 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 01/P/BPH Migas/XII/2004 TENTANG

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 11/P/BPH Migas/I/2007 TENTANG

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 05/P/BPH Migas/III/2005 TENTANG

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 04 /P/BPH MIGAS/II/2005 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 03/P/BPH MIGAS/I/2005 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Gas Bumi. Pipa. Transmisi. Badan Usaha. Wilayah Jaringan. Kegiatan.

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 15/P/BPH MigasNI1/2008 TENTANG

2016, No MIGAS/Kom/2016 tanggal 26 September 2016 menyepakati untuk mengganti Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 12/P/BP

BADAN PENGATUR HIUR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HIUR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR: 16/P/BPH MigasNII/2008 TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLlK INDONESIA

2017, No khususnya untuk sektor Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil; c. bahwa sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 34 ayat (2) dan ayat (3) Peratu

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 09/P/BPH Migas/XII/2005 TENTANG

2017, No Distribusi Gas Bumi untuk Rumah Tangga yang Dibangun oleh Pemerintah, Badan Usaha wajib mengusulkan harga jual Gas Bumi untuk Rumah Ta

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 07/P/BPH MIGAS/IX/2005 TENTANG

FUNGSI, TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BPH MIGAS (SECARA UMUM)

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 10/P/BPH Migas/II/2006 TENTANG

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 06/P/BPH Migas/III/2005 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 17/P/BPH Migas/VIII/2008 TENTANG

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengatur

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 18/P/BPH Migas/V/2009 TENTANG

2015, No d. bahwa telah dilaksanakan Sidang Komite pada hari Rabu tanggal 12 Agustus 2015 sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Nomor 26/BA-S

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005.

2016, No Distribusi Gas Bumi untuk Rumah Tangga yang Dibangun oleh Pemerintah, Badan Usaha wajib mengusulkan harga jual Gas Bumi untuk Rumah Ta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2002 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar 1945;

2017, No c. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 5 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tenta

2017, No pada hari Selasa tanggal 22 Agustus 2017 sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Nomor 03/BA-Sid/BPH Migas/Kom/2017 tanggal 22 Agustu

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 13/P/BPH MIGAS/IV/2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No d. bahwa Badan Pengatur telah melakukan evaluasi terhadap usulan harga jual gas PT Pertagas Niaga melalui Surat President Director Nom

2016, No c. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 5 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tenta

I':IPH M'Gp...So BADAN PENGATUR HILIR MINY AK DAN GAS BUMI

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengatur

MENTERI ENEREI BAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLlK INDONESIA

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI REPUBLIK INDONESIA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI REPUBLIK INDONESIA

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BPH MIGAS. Bahan Bakar Minyak. Tertentu. Jenis. Penyalur. Pendaftaran.

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

2016, No ) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Pe

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADANPENGATURHILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR: 14/P/BPH MigasllV/2008 TENTANG

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Penyediaan. Pendistribusian. LPG.

2 Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga Yang Dibangun Oleh Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (

2012, No.28 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan te

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Izin Usaha Niaga Gas Bumi Yang Memiliki Fasilitas Jaringan Distribusi PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA GAS BUMI MELALUI PIPA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

2 Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0044 TAHUN 2005.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

: 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

5^nu MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI

2017, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2009 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

MENlERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

2014, No Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA GAS BUMI MELALUI PIPA (TRADER)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkand

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PANAS BUMI UNTUK PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar 1945;

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERi ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2017

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

Izin Usaha Niaga Umum Bahan Bakar Gas (BBG/CNG) PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA UMUM BBG-CNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi (L

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG KEGIATAN PENYALURAN LIQUEFLED PETROLEUM GAS

Transkripsi:

PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 02/P/BPH Migas/XII/2004 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HAK KHUSUS PENGANGKUTAN GAS BUMI MELALUI PIPA PADA WILAYAH TERTENTU JARINGAN DISTRIBUSI GAS BUMI KEPALA BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan Dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa dan Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak Dan Gas Bumi, perlu menetapkan Pedoman Pemberian Hak Khusus Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa Pada Wilayah Tertentu Jaringan Distribusi Gas Bumi; b. bahwa Sidang Komite Badan Pengatur Hilir Minyak Dan Gas Bumi pada hari Jum at tanggal 10 Desember 2004, telah menyepakati untuk menetapkan pedoman sebagaimana dimaksud dalam huruf a dalam suatu Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152); 2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587); 3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817); 4. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 1

5. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4253); 6. Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436); 7. Keputusan Presiden RI Nomor 86 Tahun 2002 tanggal 30 Desember 2002 tentang Pembentukan Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa; 8. Keputusan Presiden RI Nomor 53/M Tahun 2003 tanggal 8 April 2003; 9. Keputusan Kepala Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa Nomor 04/Ka/BPH Migas/12/2003 tanggal 19 Desember 2003 tentang Sebutan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HAK KHUSUS PENGANGKUTAN GAS BUMI MELALUI PIPA PADA WILAYAH TERTENTU JARINGAN DISTRIBUSI GAS BUMI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan Pengatur ini yang dimaksud dengan : 1. Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa Gas yang diperoleh dari proses penambangan Minyak dan Gas Bumi. 2. Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa adalah kegiatan usaha untuk menyalurkan Gas Bumi Melalui Pipa meliputi kegiatan transmisi, dan/atau transmisi dan distribusi melalui pipa penyalur dan peralatan yang dioperasikan dan/atau diusahakan sebagai suatu kesatuan sistim yang terintegrasi. 2

3. Pipa Transmisi adalah pipa untuk mengangkut Gas Bumi dari sumber pasokan Gas Bumi atau lapangan-lapangan Gas Bumi ke satu atau lebih pusat distribusi dan/atau ke satu atau lebih konsumen besar atau yang menghubungkan sumbersumber pasokan Gas Bumi. 4. Pipa Distribusi adalah Pipa yang mengangkut Gas Bumi dari suatu Pipa Transmisi atau dari Pipa Distribusi ke pelanggan atau ke Pipa Distribusi lainnya yang berbentuk jaringan. 5. Alat Ukur adalah alat untuk mengukur dan mencatat penyaluran Gas Bumi dari Pipa Distribusi ke pelanggan milik Badan Usaha yang dapat berupa Metering Regulating Station (MR/S) atau Metering Station (M/S) atau Meter Pelanggan. 6. Wilayah Jaringan Distribusi adalah wilayah tertentu dari Jaringan Distribusi Gas Bumi yang merupakan bagian dari Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional yang ditetapkan oleh Menteri. 7. Badan Usaha adalah perusahaan yang berbentuk badan hukum yang menjalankan jenis usaha bersifat tetap terus menerus dan didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta berkedudukan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 8. Hak Khusus adalah hak yang diberikan Badan Pengatur kepada Badan Usaha untuk mengoperasikan Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa pada Wilayah Jaringan Distribusi berdasarkan lelang. 9. Izin Usaha Niaga adalah izin yang diberikan oleh Menteri kepada Badan Usaha untuk melaksanakan kegiatan usaha niaga Gas Bumi. 10. Izin Usaha Pengangkutan adalah izin yang diberikan oleh Menteri kepada Badan Usaha untuk melaksanakan kegiatan usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan/atau laba. 11. Badan Pengatur adalah suatu badan yang dibentuk untuk melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap penyediaan dan pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi serta Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa pada kegiatan usaha hilir. 12. Menteri adalah Menteri yang bidang tugas dan tanggung jawabnya meliputi kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi. Pasal 2 Gas Bumi yang diangkut dan dijual melalui pipa harus memenuhi persyaratan jenis, standar, dan mutu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3

