BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataan sekarang ini di Indonesia banyak ditemukan kasus kecelakaan

dokumen-dokumen yang mirip
Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mempunyai tiga arti, antara lain : 102. keadilanuntuk melakukan sesuatu. tindakansegera atau di masa depan.

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SANTUNAN BAGI KELUARGA KORBAN MENINGGAL ATAU LUKA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas merupakan sarana komunikasi masyarakat yang memegang

PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KARENA KELALAIANNYA MENYEBABKAN ORANG LAIN MENINGGAL DUNIA PADA KECELAKAAN LALU-LINTAS.

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

TINJAUAN YURIDIS PROSES PERKARA PIDANA PELANGGARAN LALU LINTAS MOHAMMAD RIFKI / D

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PN DEMAK No. 62/Pid.Sus/2014/PN Dmk DALAM KASUS TABRAKAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN

Pasal 48 yang berbunyi :

I. PENDAHULUAN. merupakan potensi masa depan dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

I. PENDAHULUAN. alat transportasi yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan, dari berbagai

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BAB I PENDAHULUAN. dominan. Hal ini ditandai dengan jumlah alat transportasi darat lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemberlakuan Undang-undang nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGEMUDI KENDARAAN RODA EMPAT YANG KARENA UGAL-UGALAN DI JALAN RAYA MENGAKIBATKAN KEMATIAN ORANG LAIN

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Lalu lintas dan angkutan jalan sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. mencapai angka kurang lebih 300 kendaraan per 1000 orang, suatu angka yang. dengan pangsa hampir sebesar 80 persen.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

BAB I PENDAHULUAN. kota karena naluri dan kebutuhan penduduk untuk bergerak atau menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECELAKAAN LALU LINTAS DAN PELANGGARAN LALU LINTAS

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat pesat pada saat ini dan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

BAB I PENDAHULUAN. yang dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan oleh pihak yang. dapat menjadi masyarakat yang lebih baik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

Lex Crimen Vol. IV/No. 7/Sep/2015

BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu kegagalan dalam memperjuangkan kepentingannya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktivitas manusia tersebut harus didukung oleh fasilitas pendukung

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 1983/49, TLN 3262]

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dan peraturan serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP KELALAIAN PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN KEMATIAN DALAM KECELAKAAN DI JALAN RAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENYELENGGARA JALAN DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN ORANG LAIN MENINGGAL DUNIA Oleh : Suyatna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. tentang kecelakaan lalu lintas, bahkan pemberitaan tentang kecelakaan lalu lintas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat. 1. kepentingan masyarakat, agar kepentingan-kepentingan tersebut tidak

I. PENDAHULUAN. seperti sepeda, sampai kendaraan bermotor canggih. Kesemuanya tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan lalu lintas merupakan suatu masalah yang sering

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB II KETENTUAN PIDANA YANG MENGATUR TENTANG KELALAIAN BERLALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN ORANG LAIN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1

1. PENDAHULUAN. Tindak Pidana pembunuhan termasuk dalam tindak pidana materiil ( Materiale

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA, PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. dan penyebab pertama kematian pada remaja usia tahun (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang dianggap sebagai suatu tindakan melanggar hukum

GANTI RUGI KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS AKIBAT PERBUATAN MELANGGAR HUKUM PENGEMUDI

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. disatu sisi menyebabkan daya jangkau dan daya jelajah. serius dalam beberapa dekade terakhir. Keadaan ini, semakin parah mengingat

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

P U T U S A N NOMOR: 45/PID.Sus/2016/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur/tanggal lahir : 35 Tahun / 31 Desember 1980;

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

BAB II PENGATURAN MALAPRAKTEK KEDOTERAN DI INDONESIA

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUKUM DALAM HUKUM REKAYASA FOTO DENGAN UNSUR PENCEMARAN NAMA BAIK DI FACEBOOK, INSTAGRAM, TWETTER, BBM DAN WHATSAAP

