Priyanti 1, Maya Fitria 2, Erna Mutiara 2 ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKAWINAN USIA MUDA PADA PENDUDUK KELOMPOK UMUR TAHUN DI DESA PUJI MULYO

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

Faktor Penyebab Pernikahan Dini di Kelurahan Sampara Kabupaten Konawe

HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN PANGLI KECAMATAN SESEAN KABUPATEN TORAJA UTARA

Siti Zubaidah Harahap¹, Heru Santosa², Erna Mutiara³

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PRAKTEK PENCEGAHAN KEHAMILAN USIA MUDA

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI, SIKAP DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN UNMET NEED KELUARGA BERENCANA DI DESA AMPLAS KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

OLEH: S. HINDU MATHI NIM

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

Achmad Setya Roswendi 1, Wandi Suhandi 2

Harto P. Simanjuntak 1, Heru Santosa 2, Maya Fitria 2. Abstract

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

PENGARUH PERNIKAHAN DINI TERHADAP TERJADINYA PARTUS LAMA EFFECT OF EARLY MARRIAGE OF OCCURRENCE PARTUS

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Asti Listyani PROGRAM

ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

DETERMINAN PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN KALIANDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

GAMBARAN MOTIVASI REMAJA PELAKU PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN PELAMBUAN KECAMATAN BANJARMASIN BARAT

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

SIKAP DAN STATUS EKONOMI DENGAN PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA PUTRI

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG

HUBUNGAN ANTARA UMUR MENARCHE DENGAN STATUS GIZI PADA SISWI KELAS I DAN II SMP MUHAMMADIYAH I GODEAN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI (0-6 BULAN) DI KELURAHAN BANTAN KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2013

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Astrid Rusmanindar

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

**) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl Nakula I N Semarang ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

Ulfa Miftachur Rochmah. Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014

TESIS OLEH MARTHA HUTAPEA /IKM

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN PEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA ANAK DI KELURAHAN SAWAH BESAR RW VII. Manuscript

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Balita BGM di Desa Karangpasar Wilayah Kerja Puskesmas Tegowanu

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU ORANG TUA DALAM MEMBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA

JoH Volume 4 Nomor 1 Januari 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI

PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA KEHAMILAN DI KLINIK DESMAWATI PANCURBATU KABUPATEN DELI SERDANG

Faktor-Faktor yang Berhubungan Terhadap Pernikahan Dini Pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Mapanget Kota Manado

PENGARUH SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DINI DI DESA SILIGASON KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2015

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SEKAA TERUNA TERUNI DI DESA BENGKALA TAHUN 2015 LUH ANIEK PRAWISANTI

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU MENIKAH DINI USIA DI BAWAH21 TAHUN di RT 11 WILAYAH KELURAHAN KELAYAN TIMUR

ANALISIS FAKTOR PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS CIMANDALA KABUPATEN BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DI TASIKMALAYA

Faktor yang Mempengaruhi Perkawinan Muda Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO

Keywords: Anemia, Social Economy

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI DENGAN SIKAP SISWA TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI DI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN 2015

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT

Dea Riskha Fitriliana 1 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Yuli S. BR Sitorus 1, Sri Rahayu Sanusi 2, Maya Fitria 2 ABSTRACT

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN SIKAP PERSONAL HYGIENE ORGAN REPRODUKSI REMAJA PUTRI JALANAN DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015 NI MADE SETIARI

Abortus Spontan pada Pernikahan Usia Dini

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA TAHUN TENTANG MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIGUMPAR KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2010 SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA-SISWI SMA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA HARAPAN 1 MEDAN. Oleh: DONNY G PICAULY

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

UNIVERSITAS UDAYANA NI MADE ARIEK ASRI ARYANTI

GAMBARAN KARAKTERISTIK PEREMPUAN YANG MENIKAH USIA DINI DI KECAMATAN BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

Transkripsi:

