BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Modern ini banyak masyarakat menggunakan alat transportasi

dokumen-dokumen yang mirip
DEWI TRI MAULITA J

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan. kemajuan teknologi saat ini, diharapkan dapat mewujudkan

A. Latar Belakang Masalah. diketahui,tanpa adanya kelainan neurologic lain. Pada sebagian besar

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL SPALSYDEXTRA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BELLS PALSY DEXTRA DI RSAL. DR.RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL SPALSYDEXTRA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. menentukan karakter atau cirikas dari orang satu dan orang lainya. Isi hati

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELLS PALSY DEXTRA DENGAN

Disusun oleh: RUSTRIA IKA PURWANINGSIH J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL S PALSY DEXTRA DI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

PERBEDAAN TERAPI MICRO WAVE DIATHERMY

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PROSES ASUHAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL S PALSY SINISTRA DI RSAL. DR.RAMELAN SURABAYA

Definisi Bell s palsy

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELLS PALSY SINISTRA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL S PALSY DEXTRA DI RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL S PALSY DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

MANFAAT TERAPI MANIPULASI SARAF FASIALIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL OTOT-OTOT WAJAH PADA PENDERITA BELL S PALSY

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL S PALSY DEXTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL S PALSY DEXTRA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DENGAN BELL S PALSY SINISTRA DI RSUD SUKOHARJO

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. penelitian, ditemukan bahwa nyeri punggung bawah mengenai kira-kira %

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BELL S PALSY SINISTRA DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Brachial Plexus (pleksus brachialis) adalah pleksus saraf somatik yang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya pusat rehabilitasi di Surakarta menuntut pengetahuan lebih

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Naskah Publikasi. Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. memajukan pembangunan dibidang kesehatan. Dalam pembukaan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

KARYA TULIS ILMIAH. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL S PALSY DEXTRA DI RST dr. SOEDJONO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL S PALSY SINISTRA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DENGAN MODALITAS SHORT WAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan Undang-Undang No. 23

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL S PALSY DEXTRA DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

Oleh : J FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. Cita cita bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa

BAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang penyebabnya adalah virus. Salah satunya adalah flu, tetapi penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive),

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

BAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangMasalah. bagian bawah adalah tungkai. Dan lutut merupakan salah satu sendi utama

BAB I PENDAHULUAN. gangguan peredaran darah otak yang tejadi secara mendadak dan. menimbulkan gejala sesuai daerah otak yang terganggu (Bustaman MN,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, berpengaruh

PENGARUH PENAMBAHAN MANIPULASI SARAF FASIALIS PADA TERAPI LATIHAN TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL BELL S PALSY SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL S PALSY DEXTRA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ISCHIALGIA DEKSTRA DI RSAL DR RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan definisi fisioterapi yaitu suatu upaya kesehatan professional yang. A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL S PALSY SINISTRA DI RSU AISYIYAH PONOROGO

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh sejak awal kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kesehatan yang optimal, maka diperlukan kemauan dan kemampuan akan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dari rasa nyeri jika diberikan pengobatan (Dalimartha, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur yang lebih dikenal dengan patah tulang.

BAB I PENDAHULUAN. Plexus Brachialis Injury adalah salah satu plexus saraf somatik yang

BAB I PENDAHULUAN. osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa dan dapat juga disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti saat ini, setiap orang dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari

BAB I PENDAHULUAN. Knee joint atau sendi lutut adalah salah satu sendi yang mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. bisa bertambah dengan munculnya kelemahan otot quadriceps dan atropi otot.

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas tersebut antara lain memasak, mencuci, menulis, mengetik, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peran fisioterapi memberikan layanan kepada individu atau kelompok

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN

Disusun oleh : FITRIA NUR CANDRARINI NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran sehingga dapat memperbaiki kualitas kesehatan para penduduk

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY

BAB I PENDAHULUAN. saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit

BAB I PENDAHULUAN. Untuk itu peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam rangka menciptakan. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hidup dalam masyarakat.pembangunan kesehatan, yaitu: menggerakkan. memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dalam bidang kesehatan. Perubahan yang sangat kental

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROM DENGAN MODALITAS ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN. DI RS.AL.dr.RAMELAN. SURABAYA.

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Pergelangan tangan dan jari-jari tangan merupakan kesatuan yang

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CERVICAL ROOT SYNDROME DENGAN MODALITAS IR, & TERAPI LATIHAN DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modern ini banyak masyarakat menggunakan alat transportasi bermotor untuk berpergian jarak jauh, karena kendaraan bermotor dianggap lebih efisien untuk memanfaatkan waktu secara optimal, namun tanpa disadari berpergian jauh dengan kendaran bermotor membuat kita sering terpapar radikal bebas dan cuaca termasuk juga udara dingin, sehingga apabila hal tersebut terjadi secara terus-menerus tentu dapat berpotensi menyebabkan berbagai macam gangguan kesehatan salah satunya adalah bell s palsy yang merupakan gangguan saraf pusat VII (n. Fasialis) yang menyebabkan asimetris pada kedua sisi wajah (kanan dan kiri), sehingga wajah terlihat merot. Hal serupa juga dikatakan oleh Pranata (2011), dimana ''Orang yang duduk dekat jendela kendaraan, kereta api, tiduran di atas lantai dengan menempelkan sebelah pipi di lantai, sesudah bepergian jauh dengan kendaraan, tidur di tempat terbuka berpotensi mengalami bell's palsy,''. Bell s palsy ialah suatu kelumpuhan facialis perifer akibat proses non supuratif, non neoplasmatik, non degeneratif primer tetapi sangat dimungkinkan akibat dari adanya oedema jinak pada bagian nervus facialis di foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari foramenstilomastoideus, yang mulainya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan (Sidharta, 2000). Istilah Bell s Palsy (kelumpuhan bell) biasanya digunakan untuk kelumpuhan nervus facialis jenis perifer yang timbul secara akut, yang 1