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kenyataan sekarang ini di Indonesia banyak ditemukan kasus kecelakaan lalu lintas akibat kelalaian berkendaraan yang tidak jarang menyebabkan kematian. Yang paling aktual, pengacara kondang, Hotman Paris Hutapea kemarin (5/10/2014) mengalami kecelakaan. Mobil mewah Lamborghini yang dikendarainya tabrakan dengan mobil boks. Sang sopir mobil boks tewas di tempat, sementara kenek mengalami luka-luka 1 Ada juga kasus yang sudah memasuki vonis, tersangka kecelakaan maut yang menewaskan tujuh orang, AQJ alias Dul Ahmad Dhani akhirnya bebas dari jeratan hukum. Pengadilan Negeri Jakarta Timur memvonis Dul dengan mengembalikannya kepada orang tuanya.vonis ini tentu saja sangat ringan bila dibanding dengan tuntutan jaksa penuntut umum (JPU) yang menuntut personel Lucky Laki ini satu tahun penjara dengan masa percobaan dua tahun serta denda Rp.5 juta subsider tiga bulan kerja sosial 2 Kenyataan kasus akibat kelalaian berlalu lintas di atas merupakan sebagian kecil di antara banyak kasus yang tidak diangkat melalui media cetak maupun 1 http://www.merdeka.com/peristiwa/5-fakta-kecelakaan-lamborghini-hotman-paris-tewaskan-1- orang.html diakses 25/10/2014 pukul 16:32 2 http://showbiz.liputan6.com/read/2078730/7-hal-yang-membuat-dul-ahmad-dhani-bebas, diakses 25/10/2014 pukul 16:40 1

2 elektronik. Pastinya peristiwa matinya seseorang dapat disebabkan oleh banyak hal, dapat karena ditusuk, ditembak, digantung, diracun bahkan karena penyakit. Kematian juga dapat karena ditabrak oleh kendaraan atau antar kendaraan saling bertabrakan. Namun, dalam sebuah peristiwa hukum, ada perbuatan orang lain yang menyebabkan seseorang mati, artinya ada kontribusi seseorang yang mengakibatkan orang lain mati. Dari sisi hukum dapat dikatakan bahwa tanpa adanya kontribusi orang lain maka mustahil orang tersebut mati. Karena adanya kontribusi dari orang lain, maka tentu saja akan dinilai sejauh mana pertanggung jawaban contributor tersebut dalam menyebabkan orang lain mati. Dalam hukum, ketika ditemukan adanya peristiwa kematian, maka hukum tidak berhenti pada pertanyaan mengapa orang tersebut mati? Hukum akan mencari dua jawaban terpenting, yang pertama adalah perbuatan apa yang menyebabkan orang tersebut mati, dan kedua adalah siapa yang menyebabkan orang tersebut mati. Perbuatan apa yang menyebabkan orang lain mati ini bisa disebabkan oleh bermacam-macam perbuatan, dan hukum pidana tidak menyebutkan secara khusus perbuatan-perbuatan apa yang saja yang menjadi penyebab kematian tersebut. Contohnya ketika ditemukan seorang mati di sebuah rumah, dan kematian tersebut disebabkan karena gas yang bocor, maka dari sisi medis, penyebab kematian sudah jelas yaitu karena menghirup gas. Namun dari sisi hukum akan ada pertanyaan lanjutan, perbuatan apa yang menyebabkan tabung gas bocor.