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKAWINAN USIA MUDA PADA PENDUDUK KELOMPOK UMUR 12-19 TAHUN DI DESA PUJI MULYO KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013 Priyanti 1, Maya Fitria 2, Erna Mutiara 2 1 Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 2 Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ABSTRACT Young age marriage is a marriage conducted under the age of 20 years. Maturation age of marriage is an attempt to increase the age at first marriage, so it achieves the minimum age at marriage that is 20 years for women and 25 years for men. This study aimed to understand the factors related to early marriage of the population of the age group 12-19 years at the Puji Mulyo Village, Sunggal Subdistrict, Deli Serdang District in 2013. The study design was cross-sectional. The study population was the entire population of the age group 12-19 years in 2012 as many as 1458 people. Sample is the population of the age group 12-19 years who had father and mother, had been dated, had a girl or boy friend. Data collection was done by using questionnaires. Data analysis was done by univariate and bivariate analysis using chi-square test. The results showed that of 81 population of the age group 12-19 years there were 22 people (27.2%) who did young age marriage. Also it was found no relationship between knowledge (p = 0.001), promiscuity (p = 0.001) and young age marriage. While there is no relationship between education (p = 0.325), father's education (p = 0.428), mother s education (p = 0.545), culture (p = 0.060) and young age marriage. The village goverment is expected to cooperate with the school and the Office of Religious Affairs to provide counseling related to young age marriage on adolescent and to activate PIK-KRR (Center for Adolescent Reproductive Health Counseling Information) as a mean to obtain information about adolescent reproductive health especially about the meaning and impact of early marriage, the ideal age for marriage and marriage laws as well as parents should pay more attention to the development of their children and adolescents are more selective in choosing friends not to be involved in promiscuity. Keywords : Marriage, Young Age, Population Age 12-19 Years PENDAHULUAN Perkawinan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan ataupun salah satu pasangannya masih dikategorikan remaja yang berusia dibawah 19 tahun (WHO, 2006). Perkawinan usia muda adalah perkawinan yang dilakukan di bawah usia 20 tahun (BkkbN, 2010). Lebih dari 64 juta wanita di dunia menikah di bawah sebelum 1

umur 18 tahun. Adapun faktor penyebabnya adalah keadaan sistem pencatatan sipil di negara tersebut yang belum memadai dengan mekanisme penegakan hukum dalam menangani kasus perkawinan usia muda dan adanya adat dan hukum agama yang membenarkan praktek perkawinan usia muda (UNICEF, 2009). Data Riskesdas 2010 menunjukan bahwa prevalensi umur perkawinan pertama antara 15-19 tahun sebanyak 41,9 %. Menurut SDKI tahun 2007, sebanyak 17 % wanita yang saat ini berumur 45-49 tahun menikah pada umur 15 tahun, sedangkan proporsi wanita yang menikah pada umur 15 tahun berkurang dari 9 % untuk umur 30-34 tahun menjadi 4 % untuk wanita umur 20-24 tahun. Menurut data Susenas tahun 2010, secara nasional rata-rata usia kawin pertama di Indonesia 19 tahun, rata-rata usia kawin di daerah perkotaan 20 tahun dan di daerah pedesaan 18 tahun, masih terdapat beberapa provinsi rata-rata umur kawin pertama perempuan di bawah angka nasional (Ayu dan Soebijanto, 2011). Berdasarkan data dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Sunggal, jumlah remaja umur 12-19 tahun yang melakukan perkawinan di bawah usia 20 tahun pada tahun 2010 yaitu sebanyak 152 pasangan (8,06 %), sementara itu pada tahun 2011 yaitu sebanyak 273 pasangan (17,7 %). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan remaja yang melakukan perkawinan usia muda (KUA Sunggal, 2011). Jumlah remaja umur 12-19 tahun di Desa Puji Mulyo sebanyak 1.458 jiwa, yang terdiri dari 714 jiwa remaja putri dan 744 jiwa remaja putra. Pada tahun 2010, jumlah perkawinan usia muda di bawah 20 tahun di Desa Puji Mulyo Kecamatan Sunggal sebanyak 29 pasangan (3,9 %), sedangkan pada tahun 2011 yaitu sebanyak 49 pasangan (6,7 %). Dari survei awal yang dilakukan di Desa Puji Mulyo, dari 13 remaja yang melakukan perkawinan usia muda mereka mengatakan bahwa mereka tidak tahu dampak perkawinan usia muda yaitu sebanyak 8 orang (62%), mereka kawin muda karena tidak melanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yang berpendidikan SMP sebanyak 2 orang (15,3%) dan yang berpendidikan SMA sebanyak 11 orang (84,7%), sedangkan pendidikan orang tua remaja sendiri yaitu yang berpendidikan SD yaitu sebanyak 3 orang (23%), yang berpendidikan SMP yaitu sebanyak 8 orang (61,5%), yang berpendidikan SMA yaitu sebanyak 2 orang (15,3%). Ditambah adanya budaya masyarakat yang menikahkan anaknya dengan kolega atau masyarakat yang berdomisili satu wilayah pada usia muda yaitu sebanyak 1 orang (7,7%), karena takut anaknya terjerumus dalam pergulan bebas. Hal ini disebabkan karena adanya remaja yang hamil di luar nikah yaitu sebanyak 2 orang (15,4%). Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka yang jadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah tingginya angka perkawinan usia muda pada penduduk kelompok umur 12-19 tahun dan belum adanya informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perkawinan usia muda di Desa Puji Mulyo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2013. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan 2