BAB II HAK KHUSUS PADA WILAYAH JARINGAN DISTRIBUSI Pasal 3 (1) Badan Usaha yang telah memiliki Izin Usaha Niaga yang mempunyai Pipa Distribusi beserta kelengkapannya wajib memiliki Hak khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi sebelum menjalankan kegiatan operasi Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa pada Wilayah Jaringan Distribusi. (2) Badan Usaha yang telah memiliki Izin Usaha Pengangkutan wajib memiliki Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi sebelum menjalankan kegiatan operasi Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa pada Wilayah Jaringan Distribusi. (3) Badan Usaha yang telah memiliki Izin Usaha Niaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang melakukan kegiatan pengangkutan Gas Bumi milik Badan Usaha lain pada jaringan distribusinya (open access) wajib memiliki Izin Usaha Pengangkutan dan menyesuaikan Hak Khususnya. (4) Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diberikan oleh Badan Pengatur melalui lelang berdasarkan Rencana Induk Jaringan Transmisi Dan Distribusi Gas Bumi Nasional. (5) Wilayah Jaringan Distribusi yang akan di lelang harus terlebih dahulu mendapatkan penetapan dari Badan Pengatur. (6) Terhadap Izin Usaha Niaga dan/atau Izin Usaha Pengangkutan yang mempunyai batas waktu berlakunya, pemberian Hak Khusus pada Wilayah Jaringan Distribusi kepada Badan Usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), mempunyai jangka waktu selama Izin Usaha Niaga dan/atau Izin Pengangkutan tersebut masih berlaku. (7) Terhadap Izin Usaha Niaga dan/atau Izin Usaha Pengangkutan yang tidak mencantumkan batas waktu berlakunya, pemberian Hak Khusus pada Wilayah Jaringan Distribusi kepada Badan Usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) mempunyai jangka waktu paling lama 25 tahun sejak tanggal penetapan Hak Khusus pada Wilayah Jaringan Distribusi. BAB III TATA CARA PEMBERIAN HAK KHUSUS PADA WILAYAH JARINGAN DISTRIBUSI Pasal 4 Pemberian Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (4) dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : 4

a. Pengumuman lelang Wilayah Jaringan Distribusi dilakukan oleh Badan Pengatur secara terbuka melalui media cetak nasional dan/atau elektronik. b. Badan Usaha wajib mengajukan permohonan sebagai peserta lelang kepada Badan Pengatur. c. Peserta lelang memperoleh paket informasi lelang dari Badan Pengatur yang berisikan data tentang Wilayah Jaringan Distribusi yang akan ditawarkan. Pasal 5 (1) Badan Usaha peserta lelang wajib menyampaikan dokumen penawaran dalam batas waktu yang ditetapkan oleh Badan Pengatur. (2) Peserta lelang yang terlambat menyampaikan dokumen penawaran dinyatakan gugur. Pasal 6 Paket informasi lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, meliputi antara lain : a. Potensi pasar; b. Peta lokasi dan rencana jalur pipa pada Wilayah Jaringan Distribusi; c. Rencana sumber pasokan Gas Bumi. Pasal 7 Dokumen penawaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1) terdiri atas : a. Foto copy Izin Usaha Niaga dan/atau Izin Usaha Pengangkutan dari Menteri (asli diperlihatkan); b. Profil perusahaan beserta dokumen pendukungnya. c. Desain dasar yang antara lain meliputi sarana Wilayah Jaringan Distribusi berikut spesifikasi teknis dan kondisi operasi; d. Wilayah Jaringan Distribusi disertai peta lokasi dan rencana jalur pipa; e. Nilai investasi serta perhitungan tarif Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa; f. Rencana sumber pasokan dan besarnya volume Gas Bumi yang akan dipasarkan; g. Rencana konsumen serta volume Gas Bumi yang akan dipasarkan; h. Surat Pernyataan kesanggupan pendanaan dari lembaga keuangan nasional dan/atau internasional serta rekening koran 3 (tiga) bulan terakhir dari Badan Usaha; i. Surat pernyataan kesanggupan untuk mentaati ketentuan dan kewajiban yang dikeluarkan oleh Badan Pengatur serta peraturan perundangan-undangan yang berlaku; j. Rencana kerja dan jadwal proyek. 5