2 penyebabnya belum diketahui, tanpa adanya kelainan neurologik lain. Pada sebagian besar penderita Bell s Palsy kelumpuhannya akan sembuh, namun pada beberapa diantara mereka kelumpuhannya sembuh dengan meninggalkan gejala sisa (Lumbantobing, 2007). Kata Bell s palsy pun diambil dari seorang dokter yang bernama Sir Charles Bell, pada abad ke 19 di mana dokter Charles bell tersebut adalah orang pertama yang menjelaskan tentang kondisi dan menghubungkan dengan kelainan pada saraf wajah. Prevalansi atau tingkat terjadinya penyakit bell s palsy di Indonesia secara pasti sangatlah sulit untuk ditentukan. Data dari empat rumah sakit di indonesia di dapatkan nilai frekuensi sebesar 19,55% dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak pada usia 21-50 tahun, peluang untuk terjadinya pada wanita dan pria sama, tidak didapati perbedaan insiden antara iklim panas dan dingin, namun pada beberapa penderita diperoleh adanya riwayat terkena udara dingin atau angin berlebihan (Annsilva, 2010). Banyak sekali teknologi intervensi yang digunakan pada kasus bells s palsy diantaranya adalah Infra Red, Electrical Stimulation(Faradik), Terapi Latihan dengan menggunakan cermin (Miror Exercise), dan massage. Adapun untuk pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Pemanasan dengan IR bertujuan untuk merileksasikan dan meningkatkan aliran darah superficial (Foster, 1981). Pemberian stimulasi electric bertujuan untuk mencegah atau memperlambat terjadinya atrofi otot sambil menunggu proses regenerasi, dan memperkuat otot yang masih lemah setelah proses regenerasi saraf selesai (Thamrinsyam, 1991). Pada saat

3 massage, tangan akan merangsang reseptor sensorik dari kulit dan jaringan subcutaneous sehingga dapat memberikan efek rileksasi dan mengurangi kaku pada wajah (Tappan, 1988). Pada kondisi Bell s palsy pemberian terapi latihan dengan menggunakan cermin (Mirror exercise) selain memberikan biofeedback juga bertujuan untuk mencegah terjadinya kontraktur dan melatih kembali gerakan volunter pada wajah pasien (Widowati, 1993). Untuk dapat menyelesaikan berbagai macam problematik yang muncul pada kondisi Bell s palsy, fisioterapis mempunyai peranan penting di dalamnya, antara lain fisioterapis dapat membantu mengatasi permasalahan kapasitas fisik pada pasien, mengembalikan kamampuan fungsional pasien serta memberi motivasi dan edukasi pada pasien untuk menunjang keberhasilan terapi pasien. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan peran fisioterapi. Karena itu penulis tertarik mengangkat judul karya tulis ilmiah Penatalaksanaan fisioterapi pada bells palsy dextra. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah pemberian teknologi fisioterapi berupa infra red, electrical stimulation, massage, dan mirror exercise dapat meningkatkan kekuatan otot wajah yang diukur dengan MMT? 2. Apakah pemberian teknologi fisioterapi berupa infra red, electrical stimulation, massage, dan mirror exercise dapat meningkatkan

4 kemampuan fungsional otot wajah pasien yang diukur dengan skala ugo fish? C. Tujuan Karya Tulis Ilmiah Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui manfaat pemberian teknologi fisioterapi berupa infra red, electrical stimulation, massage, dan miror exercise dalam meningkatkan kekuatan otot-otot wajah. 2. Untuk mengetahui manfaat pemberian teknologi fisioterapi berupa infra red, electrical stimulation, massage, dan miror exercise dalam meningkatkan kemampuan fungsional otot-otot wajah. D. Manfaat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Untuk dapat menambah wawasan mengenai bidang fisioterapi dalam pemberian infra red, electrical stimulation dengan arus faradik, massage dan miror exercise pada kasus bell s palsy dextra. 2. Bagi Institusi Untuk dapat dijadikan sebagai bahan referensi yang berkaitan dengan pemberian infra red, electrical stimulation dengan arus faradik, massage dan miror exercise pada kasus bell s palsy dextra.

5 3. Bagi Masyarakat Untuk dapat memberikan informasi dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan tubuh dan memberikan gambaran mengenai penatalaksanaan fisioterapi dengan infra red, electrical stimulation dengan arus faradik, massage dan miror exercise pada kasus bell s palsy dextra.