Pada Penduduk Kelompok Umur 12-19 Tahun di Desa Puji Mulyo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan penduduk kelompok umur 12-19 tahun dengan perkawinan usia Untuk mengetahui hubungan pendidikan penduduk kelompok umur 12-19 tahun dengan perkawinan usia Untuk mengetahui hubungan pendidikan ayah dengan perkawinan usia Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan perkawinan usia Untuk mengetahui hubungan pergaulan bebas dengan perkawinan usia Untuk mengetahui hubungan budaya dengan perkawian usia Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi pemerintah di Desa Puji Mulyo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, dan bekerjasama dengan pihak sekolah atau KUA Kecamatan Sunggal dalam memberikan konseling yang berhubungan dengan perkawinan dan sebagai sumber referensi bagi peneliti selanjutnya, agar dapat mengkaji hal-hal yang lebih dalam lagi, terutama yang berhubungan dengan perkawinan usia METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik, penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi dengan pendekatan cross sectional dimana pengukuran atau pengamatan terhadap subjek penelitian dilakukan pada saat bersamaan/sekali waktu (Hidayat, 2007). Populasi adalah seluruh penduduk kelompok umur 12-19 tahun yang tinggal di Desa Puji Mulyo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2011 yaitu sebanyak 1.458 jiwa. Sampel dalam penelitian ini adalah penduduk kelompok umur 12-19 tahun yang masih mempunyai orang tua (ayah dan ibu) yang pernah mempunyai pacar atau yang masih mempunyai pacar yang tinggal di Desa Puji Mulyo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2013 baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah yang terpilih menjadi sampel serta bersedia ikut serta dalam penelitian. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel tunggal untuk uji hipotesis proporsi (Hidayat, 2007), yaitu: = / (1 ) + (1 ) ( ) 1,96 0,35(1 0,35) +1,282 0,19(1 0,19) = (0,19 0,35) =81 Berdasarkan perhitungan, maka besar sampel minimal yang dibutuhkan untuk penelitian adalah sebanyak 81 responden. HASIL Tabel 1. Distribusi Perkawinan Usia Penduduk Kelompok Umur 12-19 Tahun Perkawinan n % kawin muda 22 27,2 tidak kawin muda 59 72,8 3