Pasal 8 Penentuan penilaian pemenang lelang berdasarkan kriteria sebagai berikut : a. Desain (rancang bangun) dasar; b. Tarif Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa pada Wilayah Jaringan Distribusi; c. Kemampuan keuangan; d. Sumber pendanaan; e. Rencana kerja dan jadwal proyek; f. Rencana pelayanan kepada konsumen. Pasal 9 Tata cara dan mekanisme serta penetapan pemenang lelang diatur dalam suatu pedoman lelang yang ditetapkan oleh Badan Pengatur. Pasal 10 (1) Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi hanya diberikan kepada 1 (satu) Badan Usaha oleh Badan Pengatur. (2) Badan Usaha pemegang Izin Usaha Niaga yang mempunyai Pipa Distribusi beserta kelengkapannya dan/atau Izin Usaha Pengangkutan dapat mempunyai Hak Khusus untuk beberapa Wilayah Jaringan Distribusi. (3) Dalam hal kapasitas pipa Badan Usaha pemegang Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi sudah penuh, sementara pasar di wilayah tersebut masih memerlukan pasokan Gas Bumi, maka : a. Badan Usaha pemegang Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi dapat mengembangkan jaringan Pipa Distribusi di wilayahnya, setelah mendapatkan persetujuan dari Badan Pengatur dan penyesuaian Hak Khususnya. b. Apabila Badan Usaha pemegang Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi tersebut tidak sanggup memenuhi permintaan pasar, maka dapat diambil langkah-langkah alternatif. Pasal 11 (1) Langkah-langkah alternatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf b adalah sebagai berikut : a. Badan Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) dapat memanfaatkan fasilitas pada Badan Usaha pemegang Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi terdekat setelah mendapat persetujuan dari Badan Pengatur. b. Badan Pengatur melaksanakan lelang Wilayah Jaringan Distribusi tersebut guna memenuhi permintaan pasar. 6

(2) Badan Usaha pemegang Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) tetap memiliki Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusinya. Pasal 12 (1) Badan Usaha dapat mengajukan permohonan Hak Khusus pada Wilayah Jaringan Distribusi yang belum tercantum dalam Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional kepada Badan Pengatur. (2) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Badan Pengatur mengusulkan kepada Menteri untuk dimasukkan kedalam Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional setelah dilakukan evaluasi aspek teknis dan ekonomis. (3) Dalam hal Menteri menyetujui usulan Badan Pengatur sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Badan Pengatur dapat melaksanakan lelang Hak Khusus pada Wilayah Jaringan Distribusi. BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN BADAN USAHA PEMEGANG HAK KHUSUS Pasal 13 (1) Badan Usaha pemegang Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi yang melakukan kegiatan pengangkutan Gas Bumi milik Badan Usaha lain pada Jaringan Distribusinya (open access) berhak memungut tarif Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa yang besarnya ditetapkan oleh Badan Pengatur. (2) Badan Usaha pemegang Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi berhak memanfaatkan kapasitas Pipa Distribusi pada Wilayah Jaringan Distribusi sesuai dengan kapasitas desaín. (3) Setiap Badan Usaha pemegang Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi berhak mendapatkan perlakuan yang sama dari Badan Pengatur. Pasal 14 Badan Usaha pemegang Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi wajib : 1. memberikan kesempatan yang sama atas pemanfaatan fasilitas Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa kepada pihak lain selama ada kesepakatan kedua pihak serta memenuhi aspek teknis dan ekonomis. 2. menyalurkan Gas Bumi sesuai dengan perjanjian penjualan dan pasokan Gas yang dibuat oleh Badan Usaha dengan pemasok dan/atau transporter Gas Bumi serta konsumen. 7

3. mengajukan penyesuaian Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi dalam hal meningkatkan kapasitas fasilitas dan sarana. 4. memulai dan menyelesaikan kegiatan pembangunan Pipa Distribusi sesuai dengan rencana kerja yang diajukan pada saat penawaran yang telah disetujui oleh Badan Pengatur. 5. melaksanakan ketentuan-ketentuan keselamatan kerja dan lindungan lingkungan serta melaksanakan perawatan instalasi dan peralatan. 6. melaksanakan ketentuan-ketentuan kalibrasi dan rekalibrasi meter Gas Bumi secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7. membayar biaya Hak Khusus Wilayah Jaringan Distribusi yang besarnya ditetapkan oleh Badan Pengatur. 8. membayar iuran kepada Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB V PELAPORAN Pasal 15 (1) Badan Usaha pemegang Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi wajib melaporkan pelaksanaan kegiatan Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa kepada Badan Pengatur setiap bulan atau apabila diperlukan dengan tembusan disampaikan kepada Menteri. (2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sekurang-kurangnya berisikan sebagai berikut : a. Jumlah Gas Bumi dan lokasi yang dialirkan dan dipasarkan; b. Pelaksanaan kegiatan di lapangan; c. Badan usaha yang ikut menggunakan jaringan Pipa Distribusi (open acces) berikut jumlah Gas Bumi yang diangkut; d. Tarif Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa; e. Kendala dalam pelaksanaan Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi. BAB VI PENGAWASAN Pasal 16 (1) Pengawasan atas pelaksanaan Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi dilakukan oleh Badan Pengatur. 8