3 Karena itu hukum pidana, tidak akan merasa puas, jika perbuatan yang menyebabkan kematian tersebut belum terungkap. Setelah perbuatan yang menyebabkan kematian itu diketahui, maka langkah kedua adalah mencari orang yang melakukan perbuatan tersebut untuk menentukan bentuk pertanggung jawaban pidananya, artinya apakah orang yang menyebabkan kematian tersebut dapat diminta pertanggung jawaban atau tidak. Dalam menentukan bentuk pertanggung jawaban ini, maka ada banyak hal yang harus dipertimbangkan yaitu apakah orang yang melakukan perbuatan ini sengaja melakukannya atau tidak sengaja. Kedua hal ini (sengaja dan tidak sengaja) sering disebut dengan elemen kesalahan. Di dalam elemen kesalahan ini ada aspek kesengajaan atau aspek ketidak sengajaan (kelalaian). Dengan kata lain kesalahan itu dapat dilakukan dengan cara sengaja tetapi kesalahan juga dapat dilakukan dengan cara tidak sengaja. Dalam terminologi hukum di Inggris dan di Amerika Serikat ketidak sengajaan ini sering juga diartikan sebagai bentuk kecerobohan atau kesembronoan (recklessness). Dalam hal adanya element kecerobohan ini, maka bukan berarti si pelaku dibebaskan, si pelaku tetap dinyatakan bersalah, hanya saja hukuman menjadi lebih ringan. Dalam hal kecelakaan lalu lintas, kecelakaan lalu lintas dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain faktor manusia, faktor kendaraan, faktor jalan, dan faktor lingkungan maupun alam, diantara faktor-faktor tersebut faktor manusia yang paling menentukan. Kelemahan yang timbul dari faktor-faktor tersebut dapat diatasi, apabila pengemudi berhati-hati, taat pada peraturan lalu lintas,dan selalu mengecek kondisi

4 kendaraan, selain itu juga diantara faktor-faktor di atas faktor lingkungan di sepanjang jalan juga dapat berpengaruh Faktor kelalaian manusia dalam kecelakaan lalu lintas di jalan raya memainkan peranan penting. Ketidak seimbangan pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan kegiatan sosial ekonomi masyarakat dengan sulitnya penambahan ruas jalan akan mengalami peningkatan yang selanjutnya membawa akibat meningkatnya volume lalu lintas di jalan raya. Meningkatnya volume lalu lintas di jalan raya yang tidak seimbang dengan daya tampung prasarana jalan menimbulkan pelanggaran, kemacetan dan kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan korban jiwa. Wirjono Prodjo dikoro menyatakan: Kesalahan pengemudi mobil sering dapat disimpulkan dengan mempergunakan peraturan lalu lintas. Misalnya, ia tidak memberikan akan memberikan tanda akan membelok, atau ia tidak mengendarai di jalur kiri, atau pada suatu persimpangan tidak memberikan prioritas kendaraan lain yang datang dari sebelah kiri, atau menjalankan mobil terlalu cepat melampaui batas kecepatan yang ditentukan dalam rambu-rambu dijalan yang bersangkutan. Jika salah satu pelanggaran lalu lintas ini terjadi, makamudah untuk menganggap adanya culpa atau lalai apabila kemudian mobilnya menabrak mobil lain atau orang dengan akibat ada orang terluka berat atau Mati. Pernyataan tersebut di atas, adanya kecelakaan merupakan faktor kesalahan manusianya. Kesalahan pengemudi adalah tidak adanya rasa hati-hati dan lalai dalam mengemudikan kendaraannya. Dalam hukum pidana, kelalaian atau culpa terletak antara sengaja dan kebetulan, culpa dipandang lebih ringan dari pada sengaja,