Tabel 1 menunjukkan bahwa responden yang melakukan perkawinan usia muda berjumlah 22 responden (27,2 %) dan responden yang tidak melakukan perkawinan usia muda berjumlah 59 responden (72,8 %). Tabel 2. Distribusi Pengetahuan Penduduk Kelompok Umur 12-19 Tahun Pengetahuan n % Baik 38 46,9 Cukup 40 49,4 Kurang 3 3,7 Tabel 2 menunjukkan bahwa 38 orang responden (46,9 %) memiliki pengetahuan yang baik, 40 orang responden (49,4 %) memiliki pengetahuan yang cukup dan 3 orang responden (3,70 % ) memiliki pengetahuan yang kurang terhadap perkawinan usia Tabel 3. Distribusi Penduduk Kelompok Umur 12-19 Tahun Responden n % Dasar 42 51,8 Lanjut 39 48,2 Tabel 3 menunjukkan latar belakang pendidikan responden, terdapat 42 orang responden (51,8 %) berpendidikan dasar, 39 orang responden (48,2 %) berpendidikan lanjut. Tabel 4. Distribusi Ayah Ayah n % Dasar 34 41,9 Lanjut 47 58,1 Tabel 4 menunjukkan latar belakang pendidikan ayah dari responden, terdapat 34 orang (41,9 %) berpendidikan dasar (Tamat SD, SMP), 47 orang (58,1 %) berpendidikan lanjut (SMA, Akademi/Sarjana) Tabel 5. Distribusi Ibu Ibu n % Dasar 43 53,1 Lanjut 38 46,9 Tabel 5 menunjukkan latar belakang pendidikan ibu dari responden, terdapat 43 orang (53,1 %) berpendidikan dasar (Tamat SD, SMP), 38 orang (46,9 %) berpendidikan lanjut (SMA, Akademi/ Sarjana). Tabel 6. Distribusi Pergaulan Bebas Penduduk Kelompok Umur 12-19 Tahun Pergaulan n % Tidak Bebas 35 43,3 Bebas 46 56,7 Tabel 6 menunjukkan pergaulan dari responden, 35 orang responden (43,3 %) tidak bergaul secara bebas dan 46 orang responden (56,7 %) bergaul secara bebas. 4

Tabel 7. Distribusi Budaya Penduduk Kelompok Umur 12-19 Tahun Budaya n % Tidak Ada 60 74,1 Ada 21 25,9 Tabel 7 menunjukan 60 orang responden (74,1 %) tidak memiliki budaya perkawinan usia muda dan 21 orang responden (25,9 %) memiliki budaya perkawinan usia Tabel 8. Hubungan Pengetahuan dengan Penge tahuan Kawin Tidak Kawin Jumlah p χ² Baik 2 5,3 36 94,7 38 100,0 Cukup 18 45 22 55 40 100,0 0,001 8,011 Kurang 2 66,6 1 33,4 3 100,0 Tabel 8 menunjukkan hasil analisis hubungan antara pengetahuan responden dengan perkawinan usia Responden yang melakukan perkawinan usia muda sebanyak 2 responden (5,3%) berpengetahuan baik, 18 orang responden (45,0%) berpengetahuan cukup dan 2 responden (66,6%) berpengetahuan kurang. Responden yang tidak melakukan perkawinan usia muda sebanyak 36 responden (94,7 %) berpengetahuan baik, 22 orang responden (55,0 %) berpengetahuan cukup dan 1 responden (33,3%) berpengetahuan kurang. Taraf signifikansi p = 0,001 < 0,05, secara statistik terbukti ada hubungan pengetahuan responden dengan perkawinan usia Tabel 9. Hubungan dengan Kawin Tidak Kawin Jumlah p χ² Dasar 14 33,3 28 66,7 42 100,0 0,195 1,68 Lanjut 8 20,5 31 79,5 38 100,0 Tabel 9 menunjukkan hasil analisis hubungan antara pendidikan responden terhadap perkawinan usia Responden yang melakukan perkawinan usia muda sebanyak 14 responden (33,3%) berpendidikan Dasar dan 8 responden (20,5%) berpendidikan Lanjut. Responden 5

