SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui kadar Nitrogen Dioksida (NO₂) dan Karbonmonoksida (CO) di udara ambien Kota Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Objek pada penelitian ini yaitu udara ambien dengan parameter NO 2 dan CO di 4 Titik Lokasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis Griess Saltzman untuk pengukuran (NO₂) dan analisis Nondispersive Analyzer untuk analisis (CO). Hasil analisis diperoleh bahwa konsentrasi kadar NO₂ di Titik 1 yaitu 43,53 g/m 3, Titik 2 yaitu 56,88 g/m 3, Titik 3 yaitu 55,29 g/m 3 dan hasil pada Titik 4 yaitu 54,82 g/m 3. Kadar CO di Titik 1 yaitu 17.143 g/m 3, Titik 2 yaitu 14.742 g/m 3. Titik 3 yaitu 14.587 g/m 3 dan pada Titik 4 yaitu 14.514 g/m 3. Dapat disimpulkan bahwa kualitas udara ambien di Kota Gorontalo saat ini belum melebihi nilai ambang batas berdasarkan Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999 dengan standar baku mutu NO₂ yaitu 400 g/m 3 dan baku mutu CO yaitu 30.000 g/m 3. Saran untuk Pemerintah yaitu melaksanakan pemantauan lingkungan secara rutin di tempat-tempat yang berbeda agar dapat diketahui kadar pencemar udara dari masing-masing tempat tersebut, memperbanyak jalur-jalur hijau (penanaman pohon) disekitar jalan-jalan utama, diharapkan juga kepada pemerintah untuk dapat menerapkan kembali kendaraan angkutan umum. Untuk masyarakat diharapkan agar dapat menciptakan upaya sadar lingkungan dan menanam pepohonan di lingkungan sekitar. Kata kunci: Nitrogen Dioksida (NO₂),Karbonmonoksida (CO), Udara Ambien
PENDAHULUAN Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukung bagi mahkluk hidup untuk hidup secara optimal (Djuraidah, 2006). Pencemaran udara akan terjadi jika ke dalam udara itu masuk sejumlah bahan pencemar seperti asap, gas, debu, dan sebagainya dalam jumlah dan bentuk tertentu yang dapat menimbulkan gangguan terhadap kehidupan. Udara yang tercemar pada mulanya akan mengganggu saluran pernafasan, namun ada pula yang dapat menyebabkan kematian. Bahan penting yang mencemari udara antara lain Nitrogen Dioksida yang berasal dari kendaraan bermotor dan industri, Karbon Monoksida terutama yang dikeluarkan kendaraan bermotor (Daryanto, 2004). Berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara yang di lakukan oleh Badan Lingkungan Hidup, Riset, dan Teknologi Informasi di Provinsi Gorontalo khususnya Kota Gorontalo pada tahun 2009-2011 bahwa telah terdeteksi mengalami peningkatan. Untuk kadar CO yang terukur di beberapa titik telah terdeteksi 4.216-19.265 g/m 3 dan yang mengalami peningkatan signifikan oleh kadar CO ini yaitu pada jalur perbelanjaan, dengan kadar yang terdeteksi yaitu 19.265 g/m 3 (Balihristi, 2011). Dampak yang ditimbulkan pada kesehatan apabila tingginya karbonmonoksida antara lain dapat menyebabkan seseorang keracunan gas CO, Akibat lebih lanjut yaitu dapat terjadi pula pada penurunan berat janin, berkurangnya intelegensi otak anak, bahkan dapat menyebabkan kematian (Susanta, 2007). Hasil pengukuran oleh Balihristi tahun 2009-2011 di beberapa titik terdeteksi kadar NO₂ yaitu 16,8-21,6 g/m 3, menunjukkan bahwa semakin banyaknya aktivitas yang dilakukan masyarakat maka peningkatan oleh parameter pencemar udara pun akan semakin meningkat. Gangguan perekonomian dapat pula terjadi akibat tercemarnya udara, NO₂ merupakan penyebab berkurangnya hasil produksi, Benda-benda dapat menjadi rusak atau hancur karena adanya polutan yang bersifat asam. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Satria Nugroho (2009) tentang analisis kualitas udara, dimana hasil analisis data kualitas udara yang dilakukan dijumpai beberapa kali lonjakan pada parameter kimia tertentu. Hal tersebut dapat disebabkan oleh tingkat kepadatan lalu lintas yang terjadi pada lokasi pengukuran. Beberapa parameter kimia yang diukur dan dinilai menjadi ancaman yang berbahaya bagi makhluk hidup antara lain gas Sulfur Dioksida (SO₂), Karbonmonoksida (CO), Nitrogen Dioksida (NO₂), Ozon (O₃), dan Timah Hitam (Pb). Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis sangat tertarik untuk melakukan suatu penelitian terhadap kualitas udara ambien di
Kota Gorontalo dengan judul Analisis Kadar Nitrogen Dioksida (NO₂) dan METODE PENELITIAN Lokasi dalam penelitian ini terdiri dari 4 titik yaitu Titik 1 (Simpang Lima Agusalim), Titik 2 (kompleks Universitas Negeri Gorontalo), Titik 3 (kompleks Pasar Sentral), dan Titik 4 yaitu (kompleks Toko Madina Baru) Kota Gorontalo. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, dimana untuk memberikan gambaran tentang kadar Nitrogen Dioksida (NO₂) dan Karbonmonoksida (CO) di udara ambien Kota Gorontalo. Variabel yang diukur dalam penelitian ini yaitu udara ambien Karbonmonoksida (CO) Di Udara Ambien Kota Gorontalo dengan parameter kadar Nitrogen Dioksida (NO₂), dan Karbonmonoksida (CO) di udara ambien Kota Gorontalo. Obyek dalam penelitian ini yaitu udara ambien dengan parameter yang diukur yaitu kadar Nitrogen Dioksida (NO 2 ) dan Karbonmonoksida (CO) di 4 titik lokasi yaitu Titik 1 (Simpang Lima Agusalim), Titik 2 (kompleks Universitas Negeri Gorontalo), Titik 3 (kompleks Pasar Sentral), dan Titik 4 yaitu (kompleks Toko Madina Baru) Kota Gorontalo. Dimana ke 4 titik lokasi ini termasuk dalam kriteria SNI 19-7119.6-2005. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Pengukuran Kadar Nitrogen Dioksida (NO₂) Di Jalur Transportasi dan Perbelanjaan Konsentrasi Kadar NO₂ Di Jalur Transportasi dan Perbelanjaan Kota Gorontalo 60 50 40 30 20 10 0 43,53 56,88 55,29 54,82 Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 400 Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Standar Baku Mutu NO 2 Sumber: Data Primer Secara umum hasil pengukuran yang diperoleh baik titik yang mewakili jalur transportasi dan jalur perbelanjaan di Kota Gorontalo ratarata konsentrasi kadar NO 2 berkisar antara 43,53 µg/nm 3-56,88 µg/nm 3. Dimana dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar NO₂
paling tinggi di jalur transportasi terdapat di Titik 2 (Universitas Negeri Gorontalo) dengan konsentrasi yaitu 56,88 µg/nm 3. Sedangkan hasil dari kadar NO₂ tertinggi di jalur perbelanjaan terdapat di Titik 3 (kompleks Pasar Sentral) Kota Gorontalo dengan konsentrasi 55,29 µg/nm 3. Untuk konsentrasi NO₂ yang paling rendah terdapat di titik lokasi Simpang Lima Agusalim dengan konsentrasi yaitu 43,53 µg/nm 3. Oksida nitrogen (NO x ), yang terdiri dari Nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO₂), dihasilkan dari sumber alamiah, kendaraan bermotor dan proses pembakaran bahan bakar. NO x diemisikan dari pembakaran pada temperatur tinggi, sebagai hasil reaksi nitrogen dan oksigen. Nitrogen monoksida (NO) dihasilkan dari hasil buangan proses pembakaran transportasi dan akan segera teroksidasi di atmosfer membentuk NO 2 (Susanta, 2007). Hal ini pula sejalan dengan penelitian Subaid (2002), dimana suhu udara yang tinggi dapat menyebabkan naiknya massa udara, yang menyebabkan ikut naiknya gasgas yang ada dipermukaan