5 hukuman dari akibat perbuatan kelalaian atau culpa diadakan pengurangan hukuman pidana 3 Dalam hukum pidana Islam juga membahas tentang bagaimana tindak pidana atau jinayah yang dilakukan dengan kelalaian atau secara tidak sengaja atau semi sengaja yang sering dikaitkan dengan tindak pidana atas jiwa yaitu pembunuhan atau Qatl 4 Masalah-masalah kelalaian atau culpa dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana dijelaskan pada ketentuan pasal 359 dan 360, yaitu: 1. Pasal 359; Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selamalamanya satu tahun. 2. Pasal 360; Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka berat dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun 5 Menurut uraian pada Pasal 359 dan 360 dapat disimpulkan bahwa apabila kelalaian atau culpa pengemudi itu mengakibatkan orang lain atau korban meninggal dunia ancaman pidananya sebagaimana yang diatur dalam Pasal 359 KUHP. Berjalan seiringnya waktu, yang disesuaikan dengan kebutuhan peraturan perundangan tentang lalu lintas dan angkutan jalan, pemerintah juga memiliki Undang-Undang yang mengatur tentang lalu lintas lebih spesifik dalam Undangundang Republik Indonesia No.22 Tahun 2009. Dalam kitab UU tentang lalu lintas dan angkutan jalan tersebut memuat sanksi pidana bagi pengemudi yang 3 Andi Hamzah, Asas-asas hukum pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994) hlm 125 4 Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005) hlm 135 5 Soesilo R KUHP serta komentar-komentarnya lengkap pasal demi pasal,(bogor: Politeia. 1980) hlm 214

6 mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas, seperti yang disebut kandalam pasal 310 ayat 1 sampai ayat 4, yaitu: 1. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). 2. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah). 3. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). 4. Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang mengakibatkan orang lain mati, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda palingbanyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) 6 Dalam Pasal 310 UU RI No 22 Tahun 2009 dari ayat 1 sampai ayat 4 dijelaskan sanksi-sanksi pidana bagi pengemudi yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dari akibat yang ditimbulkan luka ringan sampai meninggal dunia. Berdasarkan hal tersebut, melatar belakangi penulis untuk mengangkatnya menjadi topik pembahasan dalam 6 UU RI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DANANGKUTAN JALAN,( Bandung: Citra Umbara) hlm 143

7 penulisan skripsi dengan judul Analisis Fiqh Jinayah terhadap Sanksi Hukum karena Kelalaian Berkendaraan yang Menyebabkan Kematian. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimana sanksi pidana yang dilakukan dalam keadaan alpa atau kelalaian dalam berkendaraan yang mengakibatkan kematian? 2. Bagaimana Tinjauan Fiqh Jinayah terhadap Sanksi Hukum karena kelalaian berkendaraan yang menyebabkan matinya seseorang? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Dari rumusan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sanksi pidana yang dilakukan dalam keadaan alpa atau kelalaian dalam berkendaraan yang mengakibatkan kematian 2. Untuk mengetahui Tinjauan Fiqh Jinayah terhadap Sanksi Hukum karena kelalaian berkendaraan yang menyebabkan matinya seseorang. Hasil dari Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna serta minimal dapat digunakan untuk dua aspek, yaitu:

8 1. Secara Teoritis Secara teoritis, hasil dari penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan sumbangan bagi pengembangan khasanah dan kepustakaan Islam pada umumnya dan almamater pada khususnya. 2. Secara Praktis Secara praktis, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya Fiqh Jinayah memandang Sanksi Hukum karena kelalaian berkendaraan yang menyebabkan matinya seseorang. D. Tinjauan Pustaka Dalam rangka mendukung tujuan penelitian skripsi ini, penulis mencoba mengmbangkan tulisan ini dengan didukung oleh tulisan-tulisan dari penulis lain, sepanjang pengetahuan penulis mengenai kelalaian atau alpa belum menemukan yang membahas tentang hal ini, tetapi penulis ada beberapa penelitian tentang perkara pembunuhan karna kelalaian antara lain: Eni Maryana (2014), membahas, Tinjauan Fiqih Jinayah Terhadap Sanksi Pidana Kelalaian Yang Mengakibatkan Kematian penelitian ini dapat diambil kesimpulan yaitu yang dapat termasuk dalam kretria tindak pidana akibat dari kelalaian yaitu perbuatan yang di lakukan membawa kematian kepada seseorang, dalam arti kematian itu disebabkan oleh perbuatan si pelaku, kematian korban semata terjadi karna kesalahan, akibat yang di timbulkan tidak dikehendaki, dan terjadi hubungan sebab akibat antara kesalahan yang terjadi dengan kematian korban. Untuk dinyatakan si pelaku bertanggu jawab atas kematian itu bila kematian itu terjadi