(2) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Badan Pengatur dapat : a. Memantau pelaksanaan operasional Badan Usaha pemegang Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi. b. Melakukan klarifikasi atas laporan yang disampaikan oleh Badan Usaha. (3) Tata cara pengawasan diatur lebih lanjut oleh Badan Pengatur. BAB VII S A N K S I Pasal 17 (1) Badan Pengatur menetapkan dan memberikan sanksi yang berkaitan dengan pelanggaran Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi. (2) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa teguran tertulis, denda, penangguhan, pembekuan dan pencabutan Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi. (3) Segala kerugian yang timbul sebagai akibat diberikannya sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) menjadi beban Badan Usaha yang bersangkutan. (4) Tata cara pemberian sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dalam peraturan Badan Pengatur. BAB VIII KETENTUAN LAIN Pasal 18 (1) Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi tidak dapat diperjualbelikan dan/atau dipindah tangankan kepada pihak lain. (2) Apabila Badan Usaha melakukan perubahan terhadap komposisi kepemilikannya, maka Badan Usaha yang bersangkutan wajib melaporkannya kepada Badan Pengatur. Pasal 19 (1) Dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sebelum berakhirnya masa Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi, Badan Usaha dapat mengajukan perpanjangan Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi kepada Badan Pengatur. 9

(2) Terhadap usulan perpanjangan Hak Khusus pada Wilayah Jaringan Distribusi yang diajukan oleh Badan Usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Badan Pengatur mempunyai wewenang memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui usulan dimaksud. Pasal 20 (1) Setiap orang dan/atau yang mengetahui telah terjadi atau patut diduga telah terjadi pelanggaran oleh Badan Usaha yang berkaitan dengan pelaksanaan Izin Usaha dan/atau Hak Khusus pada Wilayah Jaringan Distribusi dapat melaporkan secara tertulis kepada Badan Pengatur. (2) Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dan ditetapkan lebih lanjut oleh Badan Pengatur. Pasal 21 Pemegang Hak Khusus pada Wilayah Jaringan Distribusi wajib mendukung kebijakan Pemerintah dalam rangka peningkatan pemanfaatan Gas Bumi untuk rumah tangga, pelanggan kecil dan penyaluran Bahan Bakar Gas untuk kebutuhan transportasi. Pasal 22 Persetujuan dan/atau penetapan Badan Pengatur sebagaimana dimaksud dalam Pedoman ini terlebih dahulu harus melalui keputusan Sidang Komite Badan Pengatur. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 23 (1) Pada saat Peraturan Badan Pengatur ini berlaku, Badan Usaha yang telah : a. mendapatkan Izin Usaha sebelum diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004; b. memiliki dan/atau menguasai Jaringan Pipa Distribusi; dan c. mengoperasikan Jaringan Pipa Distribusinya, diberikan Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi tanpa melalui proses lelang. (2) Badan Usaha sebagaimana dimaksud dalam angka 1 (satu) harus mengajukan permohonan Hak Khusus Pada Wilayah Jaringan Distribusi kepada Badan Pengatur yang dilengkapi dengan dokumen administrasi dan teknis pendukung yang diperlukan oleh Badan Pengatur. 10

(3) Badan Pengatur melaksanakan pemeriksaan fisik di lapangan yang selanjutnya dinyatakan dengan penandatanganan Berita Acara Pemeriksaan Fisik yang dilakukan oleh Badan Pengatur. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Peraturan Badan Pengatur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 10 Desember 2004 Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi, Tubagus Haryono 11