sehingga konsentrasi gas-gas yang ada di permukaan berkurang. Dengan demikian semakin tinggi suhu udara maka dapat menyebabkan konsentrasi gas-gas dipermukaan berkurang. Tingginya konsentrasi NO 2 disebabkan jumlah kendaraan bermotor pada ruas-ruas jalan utama, dan ramainya aktivitas kendaraan bermotor pada jam-jam tertentu di titik pengukuran. Kemacetan lalu lintas biasanya terjadi di titik lokasi tersebut biasanya pada pagi hari sekitar jam 07.00, sore hari pada jam 05.00 sampai dengan jam 19.00 Wita. Sedangkan rendahnya konsentrasi NO 2 disebabkan oleh sedikitnya aktivitas kendaraan pada saat pengukuran berlangsung. Efek yang dapat ditimbulkan apabila kadar gas NO 2 tinggi yaitu seseorang yang terpapar terlalu lama oleh gas ini, dapat mengalami peradangan paruparu, dan pada konsentrasi yang normal hanya akan menimbulkan iritasi yang tidak membahayakan. Hal ini menunjukkan bahwa zat pencemar NO₂ untuk saat ini tidak berdampak buruk bagi kesehatan manusia karena masih berada dalam kategori baik atau masih berada dibawah nilai ambang batas yang ditentukan Berdasarkan PP. RI Nomor 41 tahun 1999 dengan nilai baku mutu NO 2 adalah 400 µg/nm 3 dan waktu pengukuran selama 1 jam atau pengukuran sesaat.
2. Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO) Di Jalur Transportasi dan Perbelanjaan Kota Gorontalo 30000 Konsentrasi Kadar CO Di Jalur Transportasi dan Perbelanjaan Kota Gorontalo 30.000 25000 20000 15000 10000 5000 0 17.143 14.742 14.857 14.514 Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Standar Baku Mutu CO Sumber: Data Primer Hasil pengukuran kadar CO di jalur transportasi dan perbelanjaan Kota Gorontalo rata-rata konsentrasi kadar CO berkisar antara 14.514 µg/nm 3-17.143 µg/nm 3. Konsentrasi CO yang paling tinggi terdapat di Titik 1 (Simpang Lima Agusalim) dengan konsentrasi 17.143 µg/nm 3. Sedangkan untuk hasil pengukuran kadar CO tertinggi di jalur perbelanjaan terdapat di Titik 3 (kompleks Pasar Sentral) dengan hasil yaitu 14.587 µg/nm 3 dan konsentrasi CO yang rendah terdapat pada Titik 4 (kompleks Toko Madina Baru) dengan hasil yaitu 14.514 µg/nm 3 dengan standar baku mutu CO yaitu 30.000 µg/nm 3 dan waktu pengukuran yang dilakukan yaitu selama 1 jam. Gas CO yang terdapat di udara terbentuk dari salah satu proses misalnya pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon, reaksi antara karbondioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi, dan pada suhu tinggi pula CO₂ terurai menjadi CO dan O₂. pembebasan CO ke udara sebagai aktivitas manusia lebih nyata misalnya dari transportasi. Konsentrasi CO di udara satu hari dipengaruhi oleh kesibukankesibukan atau aktivitas-aktivitas kendaraan bermotor yang ada, semakin ramai kendaraan bermotor yang ada, maka semakin tinggi polusi CO di udara (Daryanto,2004). Hal ini pula sejalan dengan hasil penelitian Sayoga, bahwa dapat dilihat dengan semakin tua umur (masa pakai) kendaraan maka semakin banyak gas CO yang dihasilkan, karena semakin tua umur sepeda motor maka komponenkomponen mesin (yang berperan penting pada proses pembakaran) telah banyak mengalami keausan sehingga kadar CO di udara pun ikut meningkat. Keadaan Kadar CO diperkotaan cukup bervariasi
tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya ditemukan kadar maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan malam hari. Dengan hasil tersebut dapat di ketahui bahwa sumber pencemar udara paling banyak di Kota Gorontalo yaitu Karbonmonoksida (CO) yang di keluarkan oleh kendaraan. Tingginya konsentrasi CO di Titik 1 (Simpang Lima Agusalim), karena pada saat pengukuran berlangsung, aktivitas kendaraan di lokasi ini cukup ramai, sehingga mengakibatkan kadar gas CO di udara pun ikut meningkat dan disebabkan pula oleh suhu, SIMPULAN Kadar Nitrogen Dioksida (NO₂) di Kota Gorontalo untuk saat ini belum melebihi nilai ambang batas berdasarkan PP. RI No. 41 tahun 1999 dengan standar baku mutu udara ambien untuk parameter NO₂ yaitu 400 µg/nm 3. Kadar Karbonmonoksida (CO) belum SARAN Untuk Pemerintah, diharapkan agar kiranya dapat bekerja sama dengan lintas sektor untuk dapat melaksanakan pemantauan lingkungan secara rutin di tempattempat yang berbeda agar dapat diketahui kadar pencemar udara dari masing-masing tempat tersebut, menata transportasi untuk mengurangi kemacetan lalu lintas, memperbanyak jalur-jalur hijau (penanaman pohon) disekitar jalanjalan utama untuk menekan penyebaran gas pencemar udara, kelembaban, arah angin, dan kecepatan angin. Efek yang akan ditimbulkan jika konsentrasi CO berada pada kondisi tertentu seseorang akan mengalami kerusakan otot jantung dan Susunan Syaraf Pusat dengan keluhan yang dapat dirasakan yaitu merasa pusing, penglihatan menjadi kabur. Bahkan pada konsentrasi yang tinggi sampai berujung pada kematian. tetapi dari semua hasil pengukuran CO yang dilakukan, konsentrasi untuk setiap titiknya belum melebihi nilai ambang batas yang ditentukan, berdasarkan Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999 Tentang Standar Baku Mutu Udara Ambien. melebihi nilai ambang batas atau masih memenuhi standar berdasarkan PP. RI No. 41 tahun 1999 dengan standar baku mutu udara ambien untuk parameter Karbonmonoksida yaitu 30.000 µg/nm 3. diharapkan juga kepada pemerintah untuk dapat menerapkan kembali kendaraan angkutan umum yang memenuhi syarat, serta uji emisi pada semua kendaraan. Untuk Masyarakat, diharapkan agar dapat menciptakan upaya sadar lingkungan dengan memperhatikan kondisi lingkungan misalnya dengan melakukan perawatan terhadap kendaraan pribadi dan menanam pepohonan di lingkungan sekitar untuk mengurangi pencemaran udara sehingga dapat tercipta lingkungan yang nyaman dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA Balihristi, 2007. Status Lingkungan Hidup Daerah. Balihristi Provinsi Gorontalo. Badan Standarisasi Nasional, SNI 19-7119-6-2005 Lokasi Pemantauan Udara. (http://sisni.bsn.go.id/. Diakses Tanggal 07 Maret 2013). Daryanto, 2004. Masalah Pencemaran. Bandung: Tarsito. Djuraida, A. 2006. Optimasi Penetuan Lokasi Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien Di Kota Surabaya. Skripsi Jurusan Statistik Institut Teknologi 10 November, Surabaya. Nugroho, S. 2009. Analisis Kualitas Udara di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Tahun 2002-2008 Sebagai Sumber Belajar Siswa Kelas VII SLTP/MTs. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sayoga, Adi Made I. 2006. Pengaruh Masa Pakai Dan Tingkat Transmisi terhadap Kadar Emisi Gas Buang Sepeda Motor Honda Astrea Grand. Skripsi. Universitas Mataram NTB Jurusan Tehnik Mesin. Subaid, Sheryl M. 2002. Pengaruh Suhu Udara, Curah Hujan, Kelembaban Udara, dan Kecepatan Angin Terhadap Fluktuasi Konsentrasi Gas-gas NO₂, O₃ dan SO₂ Di Area PLTP Gunung Salak Sukabumi. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Institut Pertanian Bogor Geofisika dan Meteorologi. Susanta, G dan Sutjahjo, H. 2007. Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global. Jakarta: Penebar Swadaya.