yang tidak melakukan perkawinan usia muda sebanyak 28 responden (66,7%) berpendidikan Dasar, 31 responden (79,5%) berpendidikan Lanjut. Taraf signifikansi p = 0,195 > 0,05, secara statistik terbukti tidak ada hubungan pendidikan responden dengan perkawinan usia Tabel 10. Hubungan dengan Tidak Kawin Ayah Kawin Jumlah p χ² Dasar 12 36,4 21 63,6 33 100,0 0,123 2,384 Lanjut 10 20,8 38 79,2 48 100,0 Tabel 10 menunjukkan hasil analisis hubungan antara pendidikan ayah responden dengan perkawinan usia Responden yang melakukan perkawinan usia muda sebanyak 12 responden (36,4%) pendidikan ayah Dasar, 10 responden (20,8%) pendidikan ayah Lanjut. Responden yang tidak melakukan perkawinan usia muda sebanyak 21 responden (63,6%) pendidikan ayah Dasar, 38 responden (79,2%) pendidikan ayah Lanjut. Taraf signifikansi p = 0,123 > 0,05, secara statistik terbukti tidak ada hubungan pendidikan ayah responden dengan perkawinan usia Tabel 11. Hubungan Ayah dengan Ayah Kawin Tidak Kawin Jumlah p χ² Dasar 12 36,4 21 63,6 33 100,0 Lanjut 10 20,8 38 79,2 48 100,0 0,123 2,384 Tabel 11 menunjukkan hasil analisis hubungan antara pendidikan ayah responden dengan perkawinan usia Responden yang melakukan perkawinan usia muda sebanyak 12 responden (36,4%) pendidikan ayah Dasar, 10 responden (20,8%) pendidikan ayah Lanjut. Responden yang tidak melakukan perkawinan usia muda sebanyak 21 responden (63,6%) pendidikan ayah Dasar, 38 responden (79,2%) pendidikan ayah Lanjut. 6

Taraf signifikansi p = 0,123 > 0,05, secara statistik terbukti tidak ada hubungan pendidikan ayah responden dengan perkawinan usia Tabel 12. Hubungan Ibu dengan Ibu Kawin Tidak Kawin Jumlah p χ² Dasar 13 30,2 30 69,8 33 1000, 0,508 0,437 Lanjut 9 23,7 29 76,3 48 100,0 Tabel 12 menunjukkan hasil analisis hubungan antara pendidikan ibu responden dengan perkawinan usia Responden yang melakukan perkawinan usia muda sebanyak 13 responden (30,2%) pendidikan ibu Dasar, 9 responden (23,7%) pendidikan ibu Lanjut. Responden yang tidak melakukan perkawinan usia muda sebanyak 30 responden (69,8%) pendidikan ibu Dasar, 29 responden (76,3%) pendidikan ibu Lanjut. Taraf signifikansi p = 0,508 > 0,05, secara statistik terbukti tidak ada hubungan pendidikan ibu responden terhadap perkawinan usia Tabel 13. Hubungan Pergaulan dengan Pergaulan Kawin Tidak Kawin Tidak bebas 3 8,5 32 91,5 35 100,0 Bebas 19 41,3 27 58,7 46 100,0 Jumlah p χ² 0,001 10,765 Tabel 13 menunjukkan hasil analisis hubungan antara pergaulan responden dengan perkawinan usia Responden yang melakukan perkawinan usia muda sebanyak 3 responden (8,5%) bergaul secara tidak bebas dan 19 responden (41,3%) bergaul secara bebas. Responden yang tidak melakukan perkawinan usia muda sebanyak 32 responden (91,5%) bergaul secara tidak bebas dan 27 responden (58,7%) bergaul secara bebas. Taraf signifikansi p = 0,001 < 0,05, secara statistik terbukti ada hubungan pergaulan responden dengan perkawinan usia 7

Tabel 14. Hubungan Budaya dengan Budaya Kawin Tidak Kawin Tidak bebas 13 21,6 47 78,4 60 100,0 Bebas 9 42,8 12 57,2 21 100,0 Jumlah p χ² 0,060 3,531 Tabel 14 menunjukkan hasil analisis hubungan antara budaya responden dengan perkawinan usia Responden yang melakukan perkawinan usia muda sebanyak 13 responden (21,6%) tidak memiliki budaya menikah usia muda dan 9 responden (42,8%) memiliki budaya menikah usia Responden yang tidak melakukan perkawinan usia muda sebanyak 47 responden (78,4%) memiliki budaya menikah usia muda dan 12 responden (57,2%) tidak memiliki budaya menikah usia Taraf signifikansi p = 0,060 > 0,05, secara statistik terbukti tidak ada hubungan budaya responden dengan perkawinan usia PEMBAHASAN Hubungan Pengetahuan dengan Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan responden dengan perkawinan usia Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Responden mengatakan memperoleh pengetahuan dari lingkungan sekitar mereka, yaitu dengan melihat kehidupan pasangan muda yang melakukan perkawinan usia Sebagian besar kehidupan pasangan muda tersebut mengalami kesulitan dalam bidang ekonomi. Hubungan dengan Tingkat pendidikan yang rendah atau tidak melanjutkan sekolah lagi bagi seorang wanita dapat mendorong untuk cepat-cepat menikah. Permasalahan yang terjadi karena mereka tidak mengetahui seluk beluk perkawinan sehingga cenderung untuk cepat berkeluarga dan melahirkan (Sekarningrum, 2002). Dalam penelitian yang dilakukan p=0,195, tidak ada hubungan pendidikan responden dengan perkawinan usia Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan pendidikan yang tinggi belum tentu tidak melakukan perkawinan usia yang tinggi tidak menentukan banyak nya informasi yang diperoleh tentang damapak dari perkawinan usia Hubungan Ayah dengan Perkawinan usia muda juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan 8