9 sebagai akibat dari kesalahannya dalam arti kesalahan merupakan sebab bagi kematian tersebut Candra Irawan (2013), membahas, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas Yang mengakibatkan Kematian. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kelalaian merupakan suatu tindak pidana yang patut dihukum karna kelalaiannya. Kecelakaan lalu lintas masih banyak terjadi, dengan banyaknya kasus kecelakaan dijalan menggambarkan bahwa masyarakat minimnya akan kesadaran terhadap hukum dan aturan-aturan lalu lintas, berdasarkan uraian diatas mengenai hukuman kepada pengendara bermotor karna kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas. Hukuman bagi pengendara bermotor karna kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas, diatur dalam pasal 310 ayat 1 sampai ayat 4 undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan nomor 22 tahun 2009 dan pasal 359 dan 361 kitab undang-undang hokum pidana (KUHP), yang hukumannya berupa pidana penjara dan denda sesuai akibat yang ditimbulkan oleh korban kecelakaan. Penelitian diatas, sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Meskipun demikian apa yang penulis teliti tidak lah sama dengan peneliti sebelumnya. E. Metodologi Penelitian Dalam penelitian yang dilakukan digunakan beberapa metode yang bertujuan untuk mendapatkan hasil penelitian yang subyektif mungkin untuk mendapatkan hasil penelitian tersebut diperlukan informasi yang akurat dan data-data yang mendukung. Sehubungan dengan hal tersebut, metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

10 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jeneis penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu mencari data melalui literature-literatur yang telah ada sekaligus dapat diambil kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan-permasalah yang telah di rumuskan. 2. Sumber Data Sumber data yang diambil dalam penelitian ini yaitu diambil dari Undangudang No. 22 tahun 2009 sebagai sumber primer dan buku-buku hukum pidana Islam, beserta kitab-kitab fiqih lainya yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini sebagai sumber skunder. 3. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, dilakukan klasifikasi dan interprestasi sesuai dengan keperluan. Kemudian hasilnya dituangkan dalam bentuk uraian yang sistematis sehingga menjadi suatu pernyataan yang utuh. Sedangkan analisis data dilakukan dengan analisis isi (Content Analysis). Pengambil kesimpulan akan dilakukan secara deduktif, yaitu mendahulukan pemahaman umum lalu ditarik pemahaman secara khusus, sehingga hasil pemahamannya dapat dengan mudah di pahami atau disampaikan.

11 F. Sistematika Skripsi Skripsi iniditulis melalui empat bab, dengan sistematika sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang permasalahan yang diangkat, permasalahan yang akan dibahas, tujuan penelitian dan manfaat penulisan, metode yang digunakan dalam penelitian, serta sistematika penulisan skripsi. BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG JARIMAH DAN KELALAIAN ATAU KEALPAAN DAN PEMIDANAAN Di dalamnya berisi materi mengenai Deskripsi tentang tinjauan umum Jinayah, kejahatan dan tinjauan umum tentang tindak pidana yang dilakukan dalam keadaan alpa / kelalaian serta teori-teori pemidanaan. BAB III : ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PENGENDARA YANG MELAKUKAN KELALAIAN YANG MENYEBABKAN MATINYA SESEORANG Dalam bab ini akan diuaraikan tentang analisis sanksi pidana bagi pengendara yang melakukan kelalaian sesuai dengan UU No. 22Tahun 2009, serta analisis Fiqh Jinayah terhadap sanksi pidana bagi pengendara yang melakukan kelalaian yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dan matinya seseorang. BAB IV : PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup, berisi kesimpulan dari hasil pembahasan serta saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.