masyarakat secara keseluru han. Suatu masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah akan cenderung untuk mengawinkan anaknya dalam usia masih muda (Sekarningrum, 2002). Secara analisis statistik chi-square ditemukan tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ayah dengan perkawinan usia ayah tidak menentukan banyaknya informasi atu kemauan dalam menerima informasi tentang dampak negatif dari perkawinan usia muda, sehingga ayah sebagai kepala rumah tangga dapat berperan dalam menurunkan angka perkawinan usia Dengan alasan dianggap sebagai pemberi keputusan di dalam keluarga. Hubungan Ibu dengan Secara analisis statistik chisquare ditemukan tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan perkawinan usia Dalam hal ini pendidikan ibu tidak menentukan bahwa responden tidak melakukan perkawinan usia Hal ini disebabkan karena adanya faktor pergaulan bebas. Kemudian ditambah lagi ibu yang tidak bisa mengawasi anaknya yang disebabkan karena sebagian besar ibu bekerja sebagai buruh di pabrik. Hubungan Pergaulan Bebas dengan Perkawinan usia muda terjadi karena akibat kurangnya pemantauan dari orang tua yang mana mengakibatkan kedua anak tersebut melakukan tindakan yang tidak pantas tanpa sepengetahuan orang tua. Hal ini tidak sepenuhnya kedua anak tersebut haruslah disalahkan. Mungkin dalam kehidupannya mereka kurang mendapat perhatian dari orang tuanya, kasih sayang dari orang tuanya dan pemantauan dari orang tua. Yang mana mengakibatkan mereka melakukan pergaulan secara bebas yang mengakibatkan merusak karakter pemuda sebagai makhluk Tuhan. Masa-masa seumuran mereka yang pertumbuhan seksualnya meningkat dan masa-masa dimana mereka berkembang menuju kedewasaan. (Wicaksono, 2013). Secara analisis statistik chi-square ditemukan ada hubungan yang bermakna antara pergaulan bebas dan perkawinan usia Hubungan Budaya dengan Secara analisis statistik chisquare ditemukan tidak ada hubungan yang bermakna antara budaya dengan perkawinan usia Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan perawan tua sehingga segera dikawinkan. Faktor adat dan budaya, di beberapa belahan daerah di Indonesia, masih terdapat beberapa pemahaman tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak kecil telah dijodohkan orang tuanya. Dan akan segera dinikahkan sesaat setelah anak tersebut mengalami masa menstruasi. Pada hal umumnya anak-anak perempuan mulai menstruasi di usia 12 tahun. Maka dapat dipastikan anak tersebut akan dinikahkan pada usia 12 tahun, jauh di bawah batas usia minimum sebuah pernikahan yang diamanatkan UU (Ahmad, 2009). 9

KESIMPULAN DAN SARAN Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perkawinan usia muda pada penduduk kelompok umur 12-19 tahun, dimana responden yang berpengetahuan baik sebanyak 2 responden (5,2%) melakukan perkawinan usia muda dibandingkan dengan responden yang bepengetahuan cukup sebanyak 18 responden (45%). 2. Tidak ada hubungan antara pendidikan responden dengan perkawinan usia muda pada penduduk kelompok umur 12-19 tahun, dimana responden yang berpendidikan Dasar sebanyak 14 responden (33,3%) melakukan perkawinan usia muda dibandingkan yang berpendidikan Lanjut 10 responden (20,5%). 3. Tidak ada hubungan antara pendidikan ayah perkawinan usia muda pada penduduk kelompok umur 12-19 tahun, dimana responden yang pendidikan ayahnya berpendidikan Dasar sebanyak 12 responden (36,4%) melakukan perkawinan usia muda dibandingkan dengan responden yang pendidikan ayahnya berpendidikan Lanjut sebanyak 10 responden (20,8 %). 4. Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan perkawinan usia muda pada penduduk kelompok umur 12-19 tahun, dimana responden yang pendidikan ibunya berpendidikan Dasar sebanyak 13 responden (30,2%) melakukan perkawinan usia muda dibandingkan dengan responden yang pendidikan ibunya berpendidikann Lanjut sebanyak 9 responden (23,7 %). 5. Ada hubungan antara pergaulan bebas dengan perkawinan usia muda pada penduduk kelompok umur 12-19 tahun, dimana responden yang bergaul bebas sebanyak 19 responden (41,3%) melakukan perkawinan usia muda dibandingkan dengan responden yang tidak bergaul bebas sebanyak 3 responden (8,5 %). 6. Tidak ada hubungan antara budaya dengan perkawinan usia muda pada penduduk kelompok umur 12-19 tahun, dimana responden yang memiliki budaya sebanyak 9 responden (42,8%) melakukan perkawinan usia muda dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki budaya sebanyak 13 responden (21,6 %). Adapun saran dari penelitian ini adalah: 1. Pemerintah Desa Puji Mulyo diharapkan meningkatkan kerjasama lintas sektoral dengan pihak sekolah dan KUA (Kantor Urusan Agama) dalam memberikan konseling yang berkaitan dengan perkawinan usia 2. Pemerintah Desa Puji Mulyo diharapkan bekerjasama lintas sektoral dengan PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana) untuk mengaktifkan PIK-KRR 10

(Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) sebagai sarana untuk memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang perkawinan usia muda serta memberikan konseling kepada remaja agar lebih selektif dalam pergaulan dan memilih teman. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut dan mendalam untuk mengetahui faktorfaktor lain yang memengaruhi remaja melakukan perkawinan usia DAFTAR PUSTAKA Ahmad, 2007.Konsep Pernikahan Dini.http://dr.suparyanto. blogspot.com/2011/02/. Diakses 18 September 2012. Ayu SI, Soebijanto, 2011. Perkawinan dikalangan Perempuan: Mengapa?.http://www.b kkbn.go.id/litbang/pusdu/ Hasil%20Penelitian/Ferti litas/2011/perkawinan%2 0%20Dikalangan% 20Perempuan.pdf. Diakses 20 Oktober 2012. BkkbN, 2010. Nikah, Berapa Batasan Usianya??. http://bukanklikunic.blog spot.com/2012/07/nikahmuda-berapa-batasanusianya.html. Diakses 8 Januari 2013. Hanggara, 2010. Pengaruh Budaya Terhadap Maraknya Pernikahan Usia.http://lib.uinmalan g.ac.id/thesis/chapter_i/0 9780015-uswatun-n.ps. Diakses 20 September 2012. Hidayat, 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analis Data, Salemba Medika. Jakarta. Kantor Urusan Agama Sunggal, 2012. Laporan Tahunan Kantor Urusan Agama Kecamatan Sunggal Tahun 2011. Sekarningrum, 2002. Perilaku Masyarakat Terhadap Perkawinan Usia, Skripsi FKM USU, Medan. UNICEF, 2009. The hallenge. http://www.docstocwww. chilinfo.org/merriage.ht ml. Diakses 21 Februari 2013. Wicaksono, Ibnu, 2013. Pernikahan Usia Dini Akibat Pergaulan Bebas, http://anandaibnuwicakso no.wordpress.com/2013/ 01/08/pernikahan-padausia dini-akibatpergaulan bebas/. Diakses 6 April 2013. WHO, 2006. Pernikahan Usia Dini, http://sehatituinda.blogsp ot.com/2012/10/pernikah an usia-dini.html. Diakses 18 September 2012. 11